Cara Aiyuki Aikawa Bertarung Melawan Bipolar

Kala Sedih Datang, Goreskan Pensil di Kertas Kosong

PENDERITA BIPOLAR. Ayuki Aikawa yang selalu optimis. Galih Cokro-Jawa Pos

eQuator.co.id – Gangguan kejiwaan kerap dianggap aib yang harus dirahasiakan. Namun, Christin Ana Wijaya tidak begitu. Perempuan yang lebih dikenal dengan nama Aiyuki Aikawa tersebut melawan stigma buruk dengan karya dan prestasi. Dia pun mendapatkan penghargaan sebagai motivator penyandang bipolar.

Brianika Irawati, Surabaya

DUA tangan Aiyuki terampil menggoreskan pensil di selembar kertas kosong. Setelah goresan pensil hitam selesai, dia lantas mewarnai gambarannya. Sesaat di tengah-tengah proses menggambar, tangan kanannya meletakkan pensil di samping kertas sejenak.

Pegangan tangan kanannya berubah dengan segelas kopi, lantas diseruput. Dirasa cukup, dia kembali melanjutkan menggambar. Sekitar 30 menit kemudian, dia menuntaskan gambarnya. Yakni, desain baju anime.

Itulah pekerjaan Aiyuki Aikawa di sela-sela jadwal kesibukannya. Saat ditemui di Kafe Heerlijk Gelato pekan lalu, Yuki –sapaan akrabnya– sedang menunggu jadwal pekerjaan selanjutnya. Yakni, memberikan kelas face painting. Menjadi guru kelas face painting merupakan kegiatan kedua dari tiga jadwal hari itu.

Bagi Yuki, dua sampai tiga kegiatan dalam sehari termasuk santai. Sebab, dia ada kalanya bisa melakukan enam kegiatan dengan jenis berbeda dalam sehari. Antara lain, menjadi guru dalam beauty class, berlatih menyanyi sebelum manggung, menulis lirik lagu untuk bandnya, mendesain baju, ilustrator, dan face painting.

’’Itu baru dibilang sibuk,’’ ujar perempuan 23 tahun tersebut.

Tidak ada kata lelah. Yuki selalu mengerjakan seluruh kegiatannya dengan semangat. Semua jenis pekerjaan itu memang menjadi pilihannya sendiri. Dia jatuh cinta dengan segala sesuatu yang berbau Jepang. Budaya, makanan, tokoh animasi, dan desain baju. Karena itu, semua desain baju yang dirancang Yuki dikhususkan untuk gaya ala perempuan Jepang. Bahkan, penampilannya sehari-hari pun terinspirasi dari dandanan Negeri Sakura.

Begitu juga saat menyanyi dan menulis lirik lagu. Hampir seluruh lagu-lagu ciptaannya berbahasa Jepang. ’’Ada juga sih yang saya gabungkan dengan bahasa Inggris,’’ kata brand ambassador stasiun TV Jepang, Haiku Master, tersebut.

Menurut dia, apa pun jenis pekerjaannya, kalau dilakukan dengan hati senang, hasilnya lebih memuaskan. ’’Dan saya memang suka dengan seluruh aktivitas saya saat ini,’’ kata perempuan alumnus Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya tersebut.

Yuki awalnya menekuni desain baju sejak SMA. Saat itu dia tertarik dengan desain yang dikenakan anime Jepang. Dia pun mulai berusaha menggambar. Setelah banyak yang tertarik, gambaran desain itu dibuat jadi baju sungguhan. Ternyata semakin banyak yang suka.

Tidak puas, Yuki merambat ke bidang lainnya. Antara lain, make-upface painting, ilustrator, penulis lagu, dan penyanyi.

Dengan banyak berkegiatan, hati Yuki selalu merasa gembira. Perasaan senang pun membantunya dalam proses penyembuhan. Kalau sedang sendirian, lantas sedih, Yuki menyatakan bahwa bipolar menyerangnya. Tekanan berat langsung menekan perasaannya.

Bahkan, suatu ketika, saking depresinya, Yuki pernah ingin bunuh diri. Dia menyayat pergelangan tangannya dengan pisau. ’’Kalau sedang menyerang (bipolar, Red), saya sering melukai diri saya sendiri,’’ ungkap lulusan program shortcourse di Josai International University, Jepang, tersebut.

Gangguan bipolar itu menyerang psikis seseorang. Akan terjadi perubahan emosi yang sangat ekstrem yang disebut fase mania dan depresi. Sebenarnya, Yuki merasakan gejala bipolar seperti mudah tersinggung dan sensitif sejak usia remaja. Namun, Yuki cuek. Sampai akhir tahun lalu dia berkonsultasi ke dokter. Saat itulah Yuki mengetahui bahwa dirinya mengalami bipolar.

Gadis cantik tersebut menuturkan, penyandang bipolar sangat sensitif pada apa pun. Termasuk sesuatu yang sepele. Dia mencontohkan ketika melihat lumut yang basah selepas hujan. Ketika melihatnya saja, perasaannya bisa terbawa. Seolah-seolah dia merasakan perasaan sedih yang menghinggapi lumut.

’’Kayaknya sedih banget. Kasihan lumut itu,’’ ungkap Yuki.

Hal-hal kecil tersebut berpeluang memperparah kondisi penyandang bipolar. Kalau dibiarkan terlarut dalam perasaan sedih, penyandang bipolar bisa melukai diri sendiri. Kini Yuki memperjuangkan kondisi tersebut. Dia selalu berusaha melawan penyakitnya dengan kekuatan dari dalam dirinya. Bukan hanya dari obat-obatan.

Yuki lebih percaya bahwa bipolar lebih ampuh dilawan dengan percaya pada diri sendiri. ’’Buatlah dirimu selalu bahagia dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Itu saja cukup buat saya,’’ kata perempuan kelahiran Kediri, 7 Januari 1993, tersebut.

Kesibukan yang dilakukan Yuki kini membuktikannya. Gangguan bipolarnya jarang kambuh. ’’Sudah beda dibandingkan setahun lalu,’’ paparnya. Saat ini Yuki tidak lagi mengonsumsi obat-obatan dari dokter.

Kalau perasaan sedihnya datang, meski hanya sedikit, Yuki langsung mengambil kertas, lantas membuat desain. Kalau tidak begitu, dia menuangkan perasaannya dalam lirik lagu. Kegiatan apa pun dilakukan untuk melawan perasaan sedih.

Sulung di antara tiga bersaudara tersebut punya harapan besar bisa sukses di seluruh bidang yang ditekuni. ’’Sudah jadi paket, nggak bisa pilih salah satu,’’ tegas Yuki.

Dia memiliki motto hidup, mimpi tidak hanya jadi mimpi kalau kita dapat memperjuangkannya. Keyakinan itu menciptakan inspirasi bagi orang di sekitarnya. Beberapa kali Yuki dipercaya menjadi motivator. Lewat perjuangannya melawan bipolar, dia berharap bisa menyebarkan virus semangat kepada orang sekitar. Terutama sesama penyandang bipolar.

Putri dari pasangan Liem Siu Ing dan Alexander Wijaya tersebut selalu menyuarakan kalimat penyemangat. Tidak ada kata minder. Selemah apa pun manusia, kalau mau berjuang, pasti bisa meraih kesuksesan.

Karena itu, Yuki juga beberapa kali mendapatkan penghargaan sebagai perempuan yang memberikan inspirasi. Pada Juli lalu Yuki mendapatkan penghargaan YouC1000 Inspirational Girl 2016.

Lalu, kisah inspiratif Yuki mengundang perhatian warga Singapura pada Agustus. Salah satu bank di Singapura, DBS Bank, memberikan penghargaan kepada Yuki dengan kisahnya yang bisa memberikan inspirasi. (*/Jawa Pos/JPG)