eQuator.co.id – Putussibau-RK. Menstabilkan harga beras di pasaran, Badan Urusan Logistik (Bulog) Putussibau melakukan operasi pasar (OP) hingga ke kecamatan. Salah satunya Kecamatan Badau, daerah perbatasan dengan Malaysia.
Kepala Bulog Putussibau, Halfied Handi Agus mengungkapkan, OP hanya untuk beras komersil. Harganya harus bawah pasaran, yakni Rp9.900 per kilogram. Beras tersebut sudah dikemas dalam karung 10 Kg.
“Selain menstabilkan harga di pasaran, tujuan operasi pasar juga sebagai langkah antisipasi lonjakan harga beras yang bisa saja terjadi secara tiba-tiba,” ungkap Halfied, Senin (17/10).
Melakukan OP, Bulog melibatkan para pedagang. Kemudian menjalin kerjasama dengan pemilik toko di Kecamatan Badau. “Jadi kami tidak hanya melakukan OP di Kota Putussibau saja, tapi sampai ke kecamatan-kecamatan,” ujarnya.
Halfied mengaku, harga beras di pasaran masih stabil. Beras premium dijual seharga Rp13 ribu, Rp14 ribu hingga Rp15 ribu per kilogram. “Beras medium juga dijual dengan harga normal, dengan kisaran harga di atas Rp11 ribu per kilogramnya,” kata Halfied.
Bulog tidak saja menyediakan beras miskin (Raskin). Namun juga menawarkan beras komersil dengan kelas premium. Halfied memastikan, meski dijual di bawah harga pasaran, kualitas beras komersil tersebut bagus. Sehingga tidak heran, sejak dipasarkan sekitar sebulan lalu, sudah banyak yang terjual.
“Harganya sangat terjangkau. Tujuannya supaya bisa mengontrol harga beras di pasaran. Maka setiap hari pasti ada yang beli langsung ke Bulog,” jelas Halfied.
Penuhi Keperluan Pangan Keluarga
Gubernur Drs. Cornelis, MH mengharapkan petani Kalbar bisa menikmati hasil panen dari sawahnya sendiri. Minimal mencukupi kebutuhan keluarga dalam setahun, agar tidak membeli beras dari luar.
“Langkah awal mewujudkan ketahanan pangan di Kalbar, dimulai dari mencukupi kebutuhan keluarga dulu,” ujar Cornelis ketika memotivasi masyarakat Bebehatn, Desa Sidas, Sengah Temila, Landak, agar menanam tanaman pangan minimal untuk keperluan keluarga, Senin (17/10).
Didampingi Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura, Kepala Badan Ketahanan Pangan serta Ketua Tim Penggerak PKK Kalbar Frederika Cornelis, gubernur juga meninjau sawah yang akan dikunjungi Menteri Pertanian pekan depan. Sawah tersebut sebagian sudah ditanami padi dengan metode Hazton oleh masyarakat Bebehatn secara Balale’.
Balale’ adalah bahasa Dayak Kanayatn. Artinya kelompok kerja tani di kampung yang saling bergotong-royong, sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan ekonomis.
Cornelis menjelaskan, berangkat dari masalah pangan dunia yang kini terancam akibat tidak bisa diprediksinya iklim akibat gas rumah kaca, menyebabkan panas bumi meningkat dan iklim tidak bisa lagi diramal oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Dia mengingatkan, petani di kampung-kampung harus melaksanakan gerakan menanam bahan pangan, baik di sawah maupun di pekarangan rumah. Seperti sukun, ubi, sagu, padi dan sayuran. Khusus padi, ditanam di sawah dengan metode Hazton. Karena bisa meningkatkan hasil produksi gabah petani.
Metode Hazton ditemukan oleh Pemprov Kalbar, bahkan sudah diteliti dan diuji coba selama Cornelis menjabat gubernur. Saat ini go public. Berbagai daerah di luar Kalbar sudah menerapkan metode ini.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kalbar, Ir. H. Hazairin sebagai salah satu penemu metode Hazton menjelaskan, teknologi ini merupakan teknik menanam padi yang mengadaptasi fisiologi tanaman padi itu sendiri. Teknologi Hazton mulai dikembangkan sejak hampir dua tahun lalu di Kalbar.
Teknologi ini diperkenalkan pertama kali oleh Hazairin dan stafnya bernama Anton. Makanya disingkat menjadi Hazton. Menurut sang proklamator teknologi ini, teknik Hazton mampu meningkatkan produktivitas tanaman hingga dua kali lipat. Di mana rata-rata produksi padi di Kalbar hanya 3,5 ton per hektar. Setelah menerapkan teknologi Hazton, bisa mencapai menjadi 10 ton per hektar.
Badan Ketahanan Pangan Kalbar ini menyebutkan, beberapa tahun lalu warga Kalbar memerlukan bahan pangan 1.275.760 Kg. Hasil panen 2015 menjadi 1.588.350 ton, surplus 135 ton lebih.
Diungkapkan Hazairin, penelitian Hazton dilakukan dengan cara menanam bibit dengan jumlah 1, 5, 10, 20, 30 dan 40 per lubang tanam. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil terbaik dengan menerapkan 20 hingga 30 bibit per lubang.
“Teknologi Hazton ini ada pada cara menaman. Biasanya hanya lima bibit per lubang menjadi 20 hingga 30 per lubang. Bibit-bibit ini tidak menghasilkan anakan, melainkan indukan yang sama. Sehingga hasilnya maksimal,” jelas Hazairin.
Laporan: Andreas, Isfiansyah/humas
Editor: Hamka Saptono