eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Akses informasi kian mudah dijangkau. Melalui android segala informasi bisa didapat dalam hitungan detik. Kendati begitu, bukan berarti upaya dalam mendapatkan informasi yang aktual untuk diberi kepada masyarakat luas sama mudahnya. Kebungkaman bahkan penolakan masih sering dirasakan oleh para jurnalis dalam proses mengkonfirmasi sebuah berita.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kalimantan Barat (Kalbar) Anthony Sebastian Runtu menuturkan teknik komunikasi adalah kunci dalam mengakses sebuah informasi dengan narasumber. “Mungkin yang bersangkutan punya banyak kesibukan, bukan berarti membela diri. Selama saya menjadi kepala dinas saya adalah orang yang paling depan harus memberikan jawaban bagus atau tidak bagus,” ujarnya saat Diskusi Terbatas tentang Peran Kominfo dan Progress Tahapan Pemeringkatan Badan Publik Kalbar 2018 di IO Caffe Jalan M. Sohor, Pontianak, Kamis (9/8).
Ia menegaskan dirinya memiliki prinsip segala sesuatu bisa diselesaikan sepanjang memiliki teknik komunikasi yang baik. Dirinya tak menampik dalam memberikan sebuah informasi yang bersifat sensitif bukanlah sesuatu yang mudah. Karena ada kalimat yang memang harus dijaga dan ditata dengan rapi.
“Takutnya nanti akan berbias. Biasanya kalau saya diwawancara, saya akan mengatakan apa yang terjadi tidak dikaitkan dengan persepsi. Orang sering kali melihat dengan persepsi yang sangat subjektif bukan objektif,” jelasnya.
Khusus untuk memberi informasi, Anthony mengaku memiliki juru bicara. Sehingga jika dirinya tidak berada ditempat ketika para jurnalis memerlukan informasi maka ada orang yang harus bisa menjelaskan. “Saya tegaskan dengan seluruh staf saya di kantor semua urusan harus tahu. Kalau tidak tahu jangan kerja di dinas saya, apa gunanya dia kerja kalau tak tahu,” tutur dia.
Dalam hal pelayanan pun sebetulnya Diskominfo Kalbar sudah menyiapkan media center. Terletak di kantor Kominfo Kalbar. Media center itu bertujuan untuk memberikan fasilitas yang terbaik kepada para jurnalis. Agar dapat memberikan berita dengan cepat kepada masyarakat. Akan tetapi ia merasa kehadiran media center ini belum mendapat respon aktif dari para jurnalis.
“Waktu launching ramai, tapi belakangan hari jadi sunyi senyap. Jadi kita kedepan harus mengajak semua badan publik untuk terbuka,” ujarnya.
Zaman sekarang sudah tidak ada yang ditutupi. Hanya manusia gila yang mau korupsi. Sumber berita dimana-mana orang bisa tahu.
“Tidak zamannya lagi kita korupsi, bangsa sudah makin cerdas apalagi dengan media massa. Dari tempat tidur tengah malam saya bisa buka OPD yang ada di Papua, anggaran mereka saya bisa tahu,” beber Anthony.
Sementara itu, Ketua Komisi Informasi (KI) Kalbar Rospita Vici Paulyn menilai, sebenarnya informasi yang dibutuhkan wartawan masuk dalam kategori menyangkut kepentingan umum. Ia mengaku KI sudah beberapa kali menawarkan kepada media massa untuk mencoba melakukan uji publik, ketika badan publik tidak memberikan informasi yang seharusnya wajib diketahui oleh masyarakat.
“Adukan ke kami saat itu juga, bisa kita sengketakan karena itu masuk dalam informasi serta merta. Kadang-kadang media massa berpikir hubungan mereka dengan narasumber bisa jadi renggang, tetapi itu bisa menjadi sentilan yang akan mengingatkan badan publik lain bahwa terkait informasi yang penting yang menyangkut hajat hidup orang banyak itu tidak boleh ditutupi,” ungkapnya.
Ia menegaskan media massa harus berani memberikan satu sentilan kepada badan publik berupa laporan. Kendati begitu, dirinya juga membenarkan bahwa beberapa kepala OPD membutuhkan data yang valid dalam memberikan sebuah informasi. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya berita bohong atau hoax.
“Tapi kita melihat PPID utama sekarang sangat bagus untuk mendorong dinas ini untuk terbuka. Pernah ada satu kasus kepala dinas tidak mau diwawancarai oleh wartawan langsung diberi tahu ke PPID utama, maka dia langsung bersedia. Tapi memang dia memberi alasan bahwa informasi itu harus dapatkan datanya dulu,” pungkasnya.
Laporan: Rizka Nanda
Editor: Arman Hairiadi