Budayakan Gemar Membaca

ilustrasi. net

eQuator – Nanga Pinoh-RK. Membaca merupakan jendela dunia. Oleh karena itu, kaum pendidik perlu melakukan beragam upaya ekstra supaya siswa-siswi di seantero Kabupaten Melawi menjadi gemar membaca demi meraih masa depan.

“Membaca sebenarnya merupakan kebutuhan mendasar. Sama seperti kebutuhan akan makan, pakaian dan lain sebagainya. Akan tetapi, sebagian besar siswa Melawi belum sampai pada tahap menjadikan kegiatan membaca sebagai kebutuhan yang mendasar,” ucap praktisi pendidikan Melawi, Tomy, kemarin.

Menurutnya, melihat fakta di lapangan, minat baca siswa Melawi jauh lebih rendah dari siswa Indonesia secara umum. Sementara minat baca siswa, bahkan orang di negeri ini pun masih terbilang rendah dibandingkan negara lain.

“Memang data statistik mencatat 84% penduduk Indonesia sudah melek huruf. Namun menumbuhkan budaya membaca masih merupakan hal yang relatif cukup sulit dalam dunia pendidikan,” ulasnya.

Hal ini dikarenakan, masyarakat lebih banyak tertarik dan memilih untuk menonton TV serta mendengar radio. Dari keseluruhan masyarakat yang ada 85,9 persen diantara suka menonton TV dan mendengarkan radio 40,3 persen. Sementara membaca koran hanya 23,5 persen.

Selain itu, data Internasional Education Achiecment (IEA) menyatakan, kemampuan membaca siswa SD di Indonesia berada pada urutan 38 dari 39 negara peserta studi. Ini menunjukan betapa rendahnya minat baca masyarakat, khususnya anak-anak SD.

Lantas, ia mengungkapkan sebuah hasil studi Vincent Greannary yang dikutip oleh World Bank dalam sebuah Laporan Pendidikan Education in Indonesia from Cricis to Recovery menunjukkan bahwa kemampuan membaca anak-anak kelas VI SD hanya mampu meraih kedudukan paling akhir dengan nilai 51,7. Setelah Filipina yang memperoleh nilai 52,6. Thailand dengan nilai 65,1 serta Singapura dengan nilai 74,0 dan Hongkong yang memperoleh nilai 75.5.

Kemudian, Tomy menunjukkan fakta lain. Yakni konsumsi dari satu surat kabar di Indonesia, yakni 1 berbanding 45 orang (1:45). Srilangka sudah 1:38. Filipina 1:30. Idealnya satu surat kabar dibaca oleh 10 orang atau dengan ratio 1:10.

“Dari sisi lain jam bermain anak-anak Indonesia masih tinggi. Mereka lebih suka melihat acara TV dari pada membaca. Di AS, jumlah jam bermain anak-anak antara 3-4 jam per hari. Bahkan, di Korea dan Vietnam, jam bermain anak-anak hanya satu jam. Selebihnya mereka menghabiskan waktu untuk belajar atau membaca buku sehingga tidak heran budaya baca sudah demikian tinggi,” ulasnya.

Tomy menegaskan, prilaku siswa perlu diubah. Untuk merubah budaya siswa memerlukan suatu proses dan waktu panjang sekitar satu atau dua generasi. Tergantung dari political will pemerintah dan masyarakat. Ada pun ukuran waktu sebuah generasi adalah berkisar sekitar 15–25 tahun. “Agar tidak terlalu lama perlu dicari solusi melalui program aksi untuk percepatan menumbuhkan budaya baca di kalangan siswa,” paparnya. (aji)