Buaya Muara ‘Nongkrong’ di Parit Jungkat

BUAYA. Seekor buaya terlihat naik ke darat, tidak jauh dari pemukiman warga Parit Kebayan, Desa Jungkat, Kecamatan Siantan menarik perhatian warga. netizen for Rakyat Kalbar
BUAYA. Seekor buaya terlihat naik ke darat, tidak jauh dari pemukiman warga Parit Kebayan, Desa Jungkat, Kecamatan Siantan menarik perhatian warga. netizen for Rakyat Kalbar

eQuator.co.id – Mempawah-RK. Hampir sebulan terakhir, warga Parit Kebayan, Desa Jungkat, Kecamatan Siantan dihebohkan dengan kemunculan seekor buaya muara sepanjang 3 meter. Bahkan, hewan reptil ini merambah ke pemukiman warga.

Buaya yang diperkirakan memiliki bobot ratusan kilogram tersebut pertama kali dilihat Doi, 32, warga RT 03/RW 15, Dusun Rahadi Usman, Desa Jungkat. Dia mengungkapkan, buaya tersebut biasa timbul menampakkan diri diantara RT 03 sampai RT 05 saat pagi maupun sore. Terang saja warga khawatir, karena bisa saja memangsa warga yang tidak melihat keberadaannya. “Kemunculan buaya di parit sekitar pemukiman warga terjadi baru-baru ini, semenjak dibabatnya hutan dan pembukaan lahan di pinggiran Sungai Kapuas yang berseberangan dengan pemukiman warga,” ungkapnya, Selasa (22/5).

Doi memperkirakan, penyebab merambahnya buaya ke lingkungan warga mungkin karena buaya muara tersebut kehilangan tempat tinggalnya, dan merasa habitatnya terganggu. Walau begitu, dia menuturkan, hingga saat ini buaya berbobot besar tersebut belum mengganggu atau menggigit warga. Meskipun kerap kali menampakkan diri di sekitar pemukiman.

Dia menuturkan, warga setempat saat ini telah berkoordinasi dengan tokoh masyarakat dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk solusi terkait munculnya hewan reptil tersebut. “Namun kita telah berpesan, apabila buaya tersebut disakiti maupun diamankan BKSDA, takutnya akan terjadi konflik antara buaya dan manusia. Karena kita tidak tahu pasti berapa ekor jumlah buaya yang ada di daerah sini,” katanya mengingatkan.

Sementara itu, warga lain, Rahmad, 47, menceritakan buaya tersebut kerap kali menampakkan diri ketika ada hewan ternak warga yang mati dan dibuang ke dalam parit. “Buaya itu sering timbul apabila ada bangkai hewan ternak seperti ayam, bebek dan lain untuk dijadikannya santapan dan makanan bagi buaya tersebut,” ungkapnya.

Setelah kemunculan buaya di parit, Rahmad mengungkapkan, anak-anak yang dulunya sering mandi di aliran parit kini tidak berani berenang, karena khawatir buaya tersebut muncul di waktu yang tidak diduga. “Seringnya kemunculan buaya di parit kami, anak-anak tidak lagi mau mandi dan berenang seperti biasanya, karena merasa takut dan cemas akan kemunculan buaya tersebut,” pungkas Rahmad.

 

Reporter: Ari Sandy

Editor: Yuni Kurniyanto