-ads-
Home Rakyat Kalbar Bengkayang Bikin Warga Sengsara, Kontraktor Bakal Dituntut

Bikin Warga Sengsara, Kontraktor Bakal Dituntut

SULIT DILALUI. Kondisi jalan menuju Kecamatan Suti Semarang, Bengkayang, yang rusak parah membuat warga setempat susah, Jumat (23/12). Kurnadi-RK

eQuator.co.id – Bengkayang-RK. Besok Natal tiba, namun mayoritas warga Kecamatan Suti Semarang, Bengkayang, merayakannya dalam kondisi serba susah. Pasalnya, akses jalan menuju ke sana sulit ditempuh.

“Mau belanja kebutuhan Natal kewalahan, karena badan jalan dari Bengkayang (ibukota kabupaten) menuju Suti Semarang rusak berat. Ini membuat kami sengsara,” keluh warga Desa Nangka, Kecamatan Suti Semarang, Yusri, ditemui Rakyat Kalbar, Jumat (23/12), di Jalan Sebalo-Suti Semarang, Desa Bani Amas, Kecamatan Bengkayang.

Jangankan memenuhi kebutuhan Natal, mencukupi kebutuhan pokok saja harus penuh perjuangan. Saat ini, di sana sedang paceklik. Mau tak mau masyarakat Kecamatan Suti Semarang membeli beras ke Kota Bengkayang.

-ads-

Biasanya, ojek mampu membawa 100 kilogram beras sekali angkut. Dengan rusaknya jalan, kini mereka hanya mampu membawa 50 kilogram beras menggunakan sepeda motor.

Kondisi serba sulit yang mereka hadapi ini juga dihadapi warga Suti Semarang ingin pulang kampung saat merayakan Natal. Walhasil, Yusri meminta jalan bisa diperbaiki. Minimal, para pengusaha mau membantu dengan meminjamkan mobil untuk mengangkut material ke Suti Semarang.

“Kami tidak meminta banyak, tolong perbaiki secara darurat saja badan jalan yang rusak sehingga warga yang melintas tidak sengsara,” pintanya.

Senada, mantan Anggota DPRD Bengkayang 2009-2014, Robertus STh. “Terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Bengkayang yang telah membangun Kecamatan Suti Semarang. Namun, kita menyayangkan, akibat ulah para oknum pihak pelaksana pekerjaan proyek di Kecamatan Suti Semarang yang tidak memperhatikan badan jalan yang rusak akibat mengangkut material,” tuturnya diplomatis.

Selama dua bulan, Juli dan Agustus 2016, ia menimbun badan jalan yang rusak menggunakan kayu, balok, sirtu, dan batu pecah, supaya kendaraannya bisa sampai ke Suti Semarang. “Oktober 2016 lalu, sejumlah ekskavator dan truk mengangkut material pembangunan jembatan di Kecamatan Suti Semarang. Dampaknya, badan jalan rusak parah,” kesal Robertus.

Pembangunan itu, lanjut dia, sangat disyukuri. Tapi, sekarang distribusi Sembako ke daerah pedalaman terkendala yang akhirnya menyebabkan harga kebutuhan pokok melambung tinggi sementara hasil bumi masyarakat tidak dapat dijual ke Kota Bengkayang.

“Sebenarnya, jika pihak pelaksana memiliki hati nurani, tidak perlu menggunakan alat berat. Dengan menggunakan mobil double gardan pun bisa sebelum dihancurkan alat berat. Jalan yang rusak hanya beberapa titik saja, yang seharusnya bisa diatasi. Caranya menimbun kembali dengan tanah atau dengan membuat mitingan dari kayu bulat yang dilapisi denan balok kayu,” paparnya.

Namun, Robertus menyatakan, pelaksana pembangunan jembatan sangat egois. Kata dia, kontraktor itu menyebut mobil tidak bisa lewat maka digunakan alat berat.

“Itu tidak benar. Saya telah buktikan ketika menyuplai material pembangunan SMP Negeri 3 Suti Semarang di Desa Kiung. Saya memperbaiki jalan dengan cara menimbun sebagian dengan mitingan kayu, sehingga mobil bisa masuk,” terangnya.

Sambung dia, “Dump truck bisa masuk sampai ke Kiung. Bahkan mobil sejenis Avanza dan Innova saja dapat masuk sampai ke Kampung Buah Ratas, Kecamatan Suti Semarang”.

Menurut Robertus, masyarakat sangat menderita akibat tindakan pelaksana proyek yang arogan dan tidak bertanggung jawab tersebut. “Berhubung tidak ada niat baik dari pelaksana proyek untuk memperbaiki kembali jalan itu, tidak tertutup kemungkinan kita akan melakukan class action untuk menuntut ganti rugi kerusakan jalan” jelasnya.

Ia juga meminta Pemerintah Kabupaten Bengkayang meninjau kembali keberadaan para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang tidak bisa mengimplementasikan kebijakan pembangunan. “Ya seperti pembangunan jembatan Sebalo-Suti Semarang. Harusnya membangun yang baru jangan merusak yang sudah ada. Jangan dengan alasan pembangunan lalu masyarakat menjadi sengsara,” tandas Robertus.

 

Laporan: Kurniadi

Editor: Mohamad iQbaL

Exit mobile version