Manisnya hidup, kita yang tentukan. Umumnya, seseorang memilih hidup sehat supaya jalan kehidupan terasa nikmat. Tapi tidak bagi Safi’i. Pria berusia 18 tahun itu rela berkutat di sarang penyakit demi warga Kota Pontianak sehat.
Deska Irnansyafara, Pontianak
eQuator.co.id –SUDAH satu tahun ini Safi’i memilih bekerja sebagai pengangkut sampah rumah tangga. Dia keliling komplek, dari rumah ke rumah, sejak pagi hingga sore hari. Tujuannya, di samping mendapat penghasilan, dia ingin lingkungan warga bersih.
Setiap bulan, Safi’i mendapat upah sebesar Rp30 ribu dari satu rumah. Ada 150 rumah yang berlanggan dengan pria tamatan Sekolah Dasar (SD) itu. Kawasan BLKI dan Purnama adalah lokasi pengangkutan sampah.
Tapi, tidak semua uang yang diterima dari pelanggan menjadi miliknya. “Satu bulan saya diupah bos sebanyak Rp500 ribu,” ucap Safi’i dijumpai wartawan koran ini di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sampah, Jalan Budi Karya, Pontianak Selatan, Rabu (11/10).
Usaha angkut sampah itu milik orang lain. Safi’i hanya buruh angkut, dari rumah warga ke lokasi TPS Sampah.
“Saya kerja dengan orang. Kadang, dari tumpukan sampah, saya mencari barang bekas,” ceritanya.
Sebelum bekerja sebagai buruh angkut sampah, Safi’i pernah menjadi kuli bangunan. “Kalau kuli bangunan, kadang-kadang tiga bulan tidak ada kerja. Kalau angkut sampah inikan tetap,” ungkapnya.
Rupanya, menjadi buruh angkut sampah tidak murni semata karena ingin mendapat penghasilan. Safi’i rela berkutat di lingkungan kotor karena ingin menjaga lingkungan Kota Pontianak. Supaya warganya sehat.
Pria asal Tebang Kacang itu juga tidak takut sakit akibat bekerja sebagai pengakut sampah rumah tangga.
“Kalau sudah waktunya sakit, ya mau diapakan lagi. Sampai sekarang, saya tidak pernah sakit,” bebernya.
Sudah menjadi rahasia umum, kalau tempat sampah adalah markas bakteri dan gudang penyakit. Tapi keikhlasan Safi’i berkecimpung di TPS Sampah semata karena menjaga kondisi lingkungan. Kalau warga sehat. Produktivitas masyarakat juga baik.
“Bos ada daftarkan saya ke BPJS Kesehatan. Kalau ada apa-apa, ditanggung bos,” kisahnya.
Meski begitu, kesehatan pahlawan lingkungan ini juga perlu diperhatikan. Safi’i mengharapkan, Pemerintah Kota Pontianak mengadakan periksa kesehatan untuk buruh pengangkut sampah.
“Mungkin berikan kita vitamin. Kalau kami sehat, warga tentu sehat,” tutupnya. (*)