Pekerjaan nelayan bukannya tak butuh modal kerja. Jamnan, 54, menghitung biaya operasional melaut per hari sekitar Rp30 ribu. Ditambah biaya mengawetkan ikan bisa mencapai Rp50 ribu per hari. Alhasil, pendapatan nelayan umumnya di bawah Rp 100 ribu per hari. “Jika produktivitas ditingkatkan dan pasar dibenahi, paling tidak keuntungan nelayan bisa lebih menjanjikan,” katanya.
Sebelumnya, Bupati H Hildi Hamid, menyebutkan bahwa Pemkab Kayong Utara sudah membantu nelayan, baik berupa peralatan tangkap maupun kapal. Namun, belum semua nelayan bisa merasakan bantuan itu.
Upaya membangun sektor perikanan di pesisir dan pulau terluar terus diusahakan. Apalagi, perikanan merupakan sektor unggulan Kayong Utara. Kontribusi sektor perikanan terhadap produk domestik bruto (PDB) Kayong Utara mencapai 40 persen. Produksi ikan tangkap di kabupaten ke 13 Kalbar ini mencapai sekitar 20 ribu per tahun. “Kita juga sudah menata pembangunan pusat perikanan,” ujarnya.
Cuaca ekstrim tak hanya menimpa nelayan. Perairan Sukadana dan sekitarnya yang masih mengandalkan angkutan air juga menghambat gerak jasa transportasi. Ombak hingga empat meter diakui Fani, nahkoda KM Sukadana Raya 03, cukup mengerikan. Dan sempat menyergap kapalnya saat mengangkut 35 penumpang dari Pelapis, Kepulauan Karimata, menuju Sukadana.
Bersama ABK lainnya termasuk penumpang dibuat histeris oleh kapal terombang ambing dimainkan gelombang. Bersyukur, kapal dan penumpang berhasil dikendalikan dan dievakuasi ke dermaga terdekat sehingga kapal beserta seluruh penumpangnya lepas dari maut.
“Kami semua sudah pasrah, karena gelombang tinggi datang tiba-tiba akibat angin kencang yang datang seketika,” tutur Fani. (*)