eQuator – Singkawang-RK. Tidak sulit bagi anak-anak di Kota Singkawang untuk mengikuti sunat (khitan) secara gratis. Pasalnya, beberapa pihak seperti berlomba-lomba menggelar Sunatan Massal di Kota Amoy ini. Sehingga pemotongan “burung” ini berlangsung selama tiga hari berturut-turut.
Pada Sabtu (19/12) lalu, Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Singkawang Tengah menggelar Sunatan Massal di SD Negeri 2 Singkawang diikuti 96 anak. Kemudian Minggu (20/12) giliran Pengurus Masjid Alfalah Singkawang Tengah yang melaksanakannya, diikuti 24 anak.
Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Singkawang juga tidak mau ketinggalan. Untuk memperingati Hari Amal Bhakti Kementerian Agama (Kemenag) Kota Singkawang ke-70, Baznas mengelar Sunatan Massal di Gedung Arafah Kompleks Masjid Agung Nurul Islam Singkawang, Senin (21/12). Pesertanya paling banyak, mencapai 220 anak.
“Anak-anak yang disunat ini dari seluruh kecamatan di Singkawang,” kata H
Jawani Usman SSos, Kepala Kemenag Kota Singkawang ditemui usai membuka Sunatan Masal di Gedung Arafah Kompleks Masjid Agung Nurul Islam Singkawang, kemarin.
Jawani mengungkapkan, sunatan massal ini memang rutin dilaksanakan setiap tahun. Pada tahun lalu, yang ikut hanya 100 anak. Tetapi meningkat menjadi 220 anak pada tahun ini. “Kita mengutamakan anak-anak dari kalangan
kurang mampu dahulu. Tetapi karena kuotanya banyak, semua anak diperbolehkan ikut,” jelasnya.
Kendati yang ikut mencapai ratusan anak, tetap saja mereka menutup wajahnya karena takut, ketika petugas medis memotong ujung kulit kemaluannya dengan laser.
Di tempat yang sama, Ketua 1 Baznas Kota Singkawang, Drs H Mukhlis AR mengungkapkan, selain disunat secara gratis, anak-anak tersebut juga mendapat “hadiah” kain sarung dan kopiah.
Sementara itu, salah seorang anak yang menjadi peserta sunatan massal, Apit mengaku sengaja memilih waktu sunatan massal saat ini. Lantaran bertepatan dengan libur sekolah. “Supaya setelah disunat bisa istirahat di rumah,” katanya.
Apit yang nampak lebih tegar ketika disunat ini, jauh berbeda dengan anak-anak lainnya yang disunat sehari sebelumnya di Masjid Alfalah, Kelurahan Roban, Kecamatan Singkawang Tengah.
Kebanyakan peserta sunatan massal tersebut ketakutan, bahkan sampai ada yang menitikkan air mata sebelum prosesnya berlangsung. Sehingga tim medis mesti bersusah payah menghiburnya. “Adik-adik jangan takut. Khitan kali ini berbeda dengan sebelum-sebelumnya,” kata Samiaji, salah seorang tim medis.
Samiaji yang kebagian tugas menyunat di Masjid Alfalah ini menjelaskan, zaman dahulu sunat menggunakan sembilu, kemudian menggunakan gunting. Tetapi kali ini lebih gampang lagi, yakni menggunakan laser, jauh lebih canggih dari sebelumnya. Sehingga tidak terlalu sakit. “Jadi jangan takut, dibawa santai saja,” katanya.
Dengan menggunakan laser ini, jelas Samiaji, perban sudah bisa dibuka setelah dua hari disunat. Jauh berbeda dengan sebelum yang memerlukan waktu hingga berminggu-minggu. “Sekarang ini, dalam dua hari perbanbnya sudah bisa dibuka, tinggal dikasi betadin, tidak perlu dibungkus dengan perban lagi,” terangnya.
Samiaji juga menyarankan kepada anak-anak yang telah disunat tidak sering memegang alat vitalnya tersebut, lantaran dikhawatirkan infeksi. “Kalau terasa panas, jangan ditiup pakai mulit, cukup dianginkan menggunakan kipas angin,” katanya detail.
Dia juga bepesan, agar anak-anak yang telah disunat itu rutin mengkonsumsi obat yang telah diberikan. “Nanti setelah disunat, kita berikan obat. Tolong diminum obatnya secara teratur, tiga kali sehari,” pesan Samiaji.
Sementara itu, salah seorang orangtua yang anaknya disunat, Darmawati menyampaikan terima kasihnya kepada panitia Sunatan Massal. “Sunatan massal ini sangat membantu kami dari kalangan yang tidak mampu yang mempunyai anak laki-laki,” katanya.
Dia berharap, kegiatan seperti ini terus berlanjut dan rutin dilaksanakan. Supaya orangtua lainnya merasa terbantu. “Sunat inikan wajib bagi umat muslim. Dengan digelarnya seperti ini, tentu sangat membantu orangtua, khususnya dari kalangan kurang mampu,” tutup Darmawati.
Laporan: Mordiadi