eQuator.co.id – Putussibau – RK. Sampai saat ini pemerintah sepertinya belum menemukan solusi untuk mengatasi harga komoditi karet yang masih anjlok. Masyarakat meminta pemerintah memperbaiki harganya, karena berimbas pada perekonomian petani karet Kapuas Hulu.
“Turunnya harga karet berimbas pada sekolah anak, gizi anak, kesehatan dan kebutuhan sehari-hari kami,” tutur Dayang Marlina, warga Desa Bunut Hilir, Kecamatan Bunut Hilir, Minggu (27/11).
Perempuan yang disapa Marlina ini berencana membentuk perkumpulan petani karet didaerahnya. Kemudian mereka akan membuat dan mengirimkan surat terbuka kepada Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) agar memperhatikan nasib petani karet di daerah.
“Agar beliau (Jokowi) segera mengambil langkah agar harga karet kembali normal,” kata Marlina.
Sementara warga lainnya, Senab menyebutkan harga karet dulunya mencapai Rp20 ribu per kilogram. Sehingga mampu bersaing dengan harga barang dan mengangkat perekonomian masyarakat. Tidak seperti sekarang di mana harga karet hanya Rp4000-Rp5000 per kilogram.
“Masyarakat di sini mayoritasnya petani karet, jadi kalau harga karet turun kami sangat merasakan dampaknya,” ucapnya.
Anjloknya harga karet ini, kata Senab, otomatis tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka. Terlebih harga barang-barang di Kapuas Hulu serba mahal.
“Saya satu hari noreh getah paling hanya dapat sekitar 5 kilo,” ungkapnya.
Senab menyebutkan, selain karet banyak faktor yang menyebabkan perekonomian masyarakat sulit. Seperti warga yang tinggal di kawasan hutan lindung tidak bebas berusaha. Kemudian belum adanya tataniaga mencari emas, sehingga dilarang.
Ditambahkan Ketua Persatuan Pemuda Pelopor Pembangunan Kapuas Hulu (P4 KH) Ferdi Ilham Saputra, Pemda dan pemerintah pusat harus cepat mengambil langkah untuk mengatasi kesulitan ekonomi yang tengah dihadapi masyarakat saat ini. Pasalnya, ia khawatir dengan sulitnya perekonomian beberapa tahun ini membuat angka kriminalitas dan kesenjangan di masyarakat meningkat. Sementara itu, akibat sulitnya perekonomian selama ini, beberapa orang anak para petani karet yang sedang menempuh pendidikan diperguruan tinggi terpaksa berhenti, akibat tidak adanya biaya.
“Sudah banyak mahasiswa yang pulang kampung karena orang tua sudah angkat tangan dan tidak mampu mengirim uang bulanan dan daftar semester kepada anaknya,” ungkapnya.
Ilham meminta pemerintah mengambil langkah konkrit dengan melahirkan program prioritas yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat petani karet.
Reporter: Andreas
Redaktur: Arman Hairiadi