Banyak cara bisa dilakukan untuk menyalurkan hobi atau sekadar melepas penat dari rutinitas pekerjaan sehari-hari yang seakan tiada habisnya. Salah satunya memancing udang galah di daerah aliran Sungai Kapuas, yang notabene merupakan sungai terpanjang di Indonesia mencapai 1.143 kilometer.
eQuator.co.id – Pontianak-RK. Seperti yang dilakukan komunitas jurnalis Kalbar yang tergabung dalam Jurnalis Fishing Club (JFC). Biasanya komunitas ini menghabiskan akhir pekan dengan berpetualang menelusuri daerah aliran sungai (DAS) di seantero Provinsi Kalbar.
Mulai dari DAS di Kota Khatulistiwa, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Sekadau serta sekitarnya.
Ketua JFC, Andry Soe menuturkan, sebenarnya keberadaan komunitas ini sudah terbilang cukup lama sejak 2014 silam. Namun karena terbentur beragam aktivitas serta kesibukan masing-masing dalam menjalankan tugas jurnalistik, sehingga sejak setahun terakhir fokus mengawal jalannya perhelatan pesta akbar demokrasi Pemilu Serentak 2019.
“Kini pesta akbar demokrasi Pemilu Serentak 2019 telah selesai. Tiba saatnya Jurnalis Fishing Club akan kembali berpetualang menelusuri daerah aliran sungai di Kalbar untuk berburu udang galah,” ucap Andry Soe di Pontianak, Jumat (10/5).
Biasanya spot atau lokasi mancing yang bakal dituju bersama komunitas sudah dikompromikan terlebih dahulu sepekan sebelum keberangkatan. Sekaligus mempersiapkan segala peralatan yang diperlukan menjelang keberangkatan menuju spot potensial si Jepit Biru. Mulai dari menyiapkan peranti pancing seperti reel, joran, mata pancing, benang, headlamp, tang, gunting, timah serta umpang cacing nipah maupun anak udang dan lain sebagainya.
“Saya secara pribadi ketika berangkat menuju spot seolah tak ada aral yang bisa menghadang. Mulai dari cuaca dan lain sebagainya. Bagi saya bicara hasil itu nomor 17 sekian. Yang penting ketika timah sudah menyentuh dasar sungai, terasa adem hati ini. Yuhuuuu,” ucapnya seraya tersenyum.
Sedangkan sarana mancing yang biasa dipergunakan kawan-kawan dalam berburu udang galah di sungai juga beragam. Di antaranya speedboat, motor air, sampan robin maupun perahu.
“Terkadang ketika berada pada spot-spot tertentu, satu unit sampan robin bisa menarik hingga belasan sampan untuk menuju spot pemancingan. Inilah yang namanya kebersamaan,” tuturnya.
Menurutnya, hobi mancing udang galah tidak serta merta mengharapkan hasil yang banyak alias berlimpah. Namun baginya ketika sudah berada di atas sampan atau sampan robin, maka dirinya merasakan sensasi yang luar biasa. Terlebih bisa menikmati indahnya alam serta segarnya udara pagi.
Sementara itu, disinggung ihwal seberapa besar udang galah yang pernah diperoleh dalam berbagai petualangan berburu udang galah di seantero DAS di Provinsi Kalbar? Andry Soe menjawab, “Saya pernah menaikkan udang galah super sekitar 7 ons di Sungai Matang Gadong, Desa Matang Gadong, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Kabupaten Ketapang medio 2014 silam. Namun saya menyebutnya hanya rezeki mata. Kenapa demikian, karena saat udang galah super tersebut berhasil muncul dari permukaan sungai, namun masih bergantung pada joran pancing saya, saya lalu mencandai teman disamping saya. Namun tiba-tiba udang galah super itu menghentakkan tubuhnya ke sungai dan akhirnya berhasil meloloskan diri. Seketika tangan kiri saya berupaya menyambar bayangan udang tersebut di dalam sungai. Namun tetap saja lolos. Akhirnya saya berteriak sekuat tenaga melepaskan kekesalan sembari ditertawakan oleh rekan,” kenang Andry Soe.
“Sepanjang karir saya berburu udang galah. Seingat saya udang galah terbesar yang pernah didapat seberat sekitar 5 ons. Tetapi, kalau udang galah ukuran 2 hingga 3 ons sering pula diperoleh. Alhamdulillah, rezeki anak soleh,” kelakarnya.
Dalam kesempatan itu, wartawan desk politik ini berbagi pengalaman seputar memancing udang galah di sungai. Menurutnya, seorang pemancing itu harus senantiasa tenang dan tidak boleh gegabah dalam berbagai situasi dan kondisi ketika berada di sungai. Terlebih ketika berada di atas sampan berkapasitas 1 atau 2 orang.
“Ketenangan dari seorang angler itu penting. Mulai dari mengerek udang galah maupun ketika berjumpa hewan predator saat berada di sungai. Seperti buaya, biawak, ular dan lain sebagainya. Karena kalau kita gopoh tentu malah bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,” terangnya.
Tak hanya itu, mantan Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Panca Bhakti ini mengimbau, masyarakat agar senantiasa menjaga sekaligus melestarikan DAS di seantero Provinsi Kalbar, sehingga kekayaan hayati serta udang dan ikan yang terdapat di dalamnya selalu terjaga demi anak cucu di masa mendatang.
“Saya harap petugas Pol Airud dan BKSDA bisa memberikan sanksi tegas terhadap oknum-oknum masyarakat yang melakukan penangkapan ikan maupun udang dengan cara yang dilarang Undang-undang. Seperti meracun, bom, setrum dan lain sebagainya,” tegasnya.
Sementara itu, anggota Komunitas Mamo Fishing Club (MFC), Amin (30) mengungkapkan, memancing udang merupakan hobi yang mengasikan. Apalagi ketika memancing di suatu lokasi spot udang, pandangan mata kerap disuguhkan oleh pemandangan alam di sungai yang masih terlihat asri, sehingga menyejukkan mata dan hati.
“Kita mancing untuk menyalurkan hobi. Apalagi sambil memancing kita bisa refreshing melepas penat di sungai,” ujar Amin.
Namun, Amin menambahkan, bagi sebagian orang memancing udang galah merupakan hal yang membosankan. Karena harus memperkuat kesabaran untuk menunggu umpan dimakan si Jepit Biru.
“Tetapi bagi saya memancing justru memberikan kesabaran yang ekstra dalam diri saya. Apalagi ketika pancing dimakan udang. Disitulah letak sensasi merasakan tarikan udang. Apalagi sampai membuat joran melekung karena tarikan udang galah, sehingga memacu adrenalin berdetak kencang. Itulah sensasi yang dirasakan sehingga tak bisa digantikan oleh apapun,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Amin menuturkan bahwa dirinya kerap berburu si Jepit Biru di kawasan sungai Kota Mempawah dan sekitarnya. Termasuk di sejumlah daerah pedalaman alur Sungai Mempawah.
“Seperti spot pemancingan udang di kawasan air hitam, Sungai Nipah, Sungai Duri, Sungai Segedong, Sungai Sebukit Rama serta masih banyak lagi spot strategis untuk berburu udang galah,” ulasnya.
Sementara itu, anggota komunitas lainnya, Ari Black (31) menuturkan, keberadaan udang galah di Sungai Mempawah menarik minat komunitas pemancing udang galah dari berbagai daerah di Kalbar. Seperti pemancing asal Kota Pontianak, Kota Singkawang, Kabupaten Sambas dan lainnya.
“Mereka kerap bertandang ke Mempawah untuk menjajal kemampuan dalam berburu udang galah, sehingga setiap hari Sabtu dan Minggu para pemancing udang kerap terlihat memenuhi alur Sungai Mempawah,” paparny.
Menurutnya, keberadaan para pemancing udang tersebut tentu memberikan berkah rezeki tersendiri bagi masyarakat setempat. Karena usaha penyewaan sampan dan sampan bermesin menjadi laris manis, sehingga mendorong perekonomian masyarakat setempat.
“Bahkan, tak jarang banyak pemancing yang harus rela tidak kebagian sampan atau robin untuk menelusuri Sungai Mempawah untuk menuju spot-spot potensial berburu udang galah. Sehingga akhirnya mereka memilih memancing di atas kerambah apung milik masyarakat,” ulasnya.
Reporter: Syamsul Arifin
Redaktur: Andry Soe