Bentuk Asosiasi Petani Karet Untuk Menjaga Mutu, Harga Pantas Rp12 Ribu per Kilogram

MENYADAP. Warga Dusun Manda, Desa Kedamin Darat, Kecamatan Putussibau Selatan tengah menyadap karet di kebunnya Jalan Tani belum lama ini. ANDREAS-RK

eQuator.co.id – Putussibau – RK. Anjloknya harga karet yang sudah berlangsung beberapa tahun terakhir ini diduga karena kualitasnya tidak standar. Akibatnya, harga karet yang pernah mencapai Rp20 ribu per kilogram anjlok dikisaran Rp5 ribu-Rp6 ribu.

Guna menjaga kualitas dan harga agar tetap stabil, Camat Boyan Tanjung H. Sudarso bersama masyarakatnya akan membentuk asosiasi petani karet. Asosiasi ini tidak hanya mengakomodir kepentingan petani karet di kecamatan Boyan Tanjung, tetapi akan merangkul seluruh di Kapuas Hulu. Dengan demikian kepentingan petani karet bisa diperjuangkan.

Menurut Sudarso, anjloknya harga karet tidak terlepas dari peran petani itu sendiri. Petani tidak bisa menjaga kualitas maupun mutu getah karet yang dihasilkan. Sehingga berdampak pada harga karet yang terus anjlok di pasaran.

“Rencana pembentukan asosiasi petani karet ini sudah disampaikan ke kabupaten dan provinsi. Awal tahun 2017 asosiasi petani karet Kapuas Hulu rencananya dibentuk. Sementara di Boyan Tanjung sudah terbentuk,” ujar Sudarso saat ditemui di Putussibau, Rabu (21/12) kemarin.

Selama ini tidak ada wadah bagi petani karet untuk menyampaikan keluhannya kepada perusahaan. Karenanya keberadaan asosiasi petani karet ini dianggap sangat penting.

Menurut Sudarso, asosiasi ini akan memperjuangkan hak-haknya dan membina para petani karet. Selama ini kualitas karet di Kapuas Hulu tak terkontrol karena tidak adanya pembinaan. Mestinya, setiap kecamatan ada satu pembina petani karet. Sehingga bisa disampaikan pada petani bagaimana membuat dan menjaga kualitas karet.

“Apa konsekuansi jika karet tak berkualitas. Karena itu keberadaan asosiasi petani sangat penting untuk membina dan memperjuangkan hak-hak petani. Syarat pembentukan asosiasi petani karet tidak sulit. Jika melihat persyaratan tersebut sangat memungkinkan untuk dibentuk asosiasi,” terangnya.

Dijelaskan dia, di Kapuas Hulu, sebulan karet yang dihasilkan bisa mencapai ribuan ton. Bahkan, seorang petani bisa menghasilkan 2-8 ton karet setiap bulannya. Hanya saja, hasil para petani ini tak terkoordinir.

Sudarso berpendapat, jika harga karet di bawah Rp8000 per kilogram jelas membuat petani sengsara. Karena tidak sebanding dengan harga kebutuhan pokok di pasar yang terus melonjak. “Harga karet yang pantas minimal Rp12 ribu per kilogram,” demikian Sudarso.

 

Reporter: Andreas

Redaktur: Arman Hairiadi