eQuator.co.id – Putussibau-RK. Kondisi bangunan barau penahan tebing di bibir Sungai Kapuas, Kedamin Hilir, Putussibau Selatan, Kapuas Hulu kian memperihatinkan. Hampir separuh dari ratusan meter panjang barau yang dibangun sekitar dua tahun lalu itu sudah ambruk.
Warga Kedamin Hilir, Nurhayati menyayangkan kondisi barau yang baru dibangun sudah ambruk. Padahal lokasi pemasangan barau sering dijadikan pangkalan masyarakat untuk hilir-mudik. Terutama di daerah jalur sungai. “Karena di atas barau sudah dibangun stegher untuk turun-naik penumpang, masih sampai sekarang. Hanya tidak terlalu ramai. Kasian juga, warga sulit beraktivitas di situ,” kata Nurhayati ditemui kediamannya sekitar bantaran Sungai Kapuas, Rabu (7/9)
Nurhayati mengaku pernah mendengar kabar, lokasi pembangunan barau akan dilanjutkan ke bagian hulu. Namun sampai sekarang belum dilaksanakan. Dia hanya ingat sepintas, para pekerja barau tersebut berasal dari Kota Pontianak. “Katanya sih mau dilanjutkan,” singkatnya.
Terpisah, Ketua RT5/RW1, Riduansyah menduga, kekuatan bangunan barau yang hanya mampu bertahan sekitar dua tahun itu, disebabkan pemasangan bendungan yang tidak maksimal. Kemudian pondasi bawah yang tidak kuat.
“Tidak ada penyangga yang menahan seperti yang di bagian hilir. Kalau di hilir itu, dikasih besi penahan, kemudian dicor. Kalau bagian hulu yang rusak itu tidak, apalagi selalu diterjang arus sungai,” kata Riduansyah.
Dikatakan Iwan sapaan Riduansyah, kondisi terparah lokasi barau tersebut terjadi sekitar satu tahun lalu. Ridwan meminta instansi terkait mengetahui kondisi barau yang rusak. Mestinya dicek dan dilakukan perbaikan sementara. Sehingga tebing tidak ambruk. “Setahu saya tidak pernah dicek. Sudah dibangun tidak ada pemeliharaan,” ucapnya.
Dikatakan Iwan, barau yang dibangun sekitar 100 meter itu menelan biaya sekitar Rp1 milyar. Iwan juga pernah melihat, hanya ada petugas yang melakukan pengukuran untuk penambahan bangunan barau ke bagian hulu. Namun sampai sekarang belum dikerjakan. “Katanya mau dilanjutkan. Sudah beberapa kali diukur, tapi belum ada juga penyambungan,” tegas Riduansyah. (dre)