eQuator.co.id – Nanga Mahap-RK. Bencana banjir bandang yang menerjang Kecamatan Nanga Mahap, Sekadau, sejak Sabtu (14/5) pagi terus meluas. Sedikitnya 100 kepala keluarga (KK) mengungsi dan seorang warga tewas tenggelam.
Sore kemarin air mulai surut. Namun ratusan rumah warga masih terendam banjir dengan ketinggian bervariasi. “Di rumah saya, ketinggian air masih mencapai selutut,” ucap Munah, warga Nanga Mahap dijumpai Rakyat Kalbar di Nanga Mahap, Minggu (15/5) sore.
Ketinggian air sedikit berkurang, dibandingkan sehari sebelumnya. Namun banyak rumah warga yang masih terendam.
Mereka mengungsi ke rumah tetangga. Beruntung, Munah yang rumahnya dua lantai, tidak perlu mengungsi ke tempat lain.
“Saya dan kelaurga tidur di lantai atas. Barang-barang berharga, juga sudah diungsikan ke lantai atas,” ucap ibu satu anak itu.
Munah menuturkan, banjir bandang terjadi sejak Sabtu pagi. Perlahan air menggenangi rumahnya dan warga lainnya. “Di halaman rumah saya, air ketinggian mencapai sehidung. Di pasar (Pasar Mahap), ketinggianya lebih parah lagi,” jelas Munah.
Syamsiah, warga Dusun Soket mengatakan, banjir membuat warga di daerahnya terpaksa mengungsi. “Banyak yang harus pindah (mengungsi),” ucap Syamsiah.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sekadau, Ir. Akhmad Suryadi, MT mengatakan, banjir sudah merendam lima desa di Kecamatan Nanga Mahap. Desa dimaksud, Nanga Mahap, Batu Pahat, Lembah Beringin, Tembesuk dan Desa Nanga Suri.
“Totalnya, ada 648 rumah warga yang terendam,” ucap Akhmad kepada Rakyat Kalbar saat meninjau bencana banjir tersebut, kemarin.
Dari 648 rumah itu, tercatat ada 747 KK dan 1.944 jiwa yang menjadi korban banjir. “Dari jumlah itu, tercatat 100 KK terpaksa harus mengungsi,” ucap Akhmad.
Menurut Akhmad, banjir terjadi karena Sungai Mahap dan Sungai Sekadau meluap akibat tingginya curah hujan di pehuluan Mahap. Banjir ini datang secara tiba-tiba, dan diperkirakan akan surut dalam satu atau dua hari ke depan.
Tapi air dari banjir ini sudah mengalir ke sejumlah daerah di perhiliran Sungai Mahap dan Sungai Sekadau. Salah satunya Kecamatan Nanga Taman. “Sekarang airnya sudah sampai ke Nanga Taman. Dan beberapa desa di Nanga Taman terendam banjir,” ulas Akhmad.
Hingga sekarang, memang belum ada laporan adanya korban jiwa. Namun Akhmad meminta kepada warga untuk tetap siaga dengan potensi banjir ini.
Tak hanya pemukiman warga, banjir juga sudah merendam akses jalan. Sedikitnya ada empat titik akses jalan yang terendam banjir. Dua titik berada di Kota Mahap, dan dua titik lagi berada di akses jalan provinsi dari Nanga Taman menuju Nanga Mahap, tepatnya di ruas jalan Nanga Suri ke Nanga Mahap.
Banjir membuat jalur transportasi darat menuju Nanga Mahap terputus. Awak koran ini pun terpaksa harus menaiki perahu karet yang dipersiapkan BPBD Sekadau untuk menuju Kota Nanga Mahap.
BPBD memang menerjunkan sejumlah personilnya ke Nanga Mahap, membawa peralatan berupa perahu karet. Tim dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinas Sosnakertrans Sekadau juga sudah diturunkan untuk membantu warga yang membutuhkan bantuan.
Sementara pengguna kendaraan roda empat, sejak Sabtu hingga siang kemarin, tidak bisa melintas dari dan menuju Nanga Mahap. Sedangkan pengendara sepeda motor, bisa melintas dengan cara menaikkan sepeda motor ke rakit yang dipersiapkan warga untuk menambang.
“Sekali lewat bawa motor, biayanya Rp20 ribu,” ucap salah seorang pemilik rakit kepada Rakyat Kalbar, kemarin.
MAKAN KORBAN JIWA
Banjir bandang yang menerjang Nanga Mahap sejak Sabtu (14/5) tak hanya merendam rumah warga. Korban jiwa pun telah jatuh.
Atu Tajuli Abdurrahman (60 tahun), karyawan perkebunan karet PT. Landak Bhakti Palma (LBP), ditemukan tewas tergeletak di jalan poros Nanga Mahap-Kabupaten Ketapang tak jauh dari mess perusahaannya di Dusun Seberang Sekadau, Desa Nanga Mahap, Senin (16/5) sekitar pukul 06.55.
Informasi yang didapat Rakyat Kalbar, warga Bandung yang memiliki KTP Samarinda itu ditemukan tak bernyawa di pinggir jalan poros Nanga Mahap-Ketapang. “Jalan itu sebelumnya sudah terendam banjir. Tapi saat ditemukan, airnya sudah surut,” ucap Kapolres Sekadau, AKBP Muslikhun SIK, kemarin.
Jasad Atu pertama kali ditemukan Syarifudin, rekan kerja korban. Waktu itu, Atu hendak pergi ke mess dan melihat Atu tergeletak di jalan.
Lokasi penemuan jasad Atu hanya berjarak sekitar 100 meter dari mess perusahaannya. Diduga, Atu tewas saat hendak pulang ke mess dan melintasi jalan yang sehari sebelumnya masih digenang air dengan ketinggian lebih dari dua meter.
“Kemungkinan besar, korban tidak bisa berenang. Sebab, korban tidak punya sejarah epilepsi,” ucap Muslikhun.
Atu diketahui baru bekerja di Nanga Mahap dua hingga tiga bulan terakhir. Korban memang tinggal di mess karyawan yang berada tak jauh dari SMPN 1 Nanga Mahap.
Pihak kepolisian dari Polsek Mahap dan Polres Sekadau sudah membawa korban ke Puskesmas Mahap untuk dilakukan visum. “Hasil visum, tidak ada tanda-tanda kekerasan,” ungkap Muslikhun.
Saat ini, jasad Atu tengah dibawa dari Mahap menuju Sekadau. Selanjutnya, jasad korban dibawa ke Pontianak untuk kemudian diterbangkan ke kampung halamannya di Jawa Barat.
Kanit Reskrim Polsek Nanga Mahap, Zulfikar mengatakan, korban hilang sejak Sabtu (15/5) sore. Kejadian hilangnya korban bertepatan dengan kondisi banjir bandang di Nanga Mahap.
“Paginya masih ada bersama kawan-kawan kerjanya di perumahan karyawan PT. LBP yang berada terpisah dari mess karyawan,” ucap Zulfikar.
Namun pada sore harinya saat banjir masih tinggi, korban memilih pulang ke mess karyawan yang berada di dekat SMPN 1 Nanga Mahap. Padahal, kawan-kawannya yang lain berada di perumahan karyawan.
“Mungkin waktu pulang itu lah korban tenggelam. Sebab jalan menuju ke mess itu bentuknya curam dan terendam air banjir,” ulas Zulfikar.
Saat ditemukan, kondisi jasad korban sudah sedikit membusuk. Korban mengenakan celana jeans dan baju kaos berkerah warna biru. Diduga karena menggunakan celana jeans itu lah, korban kesulitan menerobos genangan air yang tingginya mencapai dua meter.
Awalnya, tidak ada yang mengira jika korban tewas tenggelam. Sebab, kawan-kawannya di perumahan karyawan, mengira korban sudah sampai ke mess yang dituju.
Minggu siang, baru kawan-kawannya tahu korban hilang. “Ada rekan kerjanya yang datang ke mess dan melihat mess dalam kondisi terkunci. Dari itu, langsung dilakukan pencarian korban, dan baru ditemukan tadi pagi, kebetulan ada warga yang melintas dan melihat korban tergeletak di tepi jalan,” jelas Zulfikar.
Ingatkan Perusahaan
Bupati Sekadau, Rupinus, SH, M.Si ikut angkat bicara terkait kasus meninggalnya Atu. Ia pun mengingatkan perusahan untuk memberikan kepedulian kepada korban.
“Harapan kita perusahaan untuk dapat membantu memulangkan jasad korban ke kampung halamannya,” ucap Rupinus kepada wartawan, keamrin.
Rupinus menegaskan, banjir masih berpotensi menggenang beberapa daerah di wilayah kerjanya. “Makanya kita harapkan masyarakat waspada. Apalagi banjir masih terjadi,” ulasnya.
Sementara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sekadau, Ir Akhmad Suryadi menegaskan, baru mengetahui adanya informasi warga tewas tenggelam, setelah korban ditemukan.
“Soalnya, tidak ada laporan ke kita kalau ada warga hilang,” kata Akhmad kepada Rakyat Kalbar, kemarin.
Akhmad mengakui, pihaknya baru mengetahui jika ada korban tewas tenggelam itu, setelah mendapat informasi dari warga. “Kalau kita tahu informasinya dari awal, tentu tim kita siap melakukan pencarian,” ucap Akhmad.
Kedepannya, Akhmad berharap masyarakat mau proaktif menginformasikan, jika ada kejadian yang berkaitan dengan bencana. Informasi itu penting, agar BPBD bisa segera menerjunkan bantuan.
Akhmad menegaskan, banjir memiliki potensi negatif. Mulai dari timbulnya korban jiwa, harta benda dan lain-lain. “Karena itu, kita minta agar warga tetap waspada,” ucapnya.
Terkait soal banjir, dituturkan Akhmad, saat ini ketinggian banjir di Nanga Mahap sudah surut. Namun air banjir bandang tersebut, saat ini sedang menerjang Kecamatan Nanga Taman dan Kecamatan Sekadau Hulu.
“Ada beberapa daerah di Kecamatan Nanga Mahap dan Sekadau Hulu yang airnya mulai naik. Terutama daerah-daerah yang berada di pesisir sungai,” ujar Akhmad.
Anggota DPRD Sekadau, Damre Sepejo meminta agar pemerintah tanggap dengan potensi banjir. “Harus dilakukan sosialisasi kepada masyarakat, terutama yang berada di tepi sungai untuk mewaspadai potensi banjir,” tutur Damre.
Laporan: Abdu Syukri
Editor: Kiram Akbar