Balita Tewas DBD Mulai Ganas

DISEMAYAMKAN. Jasad Aira Hilwa Syafya, bocah 4 tahun 9 bulan disemayamkan di rumah duka, Desa Sungai Ringin, Jumat (4/12) malam. Korban diduga menderita DBD. ABDU SYUKRI

eQuator – Sekadau-Sintang-RK. Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai mengganas di Kabupaten Sekadau dan Sintang. Setelah menyerang puluhan warga sejak awal tahun lalu, kini penyakit tersebut mulai merenggut korban jiwa.

Aira Hilwa Syafya, bocah 4 tahun 9 bulan menjadi korban keganasan DBD. Aira tewas setelah menderita demam sejak tiga hari lalu. “Dia meninggalnya sekitar pukul 17.00, tadi (kemarin) sore,” ucap Salahudin SPdI MM, ayah kandung Aira dijumpai Rakyat Kalbar di kediamannya, Desa Sungai Ringin, Kecamatan Sekadau Hilir pukul 20.30, tadi malam.

Vijai, panggilan akrab Salahudin menceritakan, tiga hari lalu anaknya demam tiba-tiba. Namun saat itu kondisinya masih stabil, pihak keluarga pun tidak khawatir.

Tidak disangka Aira terserang DBD, ayahnya mencoba mengobati dengan obat seadanya. Pagi sebelumnya, kondisinya sempat membaik. Bahkan panasnya sudah turun. “Tapi sorenya, kondisinya drop. Waktu itu, saya tidak ada di rumah,” kenang Vijai.

Istri Vijai, Endang Syayati bersama keluarga membawa putri bungsu mereka dari tiga bersaudara itu ke Klinik Anugerah di kawasan Terminal Lawang Kuari Sekadau. Ternyata Tuhan bekehendak lain. Aira diduga sudah meninggal sebelum sempat mendapat perawatan medis. “Perawat di sana bilang, anak saya terkena DBD. Saya baru tahu tadi,” lirih Vijai.

Di rumah duka, sudah banyak pelayat yang datang. Ayah korban yang mengenakan peci dan sarung duduk di ruang depan yang juga dijadikan warung minuman. Ia menyambut Rakyat Kalbar dengan ramah, demikian juga dengan pelayat lainnya.

Sementara jasad Aira berada di ruang tengah dan sudah ditutupi kain. Sejumlah pelayat duduk di sekeliling jasad murid TK Negeri Pembina Sekadau Hilir itu.

Ibu korban sendiri tampak shock dengan kepergian anaknya. Sang ibu mengurung diri di kamar. Hanya sayup-sayup suara tangisan yang terdengar dari ruang tengah rumah berbentuk Ruko tersebut.

Sedangkan sang ayah, Vijai, berusaha tetap tegar. Bagi Vijai, kepergian sang anak untuk menghadap sang khalik adalah sesuatu yang tak bisa dielakkan siapa pun.

“Sudah takdir. Itu (terkena DBD) hanya penyebab saja,” kata Vijai berusaha tabah.

Meski ciri-ciri sakit Aira mirip dengan gajala DBD, namun dokter jaga Klinik Anugerah, dr Iswandi engan memberikan kepastian 100 persen. Menurutnya, itu baru sebatas dugaan berdasarkan gejala.

“Soal kepastian, tidak dapat kita putuskan. Sebab saat datang ke klinik, kondisinya sudah meninggal,” singkat Iswandi.

Dinkes Dirikan Posko

DBD juga menggila di Sintang. Pemkab setempat menyediakan Posko Penanggulangan DBD, seraya melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di sekolah-sekolah.

“Posko Penanggulangan DBD kita dirikan di setiap Puskesmas di kecamatan,” ungkap Selimin, Sekertaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Sintang ditemui di ruang kerjanya, Jumat (4/12).

Pendirian Posko dibarengi dengan perintah kepada setiap Puskesmas, untuk siap dan tanggap memberikan pertolongan penderita DBD. Pendirian posko dikarenakan semakin banyaknya kasus DBD di beberapa kecamatan di Sintang. “Di RSUD Ade M Djoen saja sudah ada empat pasien DBD yang sedang dirawat,” ujar Selimin.

Dari keempat pasien tersebut, ungkap dia, salah seorang diantara sudah masuk tahap kritis. Mudah-mudahan yang bersangkutan dapat segera diselamatkan. Selain terus berupawa menyelamat pasien DBD, berbagai upaya pencegahan semakin ekstra dilakukan. Di antaranya dengan PSN. “Saat ini PSN kita fokuskan di 51 sekolah, karena kasusnya banyak ditemukan di sekolah,” jelas Selimin.

PSN tersebut, kata Selimin, dilakukan dengan cara pengasapan (fogging) di seluruh wilayah yang kasus DBD-nya meningkat. Sayangnya, terkendala ketersediaan alat fogging. “Kita hanya mempunyai tiga alat fogging yang usianya sudah tua,” ungkapnya.

Sementara cakupan wilayah yang akan di-fogging cukup luas. Untuk menjangkau wilayah yang kasus DBD-nya meningkat, sudah kesulitan, seperti di Kecamatan Sintang dan Sepauk.

Sehingga, jelas Selimin, Dinkes tidak bisa langsung menyetujui permintaan fogging dari masyarakat. “Kita harus survei dulu peningkatan kasus di wilayah yang minta fogging itu,” ujarnya.

Misalnya, kata Selimin, di Sintang Kota terjadi 13 kasus DBD ditambah korban meninggal dunia. Nah, itu yang bisa di-fogging. “Jika tidak ada kasus, maka terpaksa kami tidak melakukan upaya fogging,” jelasnya.

Selimin mengungkapkan, Dinkes sudah berkoordinasi dengan Camat dan Kepala Puskesmas agar responsif dan aktif melakukan penyuluhan serta PSN. Terutama di setiap sekolah.

Tunggu Teken Bupati

Selimin mengungkapkan, memasuki minggu ke-47, Dinkes Sintang telah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD. Karena jumlah kasusnya semakin meningkat. “Tercatat 97 kasus. Empat orang meninggal dunia, semuanya anak-anak usia tiga hingga tujuh tahun,” ungkapnya.

Tetapi, hingga kini Sintang belum KLB DBD, lantaran Penjabat (Pj) Bupati Sintang, Alexius Akim belum menandatangani Surat Keputusan (SK) penetapan status tersebut. “Saat ini masih menunggu SK Pj Bupati, usulan Kepala Dinkes masih dikoreksi,” ungkap Selimin.

Kendati status KLB belum diteken, Puskesmas sudah bergerak menanggulangi DBD tersebut. Seperti yang diakui Kepala Puskesmas Tanjung Puri, Yustandi. “Kita sudah berupaya melakukan pencegahan, dengan cara sosialisasi, turun ke lapangan bersama masyarakat,” katanya.

Sasarannya Kelurahan Sungai Ana dan Desa Martiguna. “Kita bhakti sosial dengan membersihkan selokan, sampah bekas dan mengubur barang-barang bekas,” ungkap Yustandi.

 

Laporan: Abdu Syukri, Achmad Munandar

Editor: Hamka Saptono

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.