eQuator.co.id – Sekadau-RK. Nopi lunglai di lantai ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Sekadau, Kamis (2/6) pukul 21.00. Wanita dengan tinggi sekitar 150 Cm itu sempat tak sadarkan diri, begitu mendengar kabar dari dokter jaga RSUD Sekadau bahwa sang ayah, Jamaludin sudah meninggal.
Tiga tetangga dan keluarga yang ikut mengantar Nopi ke RSUD Sekadau berusaha membangunkan Nopi. “Istighfar. Ngucap-ngucap,” kata Adam Amir, salah seorang tetangga yang ikut mengantarkannya ke RSUD Sekadau.
Tak hanya Nopi, sang ibu, Yanti, juga histeris mendengar kabar tersebut. Meski berusaha sedikit tentang, namun Yanti tampak shok. Mulutnya tak henti-henti mengucapkan kalimat takbir ‘Allahhu Akbar’, ‘Allahhu Akbar’ dan kalimat istighfar ‘Astaghfirlullah Hal Azim’.
Yanti ikut membangunkan anaknya. Setelah sekitar satu menit tak sadarkan diri, Nopi akhirnya terbangun dan perlahan dari mulutnya terdengar kalimat Istighfar dan kata ‘ayah’.
Bersama sang ibu, Nopi diantarkan beberapa tetangga dan kerabatnya ke RSUD Sekadau untuk menjenguk kondisi sang ayah, Jamaludin, 50 tahun. Warga BTN Cipta Mandiri I, RT 31/RW 05, Keluarahan Sengkuang, Kecamatan Sintang Kota, tak menyangka, jika ayahnya sudah menjadi mayat di kamar mayat UGD RSUD Sekadau.
“Saya ditelepon orang. Katanya suami saya kecelakaan dan hanya luka-luka lecet di lutut saja,” kata Yanti sambil terisak menahan air mata.
Jamaludin adalah guru di SDN 20 Mambo, Kelurahan Sengkuang, Kecamatan Sintang Kota. Dia meregang nyawa setelah mengalami kecelakaan di Jalan Sekadau-Sintang, KM 18, tak jauh dari Simpang Empat Kayu Lapis, Desa Tapang Semadak, Kecamatan Sekadau Hilir, Kamis (2/6) pukul 18.00. Saat ditemukan, awalnya korban masih hidup dan sempat berbicara kepada beberapa warga yang melintas, bahwa dirinya baru saja disenggol truk pengangkut sawit.
Namun karena korban menderita luka cukup serius di bagian belakang pinggang dan kaki, kondisinya kesehatannya terus menurun. Jamaludin baru dibawa ke rumah sakit sekitar satu jam kemudian, setelah beberapa warga menghentikan secara paksa kendaraan truk terbuka.
Kecelakaan yang dialami Jamaludin, saat dirinya pulang dari Pontianak menuju Sintang, mengendarai sepeda motor Vario KB 3435 RU. Sesampainya di lokasi kejadian, korban bersenggolan dengan truk yang melintas dari arah Sintang menuju Sekadau.
Akibat senggolan itu, korban terpental. Diduga kuat, korban sempat tergilas oleh kendaraan tersebut.
Sang istri, Yanti, mengaku tidak menyangka jika suaminya meninggal dengan cara tragis. Menurutnya, sebelum berangkat dari Pontianak, suaminya sempat menelepon dan mengabarkan akan pulang ke Sintang.
“Sore tadi, saya bilang ke anak mau mandi, menunggu bapak pulang. Perkiaraan saya, mungkin sekitar jam 20.00 tadi, sudah sampai ke Sintang,” kenangnya.
Meskipun memiliki mobil, Jamaludin memilih mengendarai sepeda motor. “Almarhum memang sering pakai motor. Kemarin dia milir ke Pontianak untuk menyelesaikan urusan keluarga. Dia bilang, pakai motor saja, biar di Pontianak bisa enak bepergian,” tutur Yanti.
Adam Amir, tetangga korban mengatakan, Jamaludin merupakan guru di SDN 20 Mambo. “Hari Senin ini kan ada ulangan di sekolah. Mungkin almarhum mau cepat pulang,” tuturnya.
Kasus kecelakaan ini masih ditangani Sat Lantas Polres Sekadau. “Informasinya, korban bersenggolan dengan mobil pengakut sawit,” kata Bripka Winarto, Kanit Laka Sat Lantas Polres Sekadau.
Polisi masih memburu mobil yang menyenggol Jamaludin. “Ini tabrak lari. Kita imbau kepada pengendara mobil untuk menyerahkan diri,” tegasnya.
Kasus tabrak lari bukan baru pertama kali di Sekadau. Pada 1 Mei 2016 lalu, tabrak lari juga terjadi. Hingga sekarang, belum juga terungkap.
Korbannya Jamani, 18, warga Kampung Tebal, Desa Sungai Ringin, Kecamatan Sekadau Hilir. Jamani tewas setelah kepalanya dilindas truk di KM 7, Jalan Sekadau-Sanggau, Dusun Ensali, Desa Ensalang, Kecamatan Sekadau Hilir.
Mirisnya lagi, Jamani meninggal di depan sang kekasih Amiruddin, 19. Kondisi warga Kampung Tebal, Desa Sungai Ringin, Sekadau Hilir itu juga sangat mengerikan. Kepala Jamani remuk dilindas ban truk. (bdu)