eQuator.co.id – Nanga Pinoh-RK. Demam Berdarah Dengue (DBD) bikin was-was masyarakat Kabupaten Melawi. Apalagi kasusnya paling banyak di Nanga Pinoh, kecamatan yang memiliki sembilan desa endemik.
“Desa sudah ditemukan pasien DBD, di antaranya Tanjung Tengang, Sidomulyo, Kelakik, Pall, Tebing Kerangan. Kasus tertinggi masih di Desa Pall. Data jumlah pastinya untuk hari ini (kemarin, red) saya belum pegang,” ungkap dr Sherwin Sien, Kepala Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Nanga Pinoh ditemui di ruang kerjanya, Selasa (16/2).
Sien mengaku, saat ini pihaknya sedang fokus memantau sembilan desa di Kecamatan Nanga Pinoh yang endemik DBD tersebut. “Untuk antisipasi DBD, terutama fogging kita masih terkendala anggaran,” ungkapnya.
Pun demikian, pihak Puskesmas tidak akan berpangku tangan. Langkah pencegahan telah dilakukan. Di antaranya dengan penguatan tenaga kesehatan di desa. Termasuk penguatan kader Jumantik hingga pembagian abate. “Sementara ini kita melakukan penyuluhan kesehatan, terlebih dalam upaya pencegahan, sebelum terserang DBD,” ungkap Sien.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Melawi, dr Ahmad Jawahir, dihubungi melalui via seluler membenarkan bahwa kasus DBD di Melawi paling banyak di Nanga Pinoh.
Ia pun mengatakan, dalam menangani kasus DBD, masyarakat harus memahaminya dengan benar. Penanganan yang dilakukan dengan fogging, tidak bisa dilakukan secara efektif. “Sebab sifatnya penanganan sementara, untuk membelokir penyebaran nyamuk,” jelas Jawahir.
Upaya pencegahan maksimal itu, tambah dia, dengan menggalakkan Gerakan 4M Plus, yakni Menguras, Mengubus, Menimbum, dan Membersihkan serta Plusnya, menggunakan anti nyamuk saat tidur, jangan menggantung pakaian di dalam rumah dan lainnya.
“Fogging sudah kita lakukan di beberapa wilayah. Tetapi masih saja tetap ada. Karena fogging hanya membunuh nyamuk desa yang sebenarnya tanpa kita fogging pun akan mati selama 20 hari. Yang perlu dibasmi itu generasi nyamuk dangue ini, yakni dengan membasmi sarang nyamuk dengan 4M plus tadi,” papar Jawahir. (aji)