-ads-
Home Rakyat Kalbar Pontianak Astagfirullah, Anak-anak Hingga Orangtua Kecanduan Ngelem

Astagfirullah, Anak-anak Hingga Orangtua Kecanduan Ngelem

Edi Kamtono: Ini Bahaya, Nanti Bisa Gila

MABUK LEM. Puluhan anak bawah umur yang ditangkap saat mabuk lem beberapa waktu lalu. Dok

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Mabuk lem sudah begitu meresahkan warga. Parahnya, kecanduan ngelem ternyata tak hanya menimpa anak-anak dan remaja, tapi juga orangtua.

Informasi yang berhasil di dapat Rakyat Kalbar, di Jalan Komyos Soedarso Kecamatan Pontianak Barat dan di kawasan TPI juga marak anak-anak ngelem di belakang Ruko. Bahkan, agar “pestanya” tak diketahui orang, mereka ada yang membuat gua dari semak-semak. Informasi ini turut dibenarkan Anggota Komisi D DPRD Kota Pontianak Nur Fadli SH. Menurutnya, ia juga mendapat informasi yang sama.

“Candu akan lem di Kota Pontianak sudah semakin parah, bukan lagi anak-anak tapi orangtua juga ikut-ikutan,” katanya, Jumat (19/8).

-ads-

Dirinya menyayangkan atas kurangnya perhatian orangtua terhadap anak-anaknya, terlebih ikut-ikutan menghisap lem. Ia berharap orangtua memberikan perhatian lebih kepada anak agar menjauhi mabuk lem.

“Peran orangtua sangat penting di sini. Kalau orang tua sudah tidak peduli dan tidak mau mencari tahu tentang anaknya, maka hal ini akan sulit untuk dihentikan,” tuturnya.

Menurut legislator daerah pemilihan (Dapil) Kecamatan Pontianak Barat ini, kasus ngelem di Kota Pontianak bukan berkurang, tapi semakin parah. Untuk itu, dirinya meminta Satpol PP rutin melakukan razia, khususnya di Kecamatan Pontianak Barat.

“Bukan tidak ada razia, tetapi cuma sekali razianya, itu pun habis ba’da maghrib. Harusnya itu sekitar jam 21.00 Wib. Kalau seperti itu bagaimana bisa menemukan anak-anak yang ngelem,” ujar Fadli.

Tak hanya Satpol PP, ia juga berharap kepada kepolisian untuk turut serta dalam razia anak-anak ngelem ini.

“Dulu itu kepolisian juga turun, alhasil di Kecamatan Pontianak Utara aktivitas anak ngelem terminimalisir. Sekarang ini malah terjadi di Kecamatan Pontianak Barat,” pungkasnya.

Siapapun yang terjaring razia sedang ngelem diharapkan dapat dibina. “Setidaknya dibina dan dimasukkan dalam program bela negara, anak-anak ini dapat menghentikan aktivitas ngelem,” ucapnya.

Maraknya kecanduan ngelem, Fadli sendiri yang juga tinggal di Kecamatan Pontianak Barat mengaku takut anaknya ikutan menjadi korban.

“Jujur saya sendiri takut. Maka itu sekarang saya antar dan jemput anak saya sekolah. Takut ikut-ikutan. Kemudian ke mana anak saya selalu saya awasi dan dikontrol. Karena ini tanggung jawab kita sebagai orang tua, “ tutup Politikus PDIP ini.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, ketika dimintai tanggapannya bahwa aktivitas ngelem semakin parah mengatakan, pihaknya selalu melakukan razia bersama pihak kepolisian. Namun untuk menekan itu, ia sependapat dengan Nur Fadli bahwa peran orangtua sangat penting.

“Memang untuk menekan hal ini tidak bisa sendiri, terutama harus ada kepedulian dari orangtua si anak. Karena gejala-gejala anak yang menghisap lem ini kan nampak kasat mata. Misalnya anak yang masih kecil pulang hingga sampai tengah malam, ya harus cepat dicari, ke mana anak ini,” imbaunya.

Dikatakannya, kasus ngelem di Kota Pontianak sempat memuncak beberapa tahun lalu di pemakaman Tionghoa Kecamatan Pontianak Utara. Bahkan tak sedikit anak-anak terjaring razia Satpol PP bersama kepolisian dalam kasus lem di Kota Pontianak.

“Semuanya itu kita bina dan kita amankan di Pusat Latihan Anak Terpadu (PLAT) agar anak-anak ini tidak mengulangi penggunaan lem lagi,” jelasnya.

Edi bahkan mengaku terkejut ada kabar bahwa orangtua juga menghirup lem. Fenomena ini katanya perlu kajian khusus. Kasus ngelem ini akan menjadi atensi dan ia minta Satpol PP bersama kepolisian agar cepat menanganinya.

“Ini akan menjadi lebih bahaya. Dampak dari menghisap zat adektif pada lem itu, bisa merusak otak dan sel saraf  bisa putus,  ujung-ujungnya nanti bisa gila. Kajian dokter seperti itu dampak dari menghisap lem,” jelas Edi.

Laporan: Achmad Mundzirin

Editor: Arman Hairiadi 

Exit mobile version