Di Kapuas Hulu, nama Antonius L. Ain Pamero, SH sudah sangat familiar. Sebelum terjun ke dunia politik, dia terlebih dahulu memulai kariernya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kapuas Hulu dari tahun 1985-2008.
Antonius merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara yang lahir dari pasangan Yohanes Ain-Elisabet di Pemangkat 29 November 1957. Sosok ramah nan bersahaja ini memulai pendidikannya di Sekolah Dasar (SD) Subsidi Nyarumkop (1964-1969). Lulus SD, masuk ke SMP Subsidi Nyarumkop (1970-1972) kemudian melanjutkan SMA Santo Paulus Pontianak (1973-1975) dan program Sarjana Muda Hukum di Untan Pontianak (1976-1979).
Di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kapuas Hulu, Antonius menjabat Kepala Satuan Pemukiman Transmigrasi membawahi beberapa bidang. Pada tahun 2005, pria yang akrab disapa Anton ini memutuskan maju di Pilkada Kapuas Hulu, berpasangan dengan H. Baiduri, namun kandas dengan rivalnya Abang Tambul Husin.
“Akhirnya saya bertugas kembali sebagai PNS. Hingga tahun 2008, saya berhenti dengan hak pensiun di usia 52 tahun, jabatan terakhir sebagai Kepala Pembinaan Transmigrasi,” ungkap Anton di kediamannya Jalan Patih Sarek, Putussibau.
Anton memang dibesarkan dalam keluarga berlatarbelakang politik. Sejak kecil dia sudah bercita-cita ingin menjadi pejabat.
Ayahnya, Yohanes Ain kala itu pernah menjabat anggota DPRD Kabupaten Sambas selama tiga periode.
“Sebelum menjadi anggota dewan, ayah saya sebagai guru PNS. Namun akhirnya beliau memutuskan menjadi anggota dewan waktu itu,” tutur lulusan S1 di Universitas Azzahra Jakarta (2011-2013) ini.
Setelah tidak sebagai PNS, liku-liku perjalanan politik suami dari Silvia, A.Md. Kep ini bergelut dibidang CU (Credit Union). Hingga 2009, Pemilu Legislatif dimulai, Anton pun memutuskan maju sebagai calon anggota DPRD Kapuas Hulu dari PNBK.
“Memang ingin mencoba dalam kehidupan yang berbeda, namun belum berfikir politik. Waktu itu teman saya yang sama-sama bergerak di CU, Pak Paulus Hadi (Bupati Sanggau) mengajak saya masuk partai politik, dia minta saya mencalonkan diri sebagai anggota DPRD melalui Partai PNBK. Iseng-iseng saya ikut. Akhirnya terpilih menjadi anggota dewan periode tahun 2009-2014,” cerita Anton.
Anton memiliki prinsip hidup, dalam bidang apapun, jika sudah digeluti harus bisa berhasil. Kegagalan sebuah motivasi, bukan berarti tidak berbuat kembali. Prinsip tersebut menguatkan tekad Anton untuk maju kembali sebagai Bupati Kapuas Hulu pada Pilkada tahun 2010.
“Tahun 2010 saya maju lagi sebagai calon bupati, berpasangan tetap dengan H. Baiduri. Namun kalah lawan Pak AM Nasir. Dan kembali ke jabatan semula sebagai anggota dewan,” ujarnya.
Kemudian pada Pileg 2014, Anton maju sebagai calon anggota DPRD dari PKPI (Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia) dan berhasil duduk untuk periode 2014-2019. Namun pada Pilkada serentak tahun 2015, dia diminta mencalonkan diri sebagai Wakil Bupati mendampingi AM Nasir. “Awalnya tidak pernah kepikir lagi untuk maju, karena saya sadar betul sudah dua kali maju dan kalah. Kemudian saya sudah putuskan tidak maju. Tetapi, dengan perkembangan dunia politik, melalui Parpol dan rekan-rekan di DPRD dan masyarakat, terakhir permohonan dari mantan Wabup Kapuas Hulu (Agus Mulyana) dan Pak AM Nasir sendiri meminta berpasangan dengan beliau,” kata Anton.
Setelah memutuskan maju di Pilkada, Anton sempat ragu, karena keluarnya keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengamanatkan bagi anggota dewan yang maju di Pilkada, harus mundur.
“Setelah pencalonan, saya berfikir kalau pun tidak jadi, saya tetap bisa kembali sebagai anggota dewan. Namun dalam perjalanan, begitu sudah diputuskan calon tetap, munculah putusan MK, termasuk anggota DPRD harus mengundurkan diri. Namun konsekuensi politik, ketika sudah ambil keputusan, kita harus maju. Karena kita tidak mau mengecewakan Parpol, teman, masyarakat, termasuk Pak AM Nasir,” kata bapak dua anak ini.
Setelah gagal beberapa kali, akhirnya kesuksesan berpihak kepada Anton. Dia menjadi orang nomor dua di Bumi Uncak Kapuas. “Soal kalah saya sudah biasa, ini yang ketiga kali saya maju di Pilkada. Sebagai politikus, harus berani mengambil keputusan. Kemudian harus berani berkorban. Kalau tidak punya jiwa itu, bukan politikus. Kalau berfikir untuk menang dan dapat jabatan, saya kira di politik bukan tempatnya,” tegas Anton.
Dalam berpolitik, Anton berprinsip setiap keputusan harus memiliki tujuan jelas dan kemauan keras, disiplin serta tanggungjawab. “Artinya apa yang kita sampaikan harus bisa direalisasikan, bukan hanya sekedar ngomong. Saya tidak pernah bosan, meski ada tantangan, namanya juga dunia politik,” kata dia.
Begitu juga dalam pembinaan keluarga, dia menekankan disiplin dan tekad kepada anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan hingga berhasil. Hal tersebut dibuktikan Anton dengan menyekolahkan putra sulungnya hingga S2 Magister Manajemen. Sedangkan anak keduanya tengah menyelesaikan studi kedokteran di Bandung.
“Dalam hal pendidikan, saya sangat antusias, itu hal prinsip, saya utamakan pendidikan,” tegas Anton.
Laporan: Andreas
Editor: Hamka Saptono