eQuator – Putussibau-rk. Jembatan gantung menjadi urat nadi masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu yang tidak memiliki akses jalan. Pada tahun 2016, ada sembilan pembangunan jembatan gantung.
Menurut Aryani SE, Kepala Bidang (Kabid) Perumahan dan Permukiman (Perkim) Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kapuas Hulu kesembilan pembangunan jembatan gantung tersebut sudah dimasukan dalam APBD Kapuas Hulu 2016. Namun, karena APBD 2016 masih dievaluasi provinsi dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) RI, maka pembangunan sembilan jembatan gantung tersebut belum bisa dipastikan pelaksanaannya. “Yang pasti tahun depan kita ada menganggarkannya. Dari sembilan jembatan gantung, kebanyakan melanjutkan. Karena pada tahun ini belum selesai. Tiga paket nanti mesti dilelang,” katanya, Selasa (29/12) di ruang kerjanya.
Pada 2015, ada 10 paket jembatan gantung yang dibangun. Jembatan gantung tersebut untuk menghubungkan pemukiman warga dengan lahan pertanian atau kebun. Kemudian menghubungkan dusun dengan desa. “Selama ini sudah banyak jembatan gantung yang kita bangun. Bila sebelumnya daerah tersebut tidak bisa dilalui, namun dengan adanya jembatan gantung akses menjadi reletif lebih mudah,” terangnya.
Dijelaskan Aryani, kebanyakan jembatan gantung dibangun di Kecamatan Hulu Gurung dan Seberuang. Selain untuk menghubungkan dusun dengan desa, juga sebagai akses menuju mata pencarian warga. “Jembatan gantung akan masih menjadi perhatian kita untuk menghubungkan antar wilayah,” pungkasnya.
Ketahanan jembatan gantung rata-rata lebih 10 tahun, karena menggunakan kayu dan papan belian. Hanya saja, faktor alam turut mempengaruhi ketahanan jembatan gantung yang dibangun. “Terutama banjir, itu yang sering membuat jembatan gantung menjadi rusak,” jelasnya.
Untuk perawatan sebenarnya tahun ini ada dianggarkan. Tapi, karena baru dibentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT), dana perawatan tidak bisa dipakai. “UPT baru tahun ini berjalan. Sehingga anggaran perawatan hanya melalui UPT,” demikian Aryani. (aRm)