eQuator.co.id –PONTIANAK-RK. Dishub Kota Pontianak dan Satlantas Polresta Pontianak menggelar razia sepeda motor, Senin (16/10) di Jalan Tabrani Ahmad Kecamatan Pontianak Barat. Razia rutin tersebut difokuskan kepada para pelajar yang membawa sepeda motor ke sekolah. Alhasil, sebanyak 30 pelajar terjaring dan langsung dilakukan tilang. Mereka berasal dari berbagai sekolahan. Sebelum melaksanakan razia, petugas melakukan pengecekan lokasi para pelajar menyimpan sepeda motor.
“Karena anak SMP ini lihai, dia tidak memarkirkan kendaraannya di sekolah, tapi di sekitaran rumah penduduk. Untuk itu, kita mengintai mereka saat pulang. Kalau saat mereka pulang berarti otomatis itu dia anak pelajarnya,” terang Kepala Dishub Kota Pontianak, Utin Srilena Candramidi.
Lantaran sudah mengetahui trik pelajar tersebut kata Utin, dilanjutkan razia gabungan bersama Satlantas Polresta Pontianak. Pelajar yang terjaring kebanyakan tidak mengantongi Surat Izin Mengemudi (SIM) dan akhirnya Satlantas beri Tilang elektronik (e-tilang). Sepeda motornya kemudian dibawa ke Polresta Pontianak. “Terhadap anak dilakukan pembinaan oleh orangtuanya. Intinya orang tuanya, tidak ada alasan jauh dan sebagainya, nanti kejadian macam-macam lagi,” tegasnya.
Surat edaran terhadap siswa agar tidak membawa kendaraan bermotor sudah lama diberikan. “Hanya kita sengaja mencari lokasi dimana mereka menyimpan. Ada beberapa tempat lagi yang akan kita lakukan razia seperti ini. Walaupun sepintar-pintarnya dia menyimpan motor tetap akan ketahuan,” janji Utin.
Dijelaskannya, sekarang sudah ada komitmen baru dari Kasat Lantas Polresta Pontianak. Kendaraan yang dijadikan barang bukti dibawa ke Polresta Pontianak. Utin beranggapan bahwa itu lebih bagus lagi.
Dirinya mengimbau kepada para pelajar yang belum mempunyai SIM untuk tidak membawa kendaraan motor. Karena sudah jelas yang bersangkutan belum dibolehkan.
“Kemudian anak-anak SMP ini kan masih labil, bisa saja mereka mengebut, dan yang paling penting orangtua jangan mau, sayang anak bukan berikan anak motor, bagaimana pun caranya, bersepeda, sehat bersepeda, pak presiden aja ngasi sepeda,” terang Utin.
Sementara Kasat Lantas Polresta Pontianak, Kompol Syf Salbiah menyampaikan, razia dengan sistem e-tilang tersebut merupakan terobosan baru. Tujuannya untuk mempermudah. Digelarnya razia juga dalam rangka analisa pihaknya bahwa kejadian pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas kebanyakan anak di bawah umur. Baik pelajar SMP dan SMA yang tidak mempunyai SIM, berbonceng tiga dan tanpa mengenakan helm.
“Beranjak dari itulah hasil analisa kita dari Laka Lantas, terakhir kemarin ada yang kecelakaan di Ampera, yang menyebabkan meninggal dunia satu, luka berat dua dan luka ringan satu, ini sangat fatal,” tuturnya.
Adanya payung hukum yang dimiliki, yaitu lima pilar nanti akan dirapatkan, termasuk dengan Kejaksaan dan Pengadilan. Mereka yang ditilang membayar ke Bank, kemudian sidang, baru bisa mengambil kendaraannya. “Selain itu, akan dikoordinasikan lagi dengan Dishub, Kejaksaan, dan Pengadilan,” ucapnya.
Dia berharap, mudah-mudahan bisa dikembalikan seperti dahulu. Di mana para pelanggar lalu lintas ini hadir pada persidangan. “Dia dapatnya kan kertas tilang yang berwarna merah, kalau yang sekarang kan berwarna biru, mereka bayar dendanya lalu bisa ambil BB-nya,” ucapnya.
Kalau perlu tambah dia, masa sidang dibuat lebih lama. Misalnya tiga bulan kendaraan di tahan lalu dilakukan sidang. Sehingga ada efek jera. “Ini baru awal, tetap kita kasi tilang biru, besok harus mengambil barang bukti dengan membawa orangtua, setelah dia membayar denda seperti biasa e-tilang, kemudian besok jam 9, kita undang ke Polresta yaitu orangtua, anak dan guru BK, karena yang terjaring kebanyakan anak yang menggunakan seragam sekolah,” paparnya.
Mengingat adanya kejadian laka lantas maut yang menimpa pelajar belum lama ini, Salbiah mengimbau kepada orangtua. Terlebih pada bulan ini terjadi peningkatan yang cukup tinggi laka lantas yang melibatkan anak di bawah umur. Dia berharap orangtua tidak memberikan kendaraan kepada anak-anaknya. “Kalau punya waktu antar lah anaknya dan dijemput. Kalau pun tidak ada lebih baik untuk aman dan sehat, lebih baik bersepeda, atau jalan kaki atau memanfaatkan bis sekolah yang ada,” pesannya.
Laporan: Maulidi Murni
Editor: Arman Hairiadi