eQuator.co.id – Singkawang-RK. Satu persatu anak-anak bawah umur yang tertangkap menghirup lem dikumpulkan polisi di Mapolsek Singkawang Barat, Rabu (8/7) pagi. Mereka diberi pembinaan sebelum dibawa ke pondok pesantren (Ponpes) Babus Salam Singkawang.
Ada sembilan anak ngelem disuruh baris-berbaris. Kemudian mereka ditanya, apakah bisa mengucap dua kalimat syahadat. Ternyata hanya dua anak saya yang bisa melapazkan dua kalimat syahadat.
Tidak berapa lama Kanit Binmas Polsek Singkawang Barat, Iptu Sutrisno Husin menanyakan kembali, apakah ada dari mereka yang hafal Pancasila. Ternyata dua orang saja yang hafal. Salah seorang dari mereka ditunjuk untuk mengucapkan Pancasila dan diikuti teman-temannya yang lain.
Di hadapan polisi, Amat, 14, mengacu kecanduan mnghirup lem sejak kelas lima Sekolah Dasar (SD). “Saya mulai ngelem karena diajak kawan-kawan, lalu saya coba dan ketagihan untuk mengelem,” ujar Amat.
Amat yang saat ini masih duduk dibangku kelas enam SD ini berharap bisa berubah, setelah masuk Pondok Pesantren Babus Salam. Dia akan didik melalui program pesantren kilat selama Ramadan.
Sementara Yuyun, orangtua anak ngelem mengaku tidak bisa berbuat banyak. Sudah sering memberi nasihat kepada kedua anaknya, namun tetap saja bandel.
“Tak mempan lagi kita berikan nasihat. Kita marahi malah dia yang marahi kita. Jadi kita berharap ketika masuk pesantren ini, anak saya dapat berubah,” harap Yuyun.
Senada disampaikan Yus, orangtua siswa yang mengaku pasrah dan berharap anaknya bisa berubah. “Semoga anak saya mendapatkan ilmu agama, sehingga dia bisa menghentikan kebiasaannya menghirup aroma lem,” harapnya.
Kapolsek Singkawang Barat, Kompol Sunarno mengatakan, jajarannya berkoordinasi dengan Kemenag dan Koramil, untuk menangani anak-anak ngelem.
“Ada sembilan anak ngelem di bawah umur. Mereka akan kita ikutkan pesantren kilat, dengan harapan mereka bisa berubah,” katanya.
Menurutnya, dengan membina anak-anak menjadi baik, maka mereka akan berubah. “Kebiasaan ngelem tidak lagi dilakukannya. Bahkan anak-anak tidak bisa lagi berhubungan dengan yang namanya lem,” ujar Kompol Sunarno.
Kepala Kementerian Agama Kota Singkawang, Drs. H. Jawani mengatakan, melihat kondisi anak sekarang ini, perlu penanganan khusus. Diantaranya melalui pondok pesantren kilat yang akan dilepas pada Jumat mendatang.
“Instansi terkait perlu dilibatkan. Kita lakukan pembinaan, bukan ceramah. Di dalamnya ada bela negara yang diisi oleh Koramil dan Babinkamtibmas, tempatnya seputaran Singkawang dan paling jauh di Sedau,” ujar Jawani.
Terkait uang konsumsi, kata Jawani, dalam satu harinya sebesar Rp20 ribu. Selama 10 hari sebesar Rp200 ribu dan orangtuanya juga siap. “Kalau ada orangtua yang kurang mampu, maka bisa musyawarahkan kembali atau menggunakan dana Badan Amil Zakat (BAZ),” jelasnya. Jawani berharap dana pembinaan ini dapat dianggarkan pemerintah. (hen)