Pontianak-RK. Hasil riset kesehatan dasar menunjukkan, prevalensi atau secara umum gizi buruk di Kalbar cukup tinggi, mencapai 5 persen. Angka tersebut di atas Nasional yang hanya 3 persen.
“Masalah gizi buruk ini menjadi prioritas, karena menentukan kualitas hidup bangsa ke depannya,” kata Andy Jap, Kepala Dinas Kesehatan Kalbar ditemui di ruang kerjanya, belum lama ini.
Andy menjelaskan, kecukupan asupan gizi ini berkaitan dengan kemampuan otak. Sehingga apabila seseorang mengalami gizi buruk, tentunya kemampuan otaknya akan berkurang. “Tentunya semuanya tidak mau generasi tetap hidup, tetapi kualitas otak tidak ditingkatkan,” ujarnya.
Banyak cara yang dilakukan Dinas Kesehatan Kalbar untuk menangani kasus gizi buruk. Di antaranya melalui program Seribu Hari Seribu Hari Pertama Kehidupan 2016.
Menurut Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Keluarga (Kesga), Gizi dan PSM, Dinas Kesehatan Kalbar, Harry Agung Tjahyadi, program ini bukan hanya berkaitan dengan gizi buruk atau gizi kurang, melain juga kualitas hidup manusia. “Program Seribu Hari Pertama Kehidupan ini dimulai ketika ibu dinyatakan hamil, kemudian melahirkan, dan Balita hingga usia dua tahun,” ungkapnya.
Harry mengatakan, ke depannya Dinas Kesehatan Kalbar tidak hanya mengurangi gizi buruk dan gizi kurang, melainkan juga semua rangkaian yang berkaitan dengan hidup manusia. “Jadi gizi ini tidak hanya berkaitan dengan berat badan, tetapi juga tinggi tubuh yang pendek atau stunting,” jelasnya.
Dia mengatakan, ketahanan tubuh anak dan kecerdasan anak juga menjadi prioritas. “Program Seribu Hari Pertama Kehidupan ini dimulai dari pelayanan kesehatan dan masyarakat,” jelas Harry.
Dinas Kesehatan Kalbar, tambah dia, tidak hanya memperkuat pelayanan kesehatan, melainkan juga pemberdayaan masyarakat. “Posyandu dan peran serta masyarakat dalam memelihara kesehatan ibu dan anak diperkuat,” tutup Harry.
Laporan: Isfiansyah
Editor: Mordiadi