eQuator – Mempawah-RK. Raja Mempawah Pangeran Ratu Mulawangsa Dr. Ir. Gusti Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim, M.Sc, memimpin acara puncak Robo Robo di Pelabuhan Kuala Mempawah, Rabu (9/12).
Raja Mardan dikawal pasukan Keraton Amantubillah Mempawah. Sang raja dipayungi oleh selir dan didampingi Bupati Mempawah, Drs. H Ria Norsan.
Raja Mardan menyampaikan rasa bangganya, karena hingga detik ini masyarakat masih menjaga dengan baik kebudayaan yang sudah ada sejak turun menurun. “Banyak arti dalam hidup saya pada hari ini. Terima kasih saya sampaikan kepada masyarakat yang masih menjaga kebudayaannya dengan baik,” ujar Raja Mempawah.
Raja Mardan juga mengucapkan terima kasihnya kepada Juliat dari Opu lima bersaudara, meliputi Kerajaan Johor, Kerajaan Brunei Darussalam, Kerajaan Malaka, Kerajaan Singapura dan beberapa kerajaan lainnya. Mereka menyempatkan hadir pada acara Robo Robo tahun ini. “Adat bukan membuat pecah belah diantara kita, namun pemersatu dari yang terpisah,” tegas Raja Mardan.
Raja Mardan Adijaya Kesuma Ibrahim bergelarkan Pangeran Ratu Mulawangsa (Panembahan XIII) merupakan raja ke-13 Kerajaan Mempawah. Raja Mempawah ini lahir di Pontianak, 19 Maret 1960 dengan nama Mardan Adijaya. Pada 12 Agustus 2002, bertepatan Senin Kliwon, 3 Jumadil Akhir 1423 Hijriah, Pangeran Ratu Mulawangsa dinobatkan sebagai Raja Kerajaan Mempawah.
Dijelaskan Raja Mardan, siapa pun yang tinggal di tanah ini, negara ini tak akan kuat, kalau masyarakatnya terpecah belah. Karena masyarakat memiliki kekuatan yang terbendung, jika bersatu.
“Saat ini di daerah-daerah lainnya mempunyai Kampung Budaya. Kita belum ada. Kita berharap kepada pemerintah untuk dapat menganggarkan Kampung Budaya, agar segala kebudayaan yang ada tetap terbesit di benak masyarakat,” harapnya.
Raja Mardan mengatakan hal yang sangat penting, yakni Sungai Mempawah punya sejarah panjang. Menentang penjajah lewat sungai dan membangun kerajaan pun melewati sungai.
“Saya minta perhatian kepada pemerintah, agar sungai di Mempawah tidak ada Salim Kancil, penambang yang merusak alam dan ekosistem sungai,” tegas Raja Mardan.
Penggalian pasir perusak wilayah telah mencemari Sungai Mempawah. “Saya berharap tidak ada penggalian pasir lagi. Bupati dapat melarang dan menjadikan Sungai Mempawah menjadi sungai adat, agar tetap terjaga kelestariannya,” harap Raja Mardan.
Sementara Bupati Mempawah, H Ria Norsan menjelaskan, Robo Robo adalah sejarah tapak kilas kedatangan Raja Mempawah. Kemudian masuk ke Muara Mempawah dan membangun kerajaan di Sebukit Rama.
“Kita berupaya mempertahankan kebudayaan yang ada, menghidupkan kembali kebudayaan yang mati di Kabupaten Mempawah. Agar seluruh keberagaman budaya dan adat istiadat tak lekang oleh zaman,” ungkap Norsan.
Dikatakan Norsan, mempertahankan kebudayaan dan adat istiadat di Mempawah, juga menjadi fokus pemerintah daerah. “Kita tunjang dengan Dana APBD, sehingga kegiatan budaya yang ada di Kabupaten Mempawah tetap berjalan,” ujarnya.
“Kita tetap harus memberitahu kepada anak cucu kita, terhadap kebudayaan yang ada,” sambungnya.
Dijelaskan Norsan, kedatangan para Raja se Asia Tenggara di Bumi Bestari, merupakan suatu kehormatan. Selain itu menjadi suatu berkas yang mempunyai hikmah mendalam. “Kita siap untuk membantu, apalagi kedatangan para raja ke Mempawah merupakan suatu berkah,” ungkapnya.
Laporan: Ari Sandy
Editor: Hamka Saptono