eQuator – Bola salju Human Immunodeficiency Virus (HIV) di wilayah selatan Kalbar semakin bikin jantung dag dig dug. Angka penderita sejak 2006 hingga Juni 2015 mencapai 210 orang yang tersebar di beberapa wilayah di Kabupaten Ketapang. Lima puluh tiga diantaranya telah meninggal dunia.
“Tiap tahun selalu kita temukan dan bertambah jumlahnya, walaupun secara nasional penyebar luasan penyakit ini masih rendah untuk di Ketapang, tapi bukan tidak mungkin masih banyak penderita lainnya yang belum terdata, sehingga angka penderita HIV/AIDS bisa dikatakan lebih dari 210 orang,” ungkap Pengelola Program Komisi Penanggulangan Acquired Immune Deficiency Syndrome/AIDS (KPA) Ketapang, Zurfahmi, kepada Rakyat Kalbar, Kamis (3/12).
Dari catatan Zurfahmi, Penderita HIV/AIDS terbanyak berada di Kecamatan Delta Pawan sebanyak 154 orang dan 39 diantaranya meninggal dunia. Ia mensinyalir kondisi ini dapat terus meningkat mengingat belum adanya Peraturan Daerah (Perda) atau aturan hukum yang kuat dalam pembatasan prilaku masyarakat.
Perda dapat mengatur wajibnya wanita tuna susila (WTS) menggunakan kondom, mewajibkan tempat karaoke atau lokalisasi menempel imbauan atau brosur mengenai dampak negatif HIV/AIDS, serta yang penting membatasi jam malam buat para remaja yang sangat rentan menjadi korban HIV/AIDS. “Jika Perda seperti itu sudah ada, tentu dapat membantu menanggulangi penyebaran HIV/AIDS di Ketapang,” kata dia.
Untuk saat ini, di Ketapang, trend penderita HIV/AIDS naik bagi para ibu rumah tangga. Mereka tertular melalui suaminya yang memiliki prilaku menyimpang atau yang bekas pecandu Narkoba.
“Walaupun trend terhadap ibu rumah tangga naik, tetapi di Ketapang sendiri penyebab dominan penderita HIV/AIDS para pengguna narkoba jarum suntik,” katanya.
Untuk itu, ia berharap agar persoalan HIV/AIDS dapat dipandang serius sehingga Pemerintah daerah maupun anggota DPRD dapat mengusulkan di adakannya Perda penanggulangan HIV/AIDS di Ketapang.
“Harapan kita juga Pemda dapat mengajak atau melakukan kegiatan pemeriksaan HIV/AIDS kepada seluruh masyarakat Ketapang, agar masyarakat juga dapat mengetahui kesehatannya. Dengan begitu, masyarakat yang terinfeksi dapat mengetahui dan tidak berperilaku yang dapat menularkan penyakit ke orang lain,” harap Zurfahmi.
Dengan keterbatasan yang ada, KPA Ketapang terus berupaya semaksimal mungkin menanggulangi persoalan HIV/AIDS di Ketapang melalui berbagai kegiatan penyuluhan, termasuk membentuk warga peduli HIV/AIDS tingkat kecamatan hingga desa.
“Yang sudah ada masyarakat peduli AIDS di Kecamatan Benua Kayong. Masyarkaat peduli itu dapat membantu kita dalam melakukan penyuluhan tentang HIV/AidS ke warga lainnya,” ungkap Sekretaris Eksekutif KPA Ketapang, H Soepiyat.
Pihaknya juga melakukan penyuluhan langsung ke lokalisasi pekerja seks dan melakukan VCT Mobile ke lokalisasi. “Kita juga lakukan penyuluhan ke sekolah-sekolah dan berbagai cara penanggulangan lainnya,” pungkasnya.
WADUH, BANYAK WARGA TAK TAHU PENYEBARAN HIV/AIDS
Tetangga Ketapang, Kabupaten Kayong Utara (KKU) menghadapi masalah tak kalah peliknya. Menurut Kasi Pencegahan Penyakit Dinas Kes KKU, Elmi, saat ini masih banyak warga yang belum memahami penyebaran HIV/AIDS. Alhasil, tidak jarang ketakutan berlebihan timbul bila mengetahui seseorang positif mengidap HIV/AIDS di lingkungan Si Warga.
“Masyarakat kita memang masih banyak belum mengetahui bagaimana HIV/AIDS ini bisa menular ke orang lain,” papar Elmi di ruang kerjanya.
Timpal dia, “Kalau hanya melalui udara, sentuhan kulit, itu tidak menular. Kecuali orang itu luka dan kita saat menyetuh dalam keadaan luka, yang menyebabkan darahnya kena diluka kita, itu juga bisa tertular”.
Menurutnya, saat ini, di KKU, terhitung dari tahun 2014 ini sudah ada yang positif terinfeksi HIV/AIDS. Data yang Elmi miliki, hanya tiga orang, dua laki-laki, dan seorang perempuan. Yang perempuan sudah meninggal dunia.
“Semakin lama virus tersebut berada dalam tubuh, si penderita akan mudah terserang penyakit dan sulit untuk sembuh,” terangnya.
Saat ini, lanjut dia, belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Namun biasanya si penderita akan diberikan suplemen, makanan-makanan bergizi, sehingga dengan obat-obatan dan makanan tersebut dapat menghambat penyebaran virusnya.
“Virus ini menyerang kekebalan tubuh, kalau orang tersebut sudah positif menderita HIV/AIDS maka kekebalan tubuhnya kurang, mereka lebih mudah terserang penyakit, kalau luka mereka akan sulit sembuh,” tutur Elmi.
Hingga kini, langkah yang bisa dilakukan Dinkes KKU adalah terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya kepada pelajar yang memang sangat rentan mengingat pergaulan bebas mereka.
Laporan: Jaidi Chandra dan Kamiriluddin
Editor: Mohamad iQbaL