eQuator – Tangannya terpasang infus. Hanya bisa terbaring lemas di atas ranjang, Aldo, bocah 7 tahun yang tinggal di Kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang, ini divonis menderita Demam Berdarah Dengue (DBD). Nasib serupa juga dialami adiknya, Melani, yang baru menginjak usia 3 tahun.
“Masuk ke sini sejak 30 November lalu,” kata Sumi, ibunda kakak beradik itu saat ditemui Rakyat Kalbar di samping putra-putrinya di Ruang Rawat Inap RSUD Ade M. Djoen Sintang, Rabu (2/12).
Hari itu, Sumi menceritakan, Aldo seperti hari-hari biasanya, berangkat ke sekolah. Tiba-tiba, ia dikabari suhu badan siswa kelas 1 SDN 25 Dusun Sungai Arak, Kecamatan Sepauk, itu meningkat drastis. “Dia demam tinggi saat sedang di sekolah,” ujar Sumi.
Mendapat kabar itu, Aldo pun dijemput. Istirahat di rumah. Namun, seharian demamnya tak kunjung turun, malah semakin tinggi. Parahnya, adik Aldo, Melani juga terserang demam yang sama. Sumi pun panik.
“Saya langsung membawanya ke dokter praktik. Sudah diberi obat, tidak juga hilang demamnya,” terangnya.
Kekhawatiran menjadi-jadi. Dokter segera merujuk Aldo dan Melani ke RSUD Ade M. Djoen untuk dirawat inap. Sumi pun mengaminkan saran pakar medis itu. Setibanya di RSUD, Aldo dan Melani diobservasi petugas di sana. Hasilnya, positif DBD.
“Syukurlah, setelah dirawat dua hari ini, kondisi Aldo berangsur membaik,” ucap Sumi.
Sementara, belum ada perubahan dari Melani. Masih panas diselingi menggigil kedinginan dan tubuhnya gemetaran. “Sudah diperiksa sama dokter tadi. Bahkan suhu tubuhnya mencapai 38,5 derajat celsius. Suhu tubuh Aldo sudah normal,” tukasnya.
Sumi mengungkap, di Kecamatan Sepauk saat ini Kasus DBD sudah menjalar. Sebelum anaknya sakit, intensitas hujan di Sepauk memang meningkat drastis. “Tapi sampai sekarang pun belum pernah ada petugas yang melakukan upaya pencegahan dengan melakukan fogging,” beber dia.
Diyakini Sumi, DBD yang menyerang Aldo didapatnya di sekolah. “Kondisi bangunan sekolah sangat memprihatinkan. Bahkan, terkesan tidak terurus sama sekali. Sebelum Aldo sakit DBD, dua temannya juga mengalami sakit yang sama, tetapi saat ini sudah sembuh,” jelasnya.
Pemerintah Kabupaten Sintang, ia melanjutkan, diharapkan segera mengambil tindakan nyata mengatasi DBD yang mulai mewabah ini. “Dampaknya pada kematian, kurang lebih13 botol infus habis untuk mereka berdua. Kalau untuk obatnya saya tidak tahu, dokter kasi resep yang ditebus,” imbuhnya.
Menurut Kepala Seksi (Kasi) Rekam Medik RSUD Ade M Djoen Sintang, HM Yusuf, sejak Januari hingga sekarang tercatat 89 kasus DBD yang ditangani rumah sakit plat merah tersebut. Memasuki minggu ke 47 atau penghujung November 2015, tambah dia, pihaknya menangani tujuh pasien DBD.
“Saat ini tujuh pasien itu (termasuk Aldo dan Melani, red) yang kita tangani,” kata Yusuf.
Terpisah, Direktur RSUD Ade M Djoen Sintang, dr. Rosa Trivina mengimbau seluruh petugas kesehatan untuk segera memberikan pertolongan medis pada pasien yang diserang nyamuk Aedes Aegypti tersebut. “Tanda-tanda DBD dimulai dengan demam tinggi, kemudian, adanya bintik-bintik merah di pori-pori kulit, dan air seni memerah. Bisa ketahuan setelah tiga hari,” kata dia.
Dalam penanganan pertama pada kasus DBD ini, jelas Rosa, petugas harus memastikan ketersediaan infus, guna mengantisipasi penurunan trombosit pasien. “Penanganannya jangan menunggu di hari ketiga,” tegasnya.(Achmad Munandar, Sintang)
Editor: Mohamad iQbaL