eQuator – “Bencana” kabut asap memang sudah berlalu, meski begitu masyarakat Kalimantan Barat belum bisa tenang. Sebab, ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kini bertalu-talu.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalbar, Andy Jap, meminta masyarakat mewaspadai trend DBD yang bisa meningkat tiba-tiba.Berdasarkan rekap data yang dilakukan pihaknya per 1 Januari hingga 30 November 2015, setidaknya tercatat 958 kasus DBD yang terjadi. Dari jumlah itu, 13 orang diantaranya dinyatakan meninggal dunia.
“Sintang perlu waspada DBD, karena untuk bulan November saja sudah ada dua kasus yang meninggal,” kata Andy kepada Rakyat Kalbar, di kantornya, Senin (30/11).
Hanya saja, dari total 958 kasus tersebut, terdapat beberapa diantaranya merupakan “sisa kasus” yang ditangani pada tahun 2014 —saat itu Kalbar masuk kategori kejadian luar biasa (KLB).
“Setelah Maret 2015, trendnya turun. Nah, September-November ada kasus lagi seiring musim penghujan. Khusus untuk Sintang, tercatat 76 kasus dan 4 orang diantaranya meninggal dunia,” ungkapnya.
Namun, dari akumulasi data, Kabupaten Ketapang unggul dalam peringkat kasus dan jumlah yang meninggal dunia. Ada 414 penderita dan 4 orang meninggal. Hanya saja, kasus orang meninggal akibat DBD di Ketapang terjadi pada Januari dan Februari 2015. Selebihnya, Ketapang tidak memiliki catatan kasus orang meninggal lagi. Sementara, Sintang terjadi dalam sebulan terakhir ini.
Selain dua kabupaten di atas, catatan kasus terbanyak di Kabupaten Kubu Raya dengan 116 kasus penderita dan dua orang meninggal dunia. Jika dilihat dari fatalitas kasusnya, Kabupaten Melawi juga masuk dalam daftar yang masyarakatnya perlu meningkatkan kewaspadaan. Tercatat, terdapat 41 kasus dan 1 kasus orang meninggal di Melawi.
Barulah disusul Kota Singkawang dengan 38 kasus dan 1 kasus orang meninggal, serta Kabupaten Landak dengan 35 kasus dan 1 orang meninggal.
Guna menekan trend ini, Andy Jap menyampaikan bahwa pihaknya bersama jajaran telah melakukan berbagai upaya. Diantaranya meningkatkan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3 M (Menguras, Menutup, Memanfaatkan kembali barang bekas) plus mencegah gigitan nyamuk melalui gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (GSRSJ).
“Kemudian melakukan program peningkatan surveilans (pengintaian) kasus dan faktor resiko melalui surveilans vektor dan surveilans lingkungan. Kemudian mengaktifkan kembali Kelompok Kerja Operasional Pengendalian Demam Berdarah Dengue (Pokjanal DBD) di berbagai RT/RW, kelurahan, kecamatan, sampai kabupaten/kota,” paparnya.
Tambah Andy, “Kami juga menerbutkan Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada Puskesmas atau rumah sakit dalam rangka kewaspadaan peningkatan kasus DBD”.
BELUM KLB
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang, Selimin membenarkan semakin ganasnya gigitan Nyamuk Aedes Aegypti itu. Hingga minggu ke 45 tahun 2015, pihaknya mencatat 79 kasus. Artinya, terjadi peningkatan terhitung sejak bulan lalu.
“Empat meninggal dunia. Tetapi belum sampai tingkat KLB. Makanya, masyarakat harus lebih meningkatkan kewaspadaan,” tuturnya.
Selimin mengatakan, serangan DBD kemungkinan masih bertambah hingga pergantian musim stabil. “Kita masih masuk dalam musim penghujan walaupun tidak seperti pada bulan lalu. Namun, keadaan tidak stabilnya musim akan terus terjadi hingga Desember. Untuk itu, DBD akan terus mengincar kita bila kita tidak mewaspadainya,” aku dia.
Ia menambahkan, ada beberapa dampak bila seseorang terkena DBD. Pertama, mendadak panas tinggi selama 2-7 hari, tampak lemah lesu, suhu badan antara 38-40 derajat celcius atau bisa jadi lebih. Kedua, terjadi pendarahan di hidung dan terlihat bintik-bintik merah pada kulit. Jika kulit direnggangkan, bintik merah tersebut tidak menghilang.
Dan, ketiga, korban muntah darah atau buang air besar (BAB) disertai darah. “Bila salah satu tanda tersebut menyertai, mohon secepatnya melakukan pengecekan ke Puskesmas atau RS terdekat,” pita Selimin.
Terpisah, Direktur RSUD Ade M Djoen Sintang, dr. Rosa Trifina mengimbau senada. Sebab, DBD bisa membawa kematian bila tak segera ditangani.
“DBD merupakan salah satu penyakit tropis saat musim penghujan yang disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Nyamuk tersebut berkembang biak dengan media air,” terangnya.
Kata Rosa, kurun dua pekan terakhir, sudah lima kasus DBD yang ditangani pihaknya. “Rata–rata penderita DBD semuanya anak-anak,” ungkap dia.
Wakil rakyat pun memberikan atensi atas penyakit tahunan ini. Ketua Komisi C DPRD Sintang, Tuah Mangasih, ST, M.Si, mengaku prihatin dengan banyaknya korban yang meninggal dunia akibat DBD belakangan ini. “Jika perkembangan penyakit ini tidak segera diatasi, maka dikhawatirkan jumlah penderitanya akan terus bertambah,” tuturnya.
Laporan: Fikri Akbar dan Achmad Munandar
Editor: Mohamad iQbaL