eQuator – Ketapang-RK. Paskamenguaknya kasus penggelapan dana pensiun PNS Ketapang yang dilakukan oknum pegawai Bagian Kepegawaian Setda Ketapang, hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai kasus tersebut.
Pensiunan Kepala Sekolah SDN 04 Kecamatan Manis Mata, Harun Tafui sempat mendatangi Pendopo Bupati Ketapang pada Jumat (27/11) guna menyampaikan keluh-kesah dan harapannya langsung ke Pj Bupati Ketapang. Ia ditemani salah seorang pensiunan PNS,
Carolus Kotta Hada yang juga belum menerima dana pensiun dari Pemda Ketapang.
Harusnya, kata Harun, ia dan rekan-rekannya sudah bisa menikmati dana pensiun itu pada Desember 2014. “Yang belum menerima dana tersebut sampai hari ini ada beberapa orang
termasuk saya,” ungkapnya.
Meski persoalan ini sudah menguak dan diketahui pihak Pemkab Ketapang, namun hingga saat ini dirinya belum juga menerima dana bantuan santunan pensiun senilai Rp23 juta lebih itu.
“Katanya kasusnya sudah ditangani sama Inspektorat. Tapi sudah satu bulan lebih tidak ada kejelasan, saya sudah dua kali datang ke Inspektorat belum mendapat kepastian soal kasus ini,” kesalnya.
Ia pun menuding Inspektorat lambat. Sampai kapan harus menunggu, pasalnya ia harus menghidupi keluarga dan membiayai pendidikan anaknya. “Ini hak saya, saya minta hak saya diberikan,” tegasnya.
Karena itulah ia meminta kebijaksanaan dan solusi yang diberikan untuk dirinya segera mendapatkan haknya. Terlebih ia memiliki utang yang harus dilunasi. “Utang untuk biaya persalinan anak saya di rumah sakit. Saat itu saya menunggu uang santunan pensiun tapi tidak kunjung keluar. Jujur ini menjadi beban saya, saya sudah tua, saya minta keadilan,” keluhnya lagi.
Harapan serupa juga diungkapkan Carolus Kotta Hada, pensiunan Guru SDN 25 Kecamatan Jelai Hulu. “Kalau saya pencairan santunan dana pensiun anggaran tahun 2015, ada
sekitar 50 orang yang dapat, tapi yang baru dibayar hanya 33 orang, sisanya termasuk saya, belum dapat,” katanya.
Ia sangat berharap pensiunya sebesar Rp 24.817.000 segera diberikan, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sebab dirinya juga sangat memerlukan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta untuk ongkos pulang kampung ke Flores menjenguk ibunya.
“Saya belum pernah pulang sejak tugas di Ketapang dari tahun 1970 sampai sekarang, 38 tahunan saya di sini,” katanya.
Reporter: Jaidi Chandra
Editor: Kiram Akbar