eQuator – Setiap pergantian musim tentu mempunyai tantangan serta problematika tersendiri yang tentunya perlu disikapi secara serius oleh pemerintah. Yakni dengan melakukan beragam langkah strategis sebagai upaya preventif terkait berbagai ancaman penyakit berbahaya.
Seperti halnya ketika memasuki musim pancaroba. Kerapkali banyak masalah baru yang muncul dan tentunya perlu ditangani secara nyata. Seperti persoalan banjir, angin ribut serta ancaman penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, di kabupaten/kota di Kalbar tercatat banyak kasus DBD. Di mana Kota Pontianak sebagai daerah penyumbang cukup besar dalam kasus tersebut.
Oleh karena itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pontianak, dr Sidiq Handanu mewanti-wanti pergantian musim tahun ini. Supaya kejadian yang dinilai cukup rawan itu dapat ditekan seminimal mungkin.
Bagaimana langkah kongkret serta upaya strategis sebagai preventif guna menekan angka kasus DBD yang terjadi di Kota Khatulistiwa. Berikut wawancara wartawan Rakyat Kalbar, Gusnadi bersama Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontianak, dr Sidiq Handanu selengkapnya;
+Kota Pontianak sebagai daerah yang rawan terjadi kasus DBD. Apa langkah Anda dalam upaya menekan kasus DBD di Kota Khatulistiwa?
-Kota Pontianak sebagai salah satu kawasan endemik DBD. Tentunya kita semua harus terus mewaspadai perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu, peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk membantu Pemerintah Kota Pontianak dalam upaya menekan perkembangan penyakit DBD.
+Peran serta seperti apa yang bisa dilakukan masyarakat Kota Pontianak?
-Masyarakat diharapkan menutup rapat tempat penampungan air serta mengubur barang bekas yang bisa menampung air hujan ketika musim hujan tiba seperti sekarang ini. Serta menabur bubuk abate di tempat penampungan air atau memasukkan ikan suamang untuk membunuh jentik nyamuk DBD.
+Selain peran serta masyarakat, langkah Dinas Kesehatan Kota Pontianak seperti apa?
-Untuk fogging sendiri akan terus dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Pontianak melalui Puskesmas setempat. Fogging ini tidak ada pungutan biayanya, tetapi jika ada petugas fogging yang meminta uang kepada masyarakat, segera laporkan kepada saya.
+Sejauh ini kecamatan mana yang paling rawan terjadi kasus DBD?Berapa jumlah kasus serta korbannya?
-Tahun 2015 telah terjadi 50 kasus serangan demam berdarah. Hingga saat ini, kawasan Sungai Jawi masih rawan akan penyebaran penyakit DBD dibandingkan dengan daerah lain di Kota Pontianak.
+Program apa saja yang selama ini dilakukan Dinas Kesehatan Kota Pontianak untuk menekan angka DBD di Kota Khatulistiwa?
-Tahun depan, Dinas Kesehatan Kota Pontianak telah membuat program dengan menyiapkan satu petugas Jumantik (Juru Pemantau Jentik) di setiap KK serta pembagian kartu kendali jentik yang tugasnya memantau perkembangan jentik setiap minggu.
Memang benar yang namanya musibah tidak bisa dielakan. Namun sebagai upaya pencegahan bisa dilakukan agar segala macam penyakit tak datang menghampiri. Sama seperti DBD, di mana jika lingkungannya sehat, berprilaku bersih, setidaknya akan meminimalisir berkembangnya DBD.
Oleh karena itu, mari semua pihak secara bersama-sama bersinergi mengantisipasi sekaligus memerangi DBD di seantero Kota Khatulistiwa.
Reporter: Gusnadi
Redaktur: Andry Soe