Sepuluh Tahun Lebek Hidup di Gubuk Derita

Diberi Kakus, Tak Dibantu Bedah Rumah

MEMPRIHATINKAN. Kondisi rumah Lebek, warga Desa Sungai Itik, Kecamatan Sungai Kakap, KKR, Selasa (15/10) siang. Andi Ridwansyah-RK

Bak sebuah lagu dangdut ‘gubuk derita’ begitulah nasib Lebek Adam, 70, dan istrinya Timah, 50. Cinta saja mempersatukan keduanya 10 tahun hidup di gubuk reot nyaris roboh.

 Andi Ridwansyah, Sungai Itik

eQuator.co.id Ape nak dikate, kehidupan harus terus berjalan. Pasutri Lansia itu bertahan menderita di gubuk 3×4 meter yang  berlokasi di Jalan Parit Beringin, Dusun Mawar, Desa Sungai Itik, Kecamatan Sungai Kakap, Kubu Raya.

Beratap rumbia, bedinding kayu semperan, gubuk bocor itu sudah tak mampu lagi berdiri kokoh. Kesabaran, tawakal dan ketabahan saja membuat Lebek terus bertahan. Potongan kayu bekas dan bambu menjadi alternatif sementara untuk menyugang  gubuknya.  Sementara, untuk menahan agar gubuk itu tak roboh, Lebek menarik tiang dengan seutas tali. Dan diikatnya di pohon kelapa.

“Saya yang perbaiki. Supaya tak roboh belakang e tu, kite tarik pakai tali,” kata Lebek saat dijumpai awak media di gubuknya, Selasa (15/10) sekira pukul 14.00 WIB.

Saat hujan, Lebek dan istri tercinta sudah terbiasa berbasah duka kebocoran. Kondisi itu membuatnya terpaksa bertahan. Sebab, uang dari hasil mencari udang halus di parit tak dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Di tengah kondisi ekonomi negeri yang kian morat-marit ini.

“Penghasilan dari udang halus itu, 30 ribu sekilo. Kadang sehari cuma dapat tujuh ons sampai delapan ons. Tadak pernah sampai sekilo. Ditambah musim hujan air tinggi jadi susah untuk cari udang. Kalau ditanya, ya jauh dari cukup,” tuturnya melas tapi tetap tabah.

Meski begitu, ia tak kehilangan semangat. Meski harus berendam berjam jam di parit. Di usia senja melawan cuaca yang saat sering tak ramah oleh panas dan hujan, angin.

Dia merasa belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Selain sebuah toilet yang terletak  beberapa meter di depan gubuknya. Itupun dibangun dengan bantuan dana desa. Sementara untuk bantuan materil berupa bedah rumah belum pernah sama sekali dirasakan olehnya.

“Kalau orang poto rumah ni banyak. Tapi belum ada dapat sampai sekarang. Katanya karena dapat WC bantuan rumahnya ditahan dulu,” imbuhnya.

Lebek punya lima orang anak. Tiga pria dan dua wanita yang saat ini sudah tak lagi tinggal bersama. Empat diantaranya sudah menikah, sementara satu sisanya masih lajang. Kendati memiliki lima anak, ia mengaku jarang merasakan bantuan kelima anaknya lantaran faktor ekonomi kelimanya yang juga sulit.

“Mereka pun mau bantu gimana, bahkan untuk hidupi keluarga mereka saja susah,” ujarnya.

Pernah berniat untuk membangun rumah yang lebih layak di depan gubuknya. Terlihat dari pondasi kayu yang masih tertancap di sekitar kakus. Tetapi niat itu harus dikubur dalam dalam, tak punya biaya yang cukup untuk membangun rumah.

Dia berharap pemerintah melirik kehidupannya dan istri yang saat ini sudah memasuki usia lanjut. “Paling tidak membangunkan sebuah rumah yang aman dan nyaman dari bahaya,” harapnya.

Ketua RT setempat, Laidin, membenarkan kalau arganya itu sudah 10 tahun lebih menghuni gubuk tua yang reot. Gubuk itu, didirikan  ditanahnya sendiri. “Tanahnya tanah dia sendiri,” katanya.

Beberapa kali, sebut dia, beberapa orang sudah datang ke rumah Lebek. Jauh hari sebelum awak media berkunjung. Kedatangan mereka untuk mengambil dokumentasi dengan tujuan untuk memberikan bantuan bedah rumah.

Namun, bantuan yang ditunggu-tunggu bak kapak menyelam beliung. Hilang tak bergaung. Bahkan ia sempat mendengar kabar Lebek sudah terdaftar untuk menerima bantuan bedah rumah dari Pemkab Kubu Raya, tahun 2020 mendatang. “Sebelumnya sudah kita data untuk diprioritaskan untuk Pak Lebek ini. Infonya akan diberikan tahun 2020,” sambungnya.

Laidin menilai, jika harus menunggu sampai 2020, sangat dikhawatirkan kejadian yang tidak diinginkan mendahului. Mengingat kondisi gubuk sudah masuk kategori sangat tidak layak huni. Bahkan sewaktu-waktu bahaya bisa mengancam memasuki musim penghujan.

“Paling tidak kita harapkan yang bersangkutan bisa mendapatkan tempat tinggal sementara yang lebih layak untuk menghindari bahaya itu. Paling tidak aman untuk keduanya,” paparnya.

Sebenarnya, sebelum ini sudah ada bantuan bedah rumah yang seharusnya diterima oleh Lebek. Entah bagaimana, batal. Tim penilai gampang saja berdalih, bahwa Lebek sudah terlebih dahulu mendapat bantuan kakus di depan rumahnya.  “Sebenarnya Pak Lebek hendak diberikan bantuan bedah rumah. Karena sudah mendapat bantuan pembangunan toilet (kakus),  jadi bantuan bedah rumah ditunda dahulu,” pungkasnya. Wooii, disuruh tinggal di WC?

 

Editor: Mohamad iQbaL