eQuator.co.id – PUTUSSIBAU-RK. Hutan rawa gambut ekosistem yang rentan. Artinya, sangat mudah terganggu, jika rusak sangat sulit untuk dapat dipulihkan kembali seperti kondisi awalnya.
Hal ini lah yang mendasari Mapala Silvagama Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada (UGM) melaksanakan misi penelitian dalam Ekspedisi 50 Taman Nasional di Indonesia, salah satunya Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) di Kabupaten Kapuas Hulu.
Dede Candra Sunarso, Ketua Umum Mapala Silvagama menuturkan, ekspedisi ini berfokus pada riset tentang objek bioindikator kelestarian atau kerusakan alam khususnya ekosistem gambut.
“Dalam ekspedisi ini, tim menemukan 42 spesies burung sebagai data biodiversitas, serta data biofisik gambut di dua resort yakni Resort Tekenang dan Resort Tengkidap yang nantinya akan diolah dan dianalisis setibanya di Universitas,” tutur Dede, belum lama ini di Kapuas Hulu.
Dede berharap, ekspedisi ini dapat meningkatkan peran mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang selalu berkomitmen pada pengembangan ilmu pengetahuan dan manfaatnya bagi masyarakat luas. “Tim juga telah mengambil data lingkungan yang mendukung dalam perlindungan dan pelestarian kawasan,” tambahnya.
Ekspedisi ini mendapat dukungan dari Balai Besar Taman Nasional Betung Kerihun dan Danau Sentarum (BBTNBKDS), mulai dari persiapan, pelaksanaan, sampai dengan presentasi hasil kegiatan.
Kepala Balai Besar melalui Kabid Teknis, Ardi Andono berharap data yang telah didapatkan Mapala Silvagama di lapangan segera di proses di UGM, sehingga dapat menjadi acuan untuk restorasi gambut di tahun selanjutnya. “Kegiatan ini juga sebagai Output kegiatan bersama antara Balai Besar Bentarum, Universitas Gadjah Mada dan Badan Restorasi Gambut (BRG),” jelas Ardi.
Ardi menambahkan, terletak di negara tropis, Indonesia dikaruniai beragam jenis flora dan fauna antara lain terhampar di kawasan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS). TNDS adalah “situs monumental” dengan hutan rawa gambut yang menyimpan berbagai macam kekayaan alamnya. “Mulai dari ekosistem flora dan fauna yang eksotis hingga keunikan budaya masyarakatnya,” pungkas Ardi. (Rilis/dRe)