eQuator.co.id – JAKARTA-RK. Tiongkok masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia. Sejak awal tahun, ekspor RI ke negeri Tirai Bambu itu tercatat sebesar USD 13,67 miliar atau 15,53 persen dari seluruh ekspor nonmigas.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), untuk Juli 2019 saja, ekspor nonmigas RI ke Tiongkok tercatat sebesar USD 2,28 miliar. Angka tersebut naik sebesar USD 469,7 juta atau 25,92 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau Month to Month (MtM).
“Komoditas utama yang diekspor ke Tiongkok pada periode tersebut adalah lignit, besi/baja, dan bubur kertas (pulp),” kata Kepala BPS Suhariyanto saat jumpa pers di kantor BPS, Jakarta, Kamis (15/8).
Setelah Tiongkok, negara yang menjadi tujuan ekspor terbesar kedua dan ketiga adalah Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Selama Januari-Juli 2019, ekspor RI ke AS mencapai sebesar USD 9,91 miliar, mengalami penurunan 1,95 persen dibandingkan Januari-Juli 2018.
Sedangkan ekspor RI ke Jepang sepanjang Januari-Juli 2019 mencapai USD 7,91 miliar, mengalami penurunan sebesar 18,38 persen YoY. Andil ketiga negara terhadap kinerja ekspor nonmigas Indonesia mencapai 35,77 persen.
“Meskipun sekarang nilainya sedikit lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu (YoY),” ujarnya.
Meski terdapat kenaikan kinerja ekspor nonmigas ke Tiongkok secara bulanan (Juni 2019 ke Juli 2019), namun secara kumulatif tahunan (Januari-Juli 2018 ke Januari-Juli 2019) terjadi penurunan sebesar 5,68 persen. Suhariyanto menengarai ekonomi global memang lagi terguncang oleh perang dagang dua negara adidaya.
“Jadi, kita lihat perkembangan global itu tidak gampang dan ini dialami semua negara. Perang dagang Amerika-Tiongkok masih terjadi. Karena itu perlu pembenahan dengan berbagai kebijakan,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, masih terdapat 10 negara lainnya yang juga menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia. Adapun nilai ekspor nonmigas pada Juli 2019 mencapai USD 13,84 miliar atau tumbuh 25,33 persen MtM.
Sementara itu, kinerja ekspor nonmigas Januari-Juli 2019 tercatat mencapai USD 88,07 miliar. Selama periode tersebut, golongan barang HS 2 digit memberikan andil sebesar 39,16 persen. (Jawa Pos/JPG)