eQuator.co.id – Pontianak-RK. Dari Jalan Johar, permukiman di Gang Pelangi, Kelurahan Tengah, Kecamatan Pontianak Kota, tampak sudah lebih maju dan rapi. Terdapat rumah-rumah berdiri kokoh. Baik pembangunan mandiri maupun bantuan dari pemerintah.
Namun tak disangka, di tengah-tengah kota itu masih terdapat rumah yang tak layak huni. Boleh dikatakan sebagai gubuk tak berdinding.
Rabu, 31 Juli 2019 pagi, sejumlah wartawan mendatangi rumah yang reyot itu. Di sana terlihat Ria Rizki Utami, perempuan berusia 23 tahun yang sedang diasuh ibunya Supardini. Ria, merupakan gadis penyandang difabel atau disabilitas yang melewati hari-harinya bersama sang ibu di rumah tersebut.
Supardini mengaku bertahan hidup dengan mengandalkan belas kasihan keluarga dan tetangga. Karena, tak ada lagi yang memenuhi kebutuhan mereka. Ismail, suaminya telah meninggal lima tahun lalu.
“Saya tidak bisa kerja. Selain karena faktor usia, anak saya juga tidak bisa ditinggalkan. Jadi kami hanya mengandalkan belas kasihan tetangga dan keluarga untuk hidup sehari-hari,” kata perempuan yang berusia 70 tahun itu.
Rumah berukuran empat kali lima meter yang dihuninya ini adalah peninggalan dari orangtua Ismail. Seingat Supardini, rumah ini sudah ditempatinya sejak 2002. Karena termakan usia, rumah berbahan kayu itu perlahan lapuk. Kondisi rumah ini tambah memprihatinkan sejak kepergian sang suami.
“Kalau sudah musim hujan, kami pasti kebasahan. Karena rumah ini tidak ada dinding. Hanya mengandalkan bekas-bekas baliho. Kalau angin kencang, alhamdullilah rumah ini tidak goyang. Karena rumah peninggalan yang pakai kayu jaman dulu,” tuturnya.
Saat ini, Supardini hanya berharap bantuan dari dermawan dan pemerintah untuk memperbaiki rumahnya. Karena, selain tidak memiliki biaya untuk memperbaiki rumah, Supardini juga harus melayani anak semata wayangnya yang mengalami keterbatasan sejak bayi. Sehingga tak ada yang bisa dikerjakannya untuk menghasilkan uang.
“Saat anak saya umur 3 bulan, mengalami demam panas tinggi yang disertai kejang-kejang. Karena keterbatasan biaya, maka anak saya tidak pernah dilakukan kontrol kesehatan, baik kepada dokter praktik maupun dibawa ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut. Apalagi untuk memperbaiki rumah,” bebernya.
Dia berharap, pemerintah memberikan perhatian. Baik kepada anaknya, maupun dalam hal perbaikan rumah yang tidak layak huni ini. Seingat dia, sudah sejak tiga tahun terakhir tidak mendapat bantuan beras untuk masyarakat miskin (Raskin). Termasuk bantuan untuk anaknya.
“Saya juga tidak mengerti untuk mengurusnya. Untuk mengurus air PDAM saja tidak tahu. Jadi kami mandi dan lain-lain pakai air hujan. Kalau tak ada hujan, minta air tetangga,” tuturnya.
Sebenarnya, Supardini masih memiliki saudara kandung yang berkecukupan. Namun, dia tak mau membebani adik-adiknya. Ia juga mengaku bahwa saudaranya dan tetangga masih peduli dalam memberikan bantuan. Baik berupa makanan maupun lainnya.
“Saat ini yang saya butuhkan adalah kepedulian pemerintah dalam membantu penyediaan rumah layak huni. Seperti untuk membangun dinding rumah dan WC yang tak berdinding ini. Untuk bagian atapnya saya sudah mendapat bantuan,” katanya.
Di tempat yang sama, ada Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kalbar, Jamhari Abdul Hakim. Ia menyatakan, Ria Rizki Utami merupakan anak yang mengalami disabilitas. Sehingga menurut undang-undang, anak ini merupakan tanggung jawab negara dalam hal pemberian kehidupan yang layak.
“Apalagi orangtua anak disabilitas tersebut termasuk tidak mampu. Sehingga dalam hal ini negara harus hadir dalam memberikan penghidupan yang layak baginya,” katanya.
Ria, kata dia, pernah diberikan bantuan kursi roda bekas. Tetapi kini sudah tidak ada lagi. “Yang paling memprihatinkan bagi kami, anak ini tinggal di rumah yang sangat tidak layak. Sehingga sangat membutuhkan bantuan dan perhatian dari pemerintah,” ujarnya.
Dia berharap, Pemkot Pontianak memberikan perhatian. Bisa dalam bentuk memberikan bantuan berupa program bedah rumah atau juga diberikan bantuan bagi rumah tangga miskin. Berupa Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Simpanan Keluarga Sejahtera (KSKP). Seperti yang diterima tetangga-tetangga Supardini.
Ia menambahkan, menurut pengakuan dari ibu anak tersebut, mereka tidak sama sekali mendapat bantuan atau memiliki ketiga kartu tersebut. “Kami sangat berharap Pemkot Pontianak memperhatikan keluarga Bu Supardini dan anaknya Ria yang mengalami disabilitas tersebut,” ucapnya.
Sementara itu, Lurah Tengah Kecamatan Pontianak Kota, Ade Marhaeni Dewi membenarkan bahwa Supardini adalah warganya. Ia juga menegaskan bahwa pemerintah sudah hadir memberikan bantuan.
“Ibu Supardini ini pernah menerima bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dari Pemkot Pontianak tahun 2012,” jelasnya.
Kemudian, lanjut Ade, dengan bantuan RTLH tersebut, rumah yang merupakan warisan dari mertuanya itu dibangun dengan bantuan gotong royong warga. Akan tetapi, luas rumah ditambah sehingga tidak terselesaikan. Selain itu, Supardini juga memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS) sedangkan anaknya, Ria Rizki Utami sebagai pemegang Kartu Askes PNS dari orang tua angkatnya.
“Ibu Supardini juga pernah menerima bantuan pangan pada 2018, menerima bantuan dari PKK Kota Pontianak 2018,” bebernya.
Tak hanya itu, rumah yang dihuni Supardini juga pernah diusulkan sebagai penerima sambungan PDAM MBR tahun 2019 ini melalui kelurahan. Tetapi yang bersangkutan tidak bersedia dipasangkan sambungan air PDAM dengan alasan tidak mampu membayar iuran bulanannya.
“Jadi, tidak benar kalau dikatakan yang bersangkutan tidak pernah mendapatkan bantuan dari Pemkot Pontianak,” tukasnya.
Sementara, sambung Ade, untuk kesehariannya, Supardini mendapat bantuan dari saudara kandungnya yang beralamat di Komplek Acisa Permai dan juga tetangga sekitar rumahnya.
Sedangkan anaknya, Ria Rizki Utami dikatakannya memiliki riwayat step dan asma. Apabila kambuh penyakit asmanya, yang bersangkutan diberi minum obat dari apotek. Untuk penyakit step, menurut penuturan Supardini, sudah tidak pernah kambuh lagi. “Bahkan anaknya sudah pernah berobat bersama ibu angkatnya sampai ke Jakarta dan lain-lain,” tutup Ade.
Laporan: Ocsya Ade CP