eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Pasca kericuhan di Jembatan Kapuas 1 hingga perempatan Jalan Tanjung Raya, Kecamatan Pontianak, keluarga korban tidak perlu pusing memikirkan biaya perawatan. Sebab, seluruh pengobatan ditanggung Pemerintah Provinsi Kalbar dan Pemerintah Kota Pontianak.
Kemarin, Jumat (24/5), kesedihan mendalam terpancar di raut wajah Juliansyah. Putra tercintanya, Riyan Saputra meninggal dunia. Remaja 15 tahun ini menjadi salah satu korban penembakan dalam kericuhan di Mapolsek Pontianak Timur, Rabu (22/5).
Sebelum menghembuskan napas terakhirnya, siswa salah satu SMK di Pontianak Timur ini sempat mendapatkan perawatan medis. Selama dua hari dia dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soedarso Pontianak.
Ditemui wartawan usai pemakaman Riyan. Juliansyah, ayah korban mengaku mencoba ikhlas menerima apa yang telah terjadi kepada anak keduanya itu. “Mungkin ini jalan Allah SWT dan semua telah digariskan. Jadi kita mau kata apa, duduk jak kita bisa mati, hanya sebab jak,” ucapnya kepada wartawan, saat ditemui usai pemakanan, Jumat, (25/5) pagi.
Pria yang akrab disapa Joni itu mengungkapkan, Riyan mengalami luka tembak di perut saat kericuhan terjadi di Mapolsek Pontianak Timur, Rabu (22/5) sekira pukul 23.00 WIB. Dia sempat dilarikan ke RSUD Soedarso Pontianak untuk mendapatkan perawatan selama dua hari, dan menghembuskan napas terakhir, Jumat (24/5) dinihari.
Dia mengatakan, Riyan sempat minta izin keluar rumah kepada orangtuanya. Dia ingat melihat situasi diluar rumah. Saat itu tidak ada tanda-tanda apapun yang dirasakan pihak keluarga. “Ada izin, dia mau lihat kesana nengok. Ya sifat anak-anak kan penasaran ingin tahu,” paparnya.
Atas peristiwa itu, dia mengaatakan, istrinya masih terpukul. Dia belum berniat melapor kepada pihak berwajib atas apa yang dialami anaknya itu. “Saya belum bisa memutuskan sendiri karena kan ramai, paman-paman dan abang sepupunya juga ada. Sehingga saya tidak bisa memutuskan sendiri, meskipun saya orangtuanya,” terangnya.
Dia mengaku akan berkompromi terlebih dahulu dengan keluarganya, untuk mencari jalan keluar terbaik. “Kita carilah solusi terbaiknya, keadilan yang betul-betul keadilan yang kita perlukan,” jelasnya.
Sementara itu, Sultan Pontianak, Syarief Muhammad Melvin Alkadrie yang datang ke lokasi pemakaman, mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Riyan Saputra akibat kericuhan di Jembatan Kapuas 1. Sultan berharap, pihak keluarga Riyan dapat menerima kepergian korban dengan ikhlas dan lapang dada. “Saya harap semua yang telah berjuang, agar tetap tenang dan mengikhlaskan kepergian saudara Riyan, karena pada dasarnya kita semua akan kembali pada Allah,” harapnya.
Dia mengatakan, terkait tindak lanjut atas apa yang dialami oleh Riyan, akan dikembalikan seutuhnya kepada keluarga yang ditinggalkan. Sekiranya keluarga Riyan tidak puas, silakan untuk melanjutkan ke proses berikutnya. “Tentang kejadian-kejadian yang sudah terjadi kemarin, kita harap tak lagi terjadi. Untuk masyarakat di sekitar Pontianak, khususnya Pontianak Timur, saya imbau agar tetap tenang, sabar, dan tetap menjaga keamanan dan kedamaian,” harapnya
Kapolda Kalbar, Irjen Pol Didi Haryono melalui Kabid Humas AKBP Donny Charles Go juga menyampaikan rasa simpati dan turut berbelasungkawa yang sangat mendalam atas musibah tersebut. “Bapak Kapolda Kalbar dan Kapolresta Pontianak sudah berkomunikasi langsung dengan pihak keluarga. Sejauh ini tanggapan pihak keluarga sangat positif sekali, atas rasa simpati dari pihak Kepolisian,” ucaonya
Dia berharap, kedepan tetap terbangun komunikasi yang baik dari semua pihak, untuk mempertahankan situasi kamtibmas yang sudah kondusif di Kota Pontianak. “Saat kejadian ricuh, semua aparat keamanan saat itu tidak dilengkapi dengan peluru tajam” tegas AKBP Donny Charles Go.
Sementara itu, Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XII/Tanjungpura, Kolonel Inf Aulia Fahmi Dalimunthe menyikapi beredarnya informasi tentang Danramil 1207-07/Sungai Kakap. Viral beredar kabar Danramil Sungai Kakap tertembak saat melaksanakan pengamanan di simpang empat Jalan Tanjung Raya.
Kapendam mengatakan, berita tersebut tidak benar. Danramil 1207-07/Sungai Kakap, Kapten Arm Tri Yuliantoro memang mengalami luka di bagian kening, tetapi bukan disebabkan terkena tembakan dari senjata api. “Luka tersebut akibat terkena lemparan batu saat kericuhan di simpang empat Jalan Tanjung Raya, yang mengenai bagian kening dari Danramil,” terangnya.
Kapendam mengungkapkan, kejadian tersebut terjadi sekira pukul 23.30 WIB saat Kapten Arm Tri Yuliantoro mengawal salah satu dari pimpinan massa untuk melakukan mediasi dengan Dandim 1207/BS. Tidak diketahui secara pasti siapa yang melempar batu, sehingga mengenai Danramil.
Lanjutnya, akibat luka terkena lemparan batu tersebut, Danramil Sungai Kakap harus dievakuasi ke RS Yarsi, Kecamatan Pontianak Timur untuk mendapatkan pertolongan pertama. “Pukul 00.15 WIB, Kapten Arm Tri Yuliantoro dirujuk ke Rumkit Kartika Husada untuk mendapatkan perawatan Intensif, dan dilakukan jahit ulang pada lukanya. Hingga saat ini masih dirawat di Rumkit Kartika Husada,” jelasnya.
Sedangkan Kapolda Kalbar, Irjen Pol Didi Haryono dan Pangdam XII/Tanjungpura, Mayor Jenderal TNI Herman Asaribab didampingi Danlantamal Pontianak dan Danlanud Supadio turut bersama-sama menjenguk tiga polisi yang tertembak ketika membubarkan kerumunan massa, serta anggota TNI yang dirawat di Rumah Sakit Kartika Husada dan Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak. Mereka terluka saat melakukan pengamanan kericuhan di Pontianak Timur, Rabu (23/5). “Kami keluarga besar Polda Kalbar dan Kodam XII/Tanjungpura, berharap pada kepada anggota untuk tetap semangat, dan keluarganya untuk tetap bersabar mendampingi,” kata Kapolda.
Dalam kunjungannya ini, Kapolda juga mengungkapkan, anggota dan pihak keluarga tak perlu pusing memikirkan biaya perawatan. Sebab, seluruh pengobatan ditanggung oleh dinas dan dibantu oleh Pemerintah Provinsi Kalbar. “Pembiayaannya Itu ditanggung semua oleh dinas, apalagi ada BPJS, jangan khawatir,” ucapnya.
Dia melanjutkan, kepolisian juga sudah menangkap 203 orang yang diketahui terlibat dalam kerusuhan tersebut. “Untuk di Kalbar, ada 3 anggota tertembak saat membubarkan massa, antara lain Bripda Aldiono, Ipda Agus S, dan Brigadir Sarifin Ahyar. Aldiono yang berasal dari Satuan Sabhara Polda Kalbar mengalami luka tembak di tungkai bawah kanan, Agus yang juga berasal dari satuan yang sama terluka di kaki kanan. Sedangkan Sarifin adalah anggota Satuan Restik Polres Mempawah, tertembak di paha kiri,” ungkapnya.
Peristiwa itu terjadi saat ketiganya tengah mengurai massa di Kecamatan Pontianak Timur. Ia menyebut, luka tembak yang diderita 3 polisi itu berasal dari arah massa yang diduga menggunakan senjata api rakitan.
Ketiganya lalu dievakuasi ke Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokes) Polda Kalbar untuk mendapatkan pertolongan medis. Selain tertembak, masih ada dua aparat, masing-masing dari TNI dan Polri, yang terluka akibat lemparan batu. “Seorang anggota TNI, Kapten Arm Tri S, Danramil Sungai Kakap terkena lemparan batu mengakibatkan robek pada pelipis. Korban dievakuasi ke Rumkit Kartika Husada. Dari Polri, korban merupakan sopir Karoops Polda Kalbar, terluka di paha kanan akibat terkena lemparan batu, dan langsung dibawa ke Dokkes Polda,” terangnya.
Kapolda menerangkan, aksi massa sudah berakhir. Negosiasi sempat berlangsung alot selama tiga jam mulai pukul 23.00 WIB hingga pukul 02.00 WIB, Kamis (23/5) dini hari. Negosiasi dikedepankan guna mencegah hal-hal tindak anarkis dan hal-hal yang merugikan terjadi. “Pukul 03.30 WIB, Kamis dini hari, Jembatan Kapuas 1 sudah dapat dibuka untuk umum dan beberapa petugas Polri-TNI tetap berjaga-jaga di beberapa simpang titik rawan di wilayah Pontianak Timur. Situasi Kamis pagi sudah relatif aman, kondusif dan masyarakat sudah bisa beraktifitas melalui jalur Jembatan Kapuas 1kembali,” pungkasnya.
Laporan: Andi Ridwansyah
Editor: Yuni Kurniyanto