eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Kalimantan Barat meminta masyarakat mewaspadai peredaran uang palsu. Meski berdasarkan data BI sendiri di Kalbar tidak menunjukkan tren peningkatan kasus uang palsu.
“Untuk tahun ini berkaitan dengan upal, tentu trennya pasti ada tapi tidak menunjukkan kenaikan. Artinya kondisinya berfluktuasi,” ungkap Kepala KPw BI Kalbar, Prijono, kemarin.
Penurunan peredaran upal tersebut, menurutnya menandakan masyarakat sudah mulai peduli terhadap hal-hal yang demikian. Bahkan ke depannya ia berharap penggunaan upal ini dapat lebih ditekan.
“Penemuan upal ini pasti ada, bahkan di berbagai dunia, tidak ada sampai zero. Namun begitu kita juga meminta peran serta masyarakat termasuk media untuk menyosialisasikan terkait upal,” imbuhnya.
Seperti halnya dengan memperhatikan 3D. Dilihat, diraba dan diterawang pada uang. Pengenalan dengan cara sederhana ini, dikatakan Prijono perlu dilakukan oleh masyarakat. Terlebih di momen hari raya, yang menurutnya dikhawatirkan terjadi peredaran upal.
“Dengan 3D ini masyarakat harus tetap memperhatikan dalam transaksi keuangannya,” jelasnya.
Lebih lanjut, selain upal, Prijono juga meminta masyarakat untuk lebih menjaga uang. Khususnya uang kartal. Uang menjadi simbol bagi negara yang patut dijaga kehormatannya di mata dunia.
“Untuk itu harus diubah kebiasaan dalam penggunaannya. Harus dijaga jangan dirusak, terlebih dalam pembuatannya anggaran yang dikeluarkan tidak murah, maka dari itu perlu dirawat dan dijaga dengan baik,” imbuhnya.
Di samping itu, pihaknya juga mendorong masyarakat untuk melakukan penukaran uang di lembaga keuangan atau tempat resmi. Hal ini perlu dilakukan untuk mengantisipasi risiko peredaran upal disamping juga untuk menjaga kualitas uang itu sendiri.
“Kita juga melarang dalam memperlakukan ada lima ‘jangan’ yang tidak boleh dilakukan terhadap uang. Jangan distapler, jangan dicoret, jangan dilipat, jangan diremas dan jangan dibasahi. Sebab jika ini dilakukan akan menurunkan kualitas uang itu sendiri,” pungkasnya.
Sementara itu, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sintang, Tuah Mangasih mengatakan, setiap tahun jelang Hari Raya Idulfitri kebutuhan akan uang baru semakin meningkat dan tidak jarang hal tersebut dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggungjawab mengedarkan uang palsu.
“Saya berharap masyarakat harus berhati-hati dan bila ingin menukar uangnya, sebaiknya menukar ke Bank, sehingga terjamin uangnya pasti asli,” ujar Tuah, Kamis (23/5).
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini juga mengatakan, bila masyarakat menemukan uang palsu berapa pun itu jumlahnya, maka secepatnya melaporkan kepada pihak yang berwajib, agar bisa segera ditelusuri darimana sumbernya. Dengan demikian akan bisa segera diatasi penyebaran yang lebih luas, bahkan pelakunya bisa tertangkap.
“Partisipasi dan peran aktif masyarakat serta berbagai pihak lainnya tentu dibutuhkan untuk memberantas peredaran uang palsu ini. Oleh karenanya, bila masyarakat kebetulan menemukannya, dimohon kesadarannya untuk segera melaporkan ke pihak berwajib,” terangnya.
Tuah juga meminta, bagi siapa saja yang menyadari adanya orang yang mengedarkan uang palsu, agar dapat mencatat dimana tempatnya atau siapa orang yang mengedarkannya, sehingga dengan begitu akan memudahan langkah aparat untuk membongkarnya.
“Tentu hal tersebut sangat penting, karena akan menjadi dasar bagi pihak berwajib untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut akan peredaran uang palsu tersebut,” pungkasnya.
Laporan: Nova Sari/Saiful Fuat
Editor : Andriadi Perdana Putra