Subuh Pertama Ramadan Bak Sholat Id

Oleh: Kamiriluddin

SHOLAT SUBUH: Jemaah memadati Masjid Al Ihsan Desa Simpang Tiga hingga meluber ke halaman masjid untuk menunaikan sholat subuh berjemaah. Kamiriluddin/RK

eQuator.co.id – Jemaah sholat subuh biasanya tak seramai itu. Tapi, subuh itu betul-betul ramai. Betul-betul meluber. Hingga ruangan masjid tak sanggup menampung jemaah yang datang membeludak.

Baru saja adzan subuh dikumandangkan oleh pemuda setempat, Basiron. Bapak-bapak dan para pemuda sudah terlihat memenuhi sap paling depan hingga lebih separuh ruang masjid. Bahkan, anak-anak menyambung sap sholat hingga memenuhi ruangan masjid sebelum qomat dilafadzkan sebagai tanda sholat akan dimulai. Alhasil, ibu-ibu dan anak-anak perempuan tak kebagian di dalam ruang masjid yang luasnya sekitar 12×16 meter persegi itu. Terpaksa terpal hijau dibentang di halaman depan masjid agar kaum Hawa dapat ambil bagian bisa sama-sama dengan kaum Adam menunaikan sholat subuh secara berjamaah di masjid yang sedang dibangun beton dan lebih luas itu.

Subhanallah… Suasana sholat subuh saat itu laksana seperti hendak sholat Jumat. Bahkan, berasa seakan-akan hendak menunaikan sholat id atau sholat hari raya. Sampai-sampai, terlintas dihati kecil ini, bak muslim di tanah suci yang selalu berlomba-lomba mendatangi Masjid Harom di Mekkah juga Masjid Nabawi di Madinah tiap-tiap tiba waktu sholat fardhu.

Bagaimana tidak. Raut wajah seluruh jemaah tampak ceria. Tak terlihat ada paksaan. Semua Insha Allah ibadah penuh ikhlas. Semua penuh semangat untuk melaksanakan salah satu dari lima rukun Islam, yaitu sholat.

Suasana seperti ini sangat jarang dijumpai. Khususnya di Masjid Al Ihsan Desa Simpang Tiga, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Kayong Utara, Provinsi Kalimantan Barat. Namun, suasana yang dirindukan banyak umat muslim ini benar-benar terjadi. Tepatnya, subuh pertama bulan Ramadan atau pada 6 Mei kemarin, yang merupakan subuh perdana umat Islam menyantap sahur agar kuat menjalankan ibadah puasa mulai terbit fajar sidik hingga terbenam matahari.

Suasana sholat subuh yang begitu wah…, sudah pasti karena magnet Ramadan. Kalau bukan karena bulan penuh ampunan ini, rasanya “mimpi” bisa sholat subuh seramai itu di masjid yang terletak tak jauh di pertigaan antara jalan  nasional dan provinsi itu. Semoga suasana subuh pertama Ramadan bisa sama hingga akhir Ramadan nanti. Lebih-lebih dan sangat-sangat diinginkan bisa berlangsung selamanya meski Ramadan nantinya berlalu. Semoga saja…

“Kalau sholat subuh kite selalu seperti ini ramainye, berkah kampung kite,” kata pak Juanda yang tahun lalu menunaikan ibadah umroh di tanah suci.

Pak Juanda adalah satu dari beberapa jemaah yang istiqomah menunaikan sholat fardhu lima waktu secara berjamaah di Masjid Al Ihsan. Bahkan, bapak dari empat anak ini, selalu datang ke masjid lebih awal dari jemaah yang lain. Ia juga satu dari banyak jemaah yang sangat sering mengumandangkan seruan adzan. Bahkan, tiap subuh dan sebelum adzan, ia biasakan dengan melantunkan Tarhim, sebagai tanda kalau adzan subuh sebentar lagi akan dikumandangkan.

Sosok lainnya adalah H Agustamin. Ia pun ambil bagian di bulan suci ini dengan menyiapkan takjil di Masjid Al Ihsan untuk berbuka puasa. “Insha Allah, kue dan minuman untuk buka puasa kita siapkan di masjid ini selama Ramadan,” kata H Agustamin yang sehari-hari melayani masyarakat membuat gigi palsu.

Disiapkannya takjil selama Ramadan di Masjid, diakui H Agus, sekadar untuk sedekah demi mendapat lipatan kebaikan di bulan penuh ampunan. Selain itu, ia menaruh ibah karena seringkali musafir mampir di masjid yang terletak di pinggir jalan provinsi itu untuk menunaikan sholat magrib. “Kalau ada kue dan minuman, jemaah yang datang sholat bisa tidak buru-buru pulang karena di masjid juga ada yang bisa di makan dan diminum, seperti banyak masjid di Pontianak selalu ada makanan dan minuman untuk jemaah buka puasa,” terangnya. (*)