Menghadapi Bencana Perlu Gotong Royong

BPBD Gelar Simulasi Evakuasi di Dua Lokasi

Simulasi : Para pelajar SMP Negeri 5 Desa Pala Pulau Kecamatan Putussibau Utara, ditanagani petugas medis dalam simulasi evakuasi kebakaran, Jumat (26/4). Andreas-RK.

eQuator.co.id – PUTUSSIBAU-RK. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kapuas Hulu menggelar simulasi dan evakuasi bencana, di SMP Negeri 5 Desa Pala Pulau Kecamatan Putussibau Utara, Jumat pagi (26/4).

Plt. Kepala BPBD, Rupinus menjelaskan, simulasi dan evakuasi bencana ini dilaksanakan serentak se-Indonesia. Karena pemerintah telah menetapkan, setiap tanggal 26 April  sebagai hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional. “Kita di Kapuas Hulu melaksanakannya di dua lokasi, selain di Putussibau Utara, juga di Kecamatan Semitau.  Di sana dilaksanakan oleh Manggala Agni,” tuturnya disela kegiatan.

Pada kesempatan itu, Asisten II Setda Kabupaten Kapuas Hulu Bung Tomo mewakili Bupati Kapuas Hulu,  mengapresiasi atas simulasi tersebut. Tomo yang menyampaikan sambutan tertulis Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)  mengatakan, sedikitnya lima unsur yang harus terlibat langsung dalam penanggulangan bencana, diantaranya kalangan akademis, bisnis, komunitas, pemerintah daerah dan media masa. Dengan kata kunci, semangat gotong royong. “Oleh karenanya, sejak tahun 2017 BNPB terus berupaya meningkatkan kesadaran untuk menghadapi bencana, sehingga tanggal 26 April  sebagai hari kesiapsiagaan bencana,” jelasnya.

Secara umum, trend bencana di Indonesia memang meningkat, yakni 2.572 kejadian di tahun 2018 dengan ribuan korban jiwa. “Dengan memahami resiko tersebut, maka perlu dilakukan beberapa hal, agar kita bisa memperkecil terjadinya bencana,” ujar Tomo.

Kemudian, ada beberapa point penting yang harus dilakukan dalam penanggulangan bencana, diantaranya pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan serta peringatan dini. Untuk itu, Tomo berharap, hari kesiapsiagaan bencana ini bukan sekedar seremonial belaka, namun perlu aksi nyata.  “Dengan sarana  prasarana, kemudian berlatih melakukan evakuasi yang merupakan kunci menghadapi ancaman  ancaman bencana,” ucapnya.

Masih dalam sambutan, Tomo menyampaikan, berdasarkan pengamatan para pakar bahwa bencana memang kerap terjadi berulang dalam kurun waktu tertentu. Karenanya, pendidikan sejak dini dalam penanggulangan bencana perlu dilakukan bagi para guru, pelajar, kemudian kaum perempuan. Ia mengatakan pembangunan sistem peringatan dini terpadu berdasarkan koordinasi dengan pakar harus menjadi perhatian bersama. “Terlebih di daerah rawan bencana, maka harus disampaikan kepada siswa melalui guru dan masyarakat melalui para pemuka agama,” sambungnya.

Tomo juga menjelaskan, dipilihnya SMP Negeri 5 sebagai lokasi simulasi, karena sekolah tersebut dulunya sempat mengalami musibah kebakaran, maka diharapkan mulai dari sekarang setiap unsur di sekolah juga perlu diberi bimbingan kesiapsiagaan dan teknik evakuasi, serta pencegahan bahaya kebakaran. Secara umum, ia menilai, tingkat kerawanan bencana di Kapuas Hulu relatif kurang. Yang sering terjadi pada musim-musim tertentu seperti kebakaran hutan dan lahan (Karhutla)  serta bencana banjir. “Resiko Karhutla  itu memang rawan, karena ada beberapa wilayah di Kapuas Hulu itu terdapat lahan gambut. Kemudian seperti banjir bandang beberapa tahun lalu yang menelan korban jiwa. Maka simulasi ini sangat penting, dalam membimbing masyarakat untuk mencegah dan menanggulangi apabila terjadi bencana,” pungkas Tomo.

Laporan     : Andreas

Editor         : Ambrosius Junius