Kulminasi Butuh ‘Sentuhan’ Agar Tak Monoton

JADI UNGGULAN. Suasana event kulminasi matahari di Tugu Khatulistiwa beberapa waktu lalu. Event ini mesti jadi unggulan untuk menarik wisatawan, namun butuh sentuhan kreativitas. (Dok Rakyat Kalbar)

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Kalimantan Barat butuh event unggulan guna menarik wisatawan untuk datang berwisata. Pariwisata di Kalbar perlu dibuat lebih bergairah. Sehingga memiliki nilai jual dan mampu menyerap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Salah satu event yang bisa diandalkan adalah, fenomena alam titik kulminasi yang jatuh pada Maret dan September. Tapi sayang, event tahunan di Kota Pontianak ini belum benar-benar digarap secara sempurna. Dari tahun ke tahun tampak masih monoton.

Event tersebut butuh ‘sentuhan’ kreatifitas dan inovasi. Agar fenomena ini bisa menjadi unggulan untuk menarik wisatawan mancanegara.

“Seperti bulan Maret, acara kulminasi di Tugu Khatulistiwa sudah cukup baik dari pelaksanaan kemarin. Ini juga karena persiapan cukup bagus, dulu cuma arah ke tugu, sekarang sudah dikombinasi dengan agenda susur Sungai Kapuas juga,” ujar Ketua Asita Kalbar, Nugroho Henray Eka Saputra, kemarin.

Hanya saja dalam rangkaiannya, dia memandang perlu ada rangkaian kegiatan yang dibuat lebih meluas. Dalam artian event ini tidak hanya dapat dikonsumsi masyarakat Kota Pontianak saja, tapi juga nasional bahkan bila perlu internasional.

“Saya juga mendorong titik kulminasi juga dirangkai dengan beragam kompetisi. Misalnya  lomba dragon ball. Dimana hal ini kita rumuskan sebagai sasaran wisatawan dari negara tetangga, sebab jika melihat jarak mereka cukup dekat dan transportasinya juga murah,” katanya.

Hal ini menurutnya perlu dilakukan. Sehingga kulminasi ini punya nuansa yang lebih menarik. Jika hanya sekadar menampilkan budaya yang ada di provinsi ini, rata-rata juga dimiliki oleh negara tetangga seperti Malaysia.

Sebut saja budaya Melayu. Di Malaysia juga ada budaya Melayu. Kemudian Dayak yang juga dimiliki dan Tionghoa tradisinya pun sudah ada di Malaysia.

“Kalau kita ingin mereka datang, kita tidak menampilkan budaya kita. Sebab budaya kita sama dengan mereka. Rumusnya kalau budaya kita dan mereka beda, boleh kita tampilkan ini. Bisa jadi titik jual,” jelasnya.

Lanjut Henray, jika budaya sama harus ditampilkan dalam bentuk kompetisi. Contoh dibuat lomba tari keping atau sumpit internasional. Pesertanya bisa dari Kuala Lumpur, Brunei, Malaysia.

“Yang tingkat Asia saja. Sehingga mereka datang ke sini ada tujuannya untuk ikut lomba. Sebab ini menarik, selain atlet yang ikut lomba, tentu para supporternya juga ingin ikut. Dengan begitu akan banyak turis asing yang datang ke provinsi ini,” ungkapnya.

Ke depan Henray berharap, event seperti kulminasi ini dapat dijadikan sebaga payung event saja. Namun dengan isi yang mempromosikan budaya  dan kompetisi. “Dengan begitu wisatawan akan datang kemari,” tandasnya.

Sementara itu, menilik data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalbar pada bulan Februari 2019, kunjungan wisatawan asing mencapai angka 7.627. Jumlah tersebut naik 53,89 persen jika dibandingkan dengan bulan Januari 2019 yang hanya 4.956 kunjungan.

Kunjungan ini dilihat dari dua pintu masuk. Pintu masuk melalui Pontianak sebesar 34,69 persen, sedangkan pintu masuk melalui Aruk 26,08 persen. Pintu masuk Entikong 24,44 persen, sedangkan melalui Badau yang paling sedikit, hanya dikisaran angka 14,79 persen.

 

Laporan : Nova Sari

Editor : Andriadi Perdana Putra