eQuator.co.id – Pontianak-RK. Puing-puing kebakaran masih tampak berserakan. Di Kampung Beting Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur. Pasca musibah kebakaran yang melahap delapan rumah di kawasan padat itu. Pada Kamis (21/3) malam.
Suasana duka pun masih tampak jelas menghiasi wajah-wajah korban. Saat dijumpai awak koran ini, Jumat (22/3) pagi. Mereka masih mendatangi dan meratapi rumahnya. Yang tinggal arang. Bagaimana tidak. Keganasan si jago merah Kamis malam itu membuat mereka harus kehilangan harta bendanya. Syarifah Jubaedah misalnya. Rumahnya ludes dilahap api. Hingga tak bersisa.
Dia mengaku masih tak menyangka. Tak percaya atas apa yang menimpa dirinya. Serta keluarga besarnya. Di rumah tersebut dia tinggal satu atap bersama lima keluarga lainnya. “Satu rumah ada lima KK (Kepala Keluarga). Totalnya 27 orang. Sekarang kita tak tahu harus kemana. Semuanya sudah habis ikut terbakar,” ujar Jubaedah.
Kini dia tak tahu akan tinggal dimana. Karena semua yang dimiliki telah raib. Tak ada pikiran lain saat api menghanguskan rumahnya. Harta bendanya pun tak terpikir olehnya. Yang ada hanya bagaimana cara menyelamatkan diri bersama keluarga besarnya. Saat itu. “Hanya baju dan celana yang di badan saja yang ada,” tuturnya.
Dia pun belum bisa menaksir berapa kerugian yang dialaminya. Dia kini berharap pemerintah dapat segera memberikan bantuan. Mengingat rata-rata dari korban sudah tak memiliki tempat tinggal lain. Dengan demikian besar harapannya pemerintah dapat membangunkan kembali tempat tinggal. Meskipun ala kadarnya.
“Semoga saja ada bantuan dari pemerintah untuk dibangun lagi rumah kami. Selain itu yang penting sekarang ini seragam sekolah untuk anak-anak sudah tidak ada. Takutnya mereka tidak bisa sekolah, apalagi saat ini anak-anak sedang menghadapi ulangan tengah semester,” harapnya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pontianak mendata kerusakan harus ditanggung korban kebakaran rata-rata mencapai 95 persen. Mengingat bangunan rumah sudah nyaris tak bersisa.
“Saat ini yang paling urgent adalah makanan dan juga seragam sekolah untuk anak-anak. Karena rata-rata korban yang kehilangan tempat tinggal ini tak ada satupun yang dapat menyelamatkan harta bendanya,” ungkap Koordinator Lapangan Penyalur Bantuan BPBD Kota Pontianak Ibrahim ditemui di posko bantuan.
Ada 77 orang menjadi korban keganasan si jago merah ini.
Sesuai data BPBD Kota Pontianak. Mereka terbagi dari 32 laki-laki dan 45 perempuan. “Anak-anak ada 18 orang, balita 7 orang. Jadi total kategori balita hingga anak-anak ada 25 orang,” tuturnya.
Kapolda Kalbar Irjen Pol Didi Haryono juga sempat menyambangi lokasi kebakaran beberapa jam setelah kejadian. “Setelah kita cek ke lokasi sumber api, ternyata berasal dari rumah seseorang warga di sini (Yusrizal) yang diduga mengalami gangguan kejiwaan,” katanya.
Dia juga menyayangkan peristiwa ini. Yang semestinya hal seperti ini dapat diantisipasi masyarakat. Apalagi aksi Yusrizal bukan hanya sekali ini saja. Tetapi sudah empat kali mencoba melakukan pembakaran rumah. “Beberapa kali aksinya sempat berhasil dicegah warga,” tutur Didi.
Masyarakat setempat pun sudah mengenal Yusrizal. Karena telah lama tinggal di kawasan itu. Sehingga Didi memastikan warga setempat mengetahui bahwa Yusrizal memiliki gangguan jiwa. Dengan demikian harusnya ada antisipasi dari awal.
“Saya juga dapat informasi sakit jiwanya bukan sakit jiwa biasa. Karena ada ketergantungan ya mungkin dengan obat-obatan terlarang. Akhirnya begitu pengaruh obatnya hilang, kumat lagi. Inilah, makanya saya minta tolong teman-teman mengawasi lingkungan kita. Jangan sampai yang tidak tahu menahu menjadi korban,” tuturnya.
Saat ini Yusrizal sudah diamankan di Mako Polsek Pontianak Timur. Kepolisian masih memeriksanya untuk mengetahui motivasi atas dugaan pembakaran rumah itu. Tak ada korban jiwa akibat musibah kebakaran itu. Yang pasti ada delapan unit rumah rusak parah.
“Tadi laporan sementara yang rusak parah ada delapan unit, tujuh sangat parah tak tersisa. Sementara satu lagi kemungkinan masih ada puing-puing sisa kebakaran,” katanya.
Laporan: Andi Ridwansyah
Editor: Ocsya Ade CP