Dari Balik Jeruji Besi, Hisar Mantap Memeluk Islam

Pembinaan Rohani Polsek Pontianak Barat Terhadap Tahanan

DITUNTUN. Hisar atau Muhammad Rajab dituntun ustad mengucapkan dua kalimah syahadat, Sabtu (9/3) pukul 20.00 WIB di Mapolsek Pontianak Barat, Kota Pontianak. Polisi for RK

Hidayah bisa datang kapan dan di mana saja. Termasuk dalam jeruji besi. Seperti yang dialami Hisar Papahan. Tersangka kasus penggelapan itu mantap mengucapkan dua kalimah syahadat. Dia memeluk agama Islam. Sebelumnya, dia seorang Nasrani.

Andi Ridwansyah, Pontianak

eQuator.co.id – Warga Labuhan, Sumatera Utara ini merupakan tahanan Polsek Pontianak Barat. Dia mendekam di penjara sejak Kamis (7/3). Kasusnya, penggelapan laptop milik bos di tempatnya bekerja.

“Saya masuk Islam datang dari hati. Ketika saya melihat cara salat teman-teman di tahanan yang rutin. Saya lihat cara-cara Islam itu indah, bisa membuat hati saya tenang,” ceritanya, Selasa (12/3).

Hisar menegaskan, keputusannya memeluk Islam tanpa paksaan. Bahkan, keluarganya tahu dan tidak keberatan. “Tidak ada orang yang memaksa saya. Saya masuk Islam atas kemauan sendiri,” tegasnya.

Sebelum ditahan, pria 35 tahun ini diketahui bekerja di salah satu koperasi di Jalan Tabrani Ahmad, Kota Pontianak. Setelah memeluk Islam, dia mengaku perasaannya tenang. “Saya merasa tenang dan bebas ketika masuk Islam. Rasanya bisa bernapas leluasa,” jelasnya.

Setelah ini, Hisar berjanji akan mendalami Islam. “Saya sudah mulai belajar sedikit-sedikit tentang Islam. Seperti salat dan mengaji. Yang mengajari saya teman-teman di tahanan,” terangnya.

Ternyata, keluarga besarnya pun sebagaian besar sudah memeluk Islam. “Keluarga besar saya 50 persen Islam dan 50 persen Kristen. Dari kedua orangtua saya, adik bapak dan adik mamak ada yang Muslim,” jelasnya.

Namun kata dia, dari lima saudara kandungnya, baru dirinya yang mantap memutuskan menjadi seorang mualaf. Setelah memeluk Islam, kini Hisar rutin mengikuti bimbingan rohani melalui tausiyah yang dilaksanakan setiap Sabtu sore di Polsek. “Saya sudah beberapa kali mengikuti tausiyah. Saya harap bisa istiqomah mempertahankan keislaman saya. Saya akan terus belajar tentang Islam. Pelan-pelan,” pungkasnya.

Sementara itu, Bripka Andi Rahadian, Bamin Reskrim dan Batahti Polsek Pontianak Barat menceritakan, Hisar masuk Islam usai mendengar seorang ustad menyampaikan tausiyah. “Tausiyah itu memang rutin dilakukan setiap Sabtu sore, sudah dimulai sekitar Desember kepada para tahanan,” jelasnya.

Program Kapolsek Pontianak Barat ini dilaksanakan, agar para tahanan tidak hanya menghabiskan waktu untuk tidur-tiduran saja. Tetapi juga dapat melakukan kegiatan lain. Terutama, hubungannya dengan Sang Pencipta. “Awal mulanya tahanan banyak menghabiskan waktu tidur-tiduran. Dengan adanya program Kapolsek ini, alhamdulillah tahanan mengenal salat. Yang awalnya tidak, jadi salat. Kita juga kasih buku taklim. Jadi kita ajarkan mereka buat majelis taklim di dalam sel,” katanya.

Setelah kegiatan itu, ternyata kata dia, ada juga beberapa tahanan yang sudah mengamalkan puasa Senin dan Kamis. “Jadi Sabtu kemarin itulah, setelah ustad menyampaikan tausiyah, ada seorang tahanan menyampaikan ke saya. Pak ada yang mau masuk Islam,” ceritanya.

Rupanya, kata dia, yang mau masuk Islam adalah salah satu tahanan yang beragama Nasrani. “Saya tanya kapan mau masuk Islam? Apakah ada paksaan atau tidak? Dari keterangannya, tidak ada paksaan,” jelasnya.

Atas dasar itulah, kemudian dia berkordinasi dengan ustad. “Kita janjian sama pak ustad, lepas salat Isya. Sekitar jam 8 malam,” jelasnya.

Kepada Hisar kemudian diberikan gambaran terlebih dahulu tentang Islam, dan ditanya alasannya. “Ternyata dia masuk Islam karena melihat temannya di dalam tahanan yang sehari-hari salat,” ungkapnya.

Setelah itu, Hisar dibimbing untuk mengucapkan dua kalimat syahadat, sesuai ketentuan dalam Islam. “Setelah itu, berdasarkan kerangan ustad, nama Hisar itu berarti orang yang merugi. Bagaimana kalau diganti kata ustad?,” ceritanya lagi.

Hisar pun akhirnya mengiyakan. “Hingga akhirnya digantilah dengan nama Muhammad Razak,” jelasnya.

Setelah resmi memeluk agama Islam, Bripka Andi mengaku, bertanggung jawab dengan tanahan yang dibimbingnya. “Saya ajarkan cara berwudhu. Saya bekali buku tuntunan salat. Jangan sampai sudah mualaf, malah tidak tahu apa-apa,” paparnya lagi.

Menurut keterangan Hisar, kata Bripka Andi, dirinya sebelumnya tidak pernah ke gereja dari kecil. “Sehingga melihat teman-teman di dalam selnya salat, dia merasa tenang, damai, jadi pengen ikut,” lanjutnya.

“Karena mungkin kehidupan sehari-harinya tidak teratur, jauh dari agamanya. Kemudian, melihat teman-teman di dalam sel salat, mulai ada rasa damai. Kemudian disampaikan ke tahanan lain,” lanjutnya lagi.

Selain itu, Bripka Andi mengaku, di dalam sel Mapolsek Pontianak Barat. pihaknua juga memberlakukan taklim harian. “Jadi dia bergantian, sama seperti di masjid, kita bekali buku yang isinya firman Allah dan hadist Rasulullah. Ada juga kisah sahabat. Setelah salat Isya, mereka bacanya gantian. Jadi semua tahanan merasakan secara bergantian,” ungkapnya.

Kapolsek Pontianak Barat, Kompol Abdullah menuturkan, kedepan dia akan memberikan bimbingan rohani terhadap semua tahanan. “Kedepan, kita untuk non Muslim akan kita bikin hal serupa. Tujuannya, untuk bimbingan rohani kepada para tahanan, ” pungkasnya.

 

Editor: Yuni Kurniyanto