Pulang Kampung, Sarjana Diminta Ambil Peluang

Pemprov Kalbar Gencar Bangun Desa Mandiri

SARJANA. 770 mahasiswa Universitas Tanjungpura mengikuti prosesi wisuda di Auditorium Untan Pontianak, Kamis (31/1). Rizka Nanda-RK

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Semakin banyak sarjana, bisa mempercepat pembangunan di Kalbar. Sehingga pendidikan masih sangat perlu mendapat perhatian khusus.

“Kepada wisudawan untuk memahami banyak program dalam pembangunan Kalbar,” tutur Gubernur Kalbar Sutarmidji di hadapan 770 wisudawan dan wisudawati Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak di Auditorium Untan, Kamis (31/1).

Pria yang karib disapa Midji ini mengatakan, sarjana-sarjana baru tersebut harus kembali lagi ke daerahnya masing-masing untuk mengambil peluang. Karena saat ini pemerintah juga sedang gencar dalam pembangunan desa mandiri. Akan ada 2031 BUMD, 2031 PAUD dan lainnya sesuai dengan indikator.

“Kita belajar dari orang sukses sebagian besar dimulai dari hal yang kecil. Keluarkan pikiran kita,” ujarnya.

Pesa Midji “Kalau itu bukan usaha kita, berupaya lah untuk memulainya dari yang dasar. Jika tidak, maka ketika pondasi tak kuat, maka tidak akan bisa jadi yang terbaik,”.

Ketua Ikatan Alumni Untan ini juga memberi wejangan kepada lulusan pembangunan arsitektur dan teknik sipil. Karena saat ini ia melihat pembangunan di Kalbar arsiteknya banyak dari luar. Sehingga ia menegaskan hal ini harus jadi perhatian khusus. “Karena arsitektur dasar itu kearifan lokal daerah.  Perekonomian di Kalbar harus dipegang masyarakat Kalbar,” ucapnya.

Begitu pula dengan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Kalbar. Ia mengatakan, para wisudawan seharus bisa memberikan solusi yang sifatnya jangka pendek, menengah, maupun panjang dari kebutuhan energi di Kalbar. Saat ini pemerintah sedang membuat satu data untuk segala hal.

Menurut dia, sekarang data-data masih amburadul. Itulah yang akan dijadikan dasar dalam mengambil setiap kebijakan. Sehingga dia berharap para sarjana harus paham betul dengan data. Tanpa menguasai data ia pastikan tidak mampu bersaing untuk merebut apapun. “Karena semua telah bekerja dengan data,” ucapnya.

Saat ini tidak banyak anak muda yang peduli tentang perlunya data. Sehingga ketika mereka menyusun skripsi, jadi kalang kabut mencari data. Tapi jika sudah dari awal pegang data, maka tidak akan kesulitan.

“Saya juga sarankan kepada saudara apabila ada ruang untuk sertifikasi profesi, lakukan. Karena kedepannya profesi apapun yang ingin berpenghasilan besar harus ada sertifikasi,” sarannya.

Khusus untuk guru, Pemprov Kalbar memiliki program pendidikan jarak jauh. Kalau program ini berjalan, tidak perlu bangun sekolah banyak. Tapi bagaimana membangun jaringan internet yang banyak. Maka pendidikan cukup dari rumah saja. “Pemprov hanya dibekali satu laptop dan satu infocus,” tukasnya.

Untuk tenaga gurunya, akan dikontrak dari mahasiswa FKIP di semester 7 dari program magang 6 bulan. Sehingga mereka mendapat penghasilan untuk menyusun skripsi dan lainnya.

“Itu yang akan kita matangkan supaya pendidikan di Kalbar berkembang pesat dan menekan angka putus sekolah,” tandas Midji.

Rektor Untan Pontianak, Thamrin Usman mengucapkan selamat kepada para doktor yang baru saja lulus dan merupakan tenaga pengajar di Untan. Karena ia menargetkan akan memperbanyak doktor dan guru besar di Kalbar. Februari Untan ada program untuk mengirimkan calon doktor dan guru besar ke Amerika selama enam minggu. “Calon doktor dan guru besar itu kita karantina ke Amerika. Kalau ingin selamat harus bisa bahasa Inggris,” tuturnya.

Thamrin menuturkan, program desa mandiri Pemprov Kalbar merupakan peluang besar bagi para wisudawan yang belum bekerja. Selain itu, di era revolusi industri 4.0 semua harus didasari IT yang menandakan zaman sudah berubah. Membuat orang makin malas. Tetapi bagi orang yang kreatif itu semua adalah tantangan.

“Kita ciptakan tenaga kerja. Setelah ini sudah menjadi alumni Untan. Kecuali melanjutkan pendidikan tinggi,” ucapnya.

Untan saat ini memang sedang memperbanyak sarjana. Agar persoalan pendidikan di Kalbar tertutupi. Berdasarkan data pihaknya, rata-rata pendidikan umum di Kalbar ini baru tamat kelas 2 SMP.  Sedangkan pendidikan tinggi angka partisipasi kasarnya di bawah nasional.

“Tandanya harus kerja keras. Mari kita lihat negara maju seperti Singapore dan Korea Selatan,” ucapnya.

Lulusan Untan pada wisuda kali ini meliputi 78 persen S1, 15 persen S2, 6 persen Diploma, dan 1 persen profesi. Jumlah wisudawati dan wisudawan didominasi jurusan FKIP, karena sesuai dengan jumlah program studi.

Berkaitan dengan IPK saat ini makin hari makin baik. Sehingga semua pihak harus selalu memperhatikan IPK. Karena dirinya tak ingin IPK ini terhambat hanya karena sistem administrasi.

“Biasanya permintaan rata-rata IPK itu 2,75  jangan mewisuda di bawah itu,” tegas Thamrin.

Saat ini sebanyak 33 persen lulusan Untan IPK-nya 3,5 sampai 4. Kemudian dari 3 sampai 3,49 55 persen. Sehingga dapat menjawab program Gubernur untuk merekrut tenaga pendidikan.

Dari tahun ke tahun, peran ibu menjadi yang penting. Mayoritas dari wisudawan dan wisudawati Untan ini diperjuangkan dari women behind the scene. “Bahkan mama ini banyak berasal dari ibu rumah tangga. Ini yang super,” pungkas Thamrin.

Sementara itu, Ginavashti Fayi Nabilaputeri wisudawati asal Fakultas Kedokteran mengatakan sebagai generasi milenial, tentu gelar sarjana ini bukanlah sebuah akhir perjuangan. Melainkan titik awal untuk mewujudkan mimpi yang baru.

“Bagaimana kita tak hanya memiliki segudang prestasi, tapi juga dapat bermanfaat bagi orang banyak,” ungkap Gina dalam sambutannya.

Apalagi saat 2020-2030, Indonesia mengalami bonus demografi. Penduduk Indonesia akan didominasi usia produktif 15-64 tahun. Kondisi ini tentu berdampak pada sosial dan ekonomi.

Tahun 1970-an, 100 orang usia produktif menanggung 85-90 orang usia non produktif. Kemudian tahun 2000 menurun cukup signifikan 100 orang usia produktif hanya menanggung 54-55 penduduk usia non produktif. Pada 2020-2030 nanti, bila dilihat dari jumlahnya, penduduk usia produktif akan mencapai 70 persen atau sekitar 180 juta penduduk. “Sementara penduduk non produktif 30 persen atau hanya 60 juta,” jelasnya.

Gina menilai, ada beberapa hal yang harus dipenuhi jika ingin mendapat manfaat besar bonus demografi. Diantaranya SDM berkualitas agar PDB per kapita naik. Dimana tahun 2017 PDB Indonesia mencapai 51,89 juta rupiah atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya 47,97 juta rupiah.

“Kemudian terserapnya tenaga kerja sehingga angka pengangguran berkurang,” tuturnya.

Selanjutnya, meningkatkan tabungan rumah tangga. Karena setiap rumah tangga memiliki potensi untuk membuka suatu usaha yang akan memberi lapangan pekerjaan bagi orang lain. Menurutnya hal ini menjadi kesempatan yang sangat luar biasa untuk para wisudawan dan wisudawati untuk terus berkarya dalam bidang apapun. Baik seni, pendidikan, ekonomi, hukum, dan kesehatan.

“Jangan pernah lagi takut, jangan lagi terkekang oleh pandangan di sekitar yang belum terbuka, inilah kesempatan para generasi milenial untuk ikut turut serta dalam membangun Indonesia, menyiapkan diri untuk mewujudkan Indonesia emas 2045,” tegas Ghina.

Dia juga mengajak untuk tidak pernah takut untuk bermimpi setinggi-tingginya. Mulailah dari target yang paling atas agar semangat yang ada di dalam diri ini terus berkobar. Jangan lagi berpikiran untuk sekedar menunggu lowongan kerja, tapi harus percaya bisa ciptakan lapangan kerja. “Buat sesuatu, bangun sistemnya. Karena contohnya sudah banyak,” lugasnya.

Generasi sekarang kata dia, para creative preneur dan social entrepreneur. Diantaranya anak muda yang berhasil membangun daerahnya. Sehingga menjadi daerah yang mandiri dan startup unicorn atau perusahaan rintisan bernilai lebih dari Rp1 miliar. “Di Indonesia sudah ada 4, yaitu Gojek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak,” bebernya.

Revolusi industry 4.0 menggabungkan teknologi otomatisasi dan teknologi cyber. Segalanya serba praktis yang ditandai dengan kemunculan supercomputer, robot pintar, dan hilangnya beberapa pekerjaan yang memiliki rutinitas yang sama berulang-ulang. Karena diprediksi memiliki kemungkinan yang sangat tinggi tergantikan oleh robot. Maka dari itu, untuk bisa bertahan dan maju di tahun-tahun yang akan datang harus punya modal besar.

Modal besar tersebut, seperti sesuatu yang tak dapat tergantikan oleh mesin. Yaitu kreativitas sejati dan kemampuan bersosial yang tinggi, memecahkan masalah dan menciptakan strategi.

“Saya percaya, seluruh rekan-rekan wisudawan sekalian adalah bibit unggul yang akan memberikan dampak positif di masa depan,” tukas Ghina.

 

Laporan: Rizka Nanda

Editor: Arman Hairiadi