Novel: Bisa Saja untuk Kepentingan Politik

Polri Bentuk Tim Gabungan Kasus Penyiraman Air Keras

SAVE KPK. Abraham Samad berorasi ddalam aksi Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi di lobi Gedung Merah Putih KPK, Kuningan, Jakarta, Selasa (15/1). Miftahulhayat/Jawa Pos

eQuator.co.id – Jakarta-RK. Misteri kasus penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan tidak akan pernah terpecahkan. Walau Polri telah membentuk tim gabungan untuk mengungkap kasus tersebut.
“Saya harus menegaskan, kasus yang menimpa saudara Novel Baswedan tidak akan pernah terungkap,” ujar mantan Ketua KPK, Abraham Samad di sela-sela aksi Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi di lobi Gedung Merah Putih KPK, Kuningan, Jakarta, Selasa (15/1).
Samad mengaku sejak kejadian penyiraman 11 April 2017, dia yakini bahwa aparat penegak hukum khususnya kepolisian tidak akan bisa mengungkap kasus itu. Lebih parahnya lagi, sebagai akibat tidak terungkapnya penyiraman Novel kemudian menyusul teror lain kepada KPK.
“Karena kasus Novel Baswedan sampai hari ini belum diungkap dan akhirnya kasus itu terulang menimpa Pak Laode dan Pak Agus Rahardjo,” tukas Samad.
Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian membentuk tim gabungan dalam kasus penyiraman terhadap Novel Baswedan.Tidak sedikit yang menilai, pembentukan tim itu hanya pencitraan dari pihak kepolisian. Yang mana, surat tugas mengesankan bahwa polisi maupun pemerintah sangat serius ingin mengungkap teror yang menimpa Novel.

Novel Baswedan sendiri pesimis dengan kinerja yang akan dilakukan tim gabungan bentukan Polri untuk pengusutan kasus menimpanya. “Pembentukan tim gabungan ini tidak sesuai yang kami minta,” ujarnya.
Novel menyebutkan tim gabungan tersebut tidak lebih dari perkumpulan penyelidik dan penyidik. Dia sendiri mendesak dibentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). “Kami meminta untuk dibentuk tim gabungan pencari fakta, bukan tim penyelidik dan penyidik,” tukasnya.

Dia menilai, pembentukan tim gabungan tersebut bisa jadi untuk kepentingan politik. “Bisa saja kemudian mengambil perspektif ke sana (politik),” ujarnya.
Hanya saja, dia tidak mau terlalu banyak berkomentar soal kepentingan politik apa yang dimaksud. Dia hanya berharap apapun kepentingan politik yang ada, dapat memberikan manfaat positif bagi pemberantasan korupsi di negeri ini.
“Saya ingin kita sadar kepentingan politik kita sebetulnya bisa digunakan untuk mendukung KPK menjadi lebih kuat,” tukas Novel. (rmol/JPG)