eQuator.co.id-Pontianak. Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji mengatakan sebenarnya persoalan beras ini berakibat dari data yang tidak jelas.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian, produksi gabah teringgiling 1,7 ton. Sedangkan kebutuhan di Kalbar hanya 500 ton. Artinya surplus 1,1 ton.
“Tapi di perdagangan yang dibongkar itu 8000 ton. Bongkar berarti masuk. Kalau kita punya surplus tidak perlu impor lagi. Kebutuhan cuma 500 lebih. Tapi tersedia 1,7 ton. Kan tidak ada alasan beras naik harusnya turun. Data itu yang perlu disinkronkan,” beber Midji dalam Rakorda Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga Bapok Menjelang Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 di Kantor Gubernur Kalimantan Barat, di Balai Petitih, Rabu (28/11).
Kemudian dari Bulog, dari awal Januari hingga saat ini baru menyerap 459 ton. “Gimana? Bulog saja nyerap tidak sampai 1000 ton,” tukasnya. (Riz)