Melihat Perjuangan Ibu Demi Punya Momongan

Ilustrasi (net)

eQuator.co.id – Seorang perempuan akan bahagia ketika bisa mengandung dan memiliki keturunan. Ketika dia dipanggil dengan sebutan ibu oleh buah hatinya, sudah lengkaplah jati dirinya sebagai seorang perempuan. Alasan itulah yang mendorong perjuangan dua orang ibu yang berjuang mengikuti program kehamilan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Budhi Jaya, Jakarta.

*Kisah Pertama

Ini adalah kisah Ibu Nina Herlina. Dirinya mengikuti program hamil hingga akhirnya angkat rahim pada tahun 2017. Nina Herlina berusia 52 tahun. Dia menikah sudah 24 tahun, sejak tahun 1994. Selama enam tahun pernikahan, mereka berjuang untuk mendapatkan momongan. Hingga pada akhirnya kini Nina sudah memiliki tiga orang putra.
“Pada satu tahun pernikahan, saya dan suami merasakan resah karena tidak kunjung mendapatkan keturunan. Kami pun memutuskan untuk segera berobat dan konsultasi ke dokter agar bisa segera hamil,” kata Nina dalam keterangan tertulis baru-baru ini.
Namun sayangnya, bukan dukungan yang dia dapatkan dari dokter, melainkan dokter berkata tidak apa karena usia pernikahannya baru menginjak satu tahun. Tidak puas dengan dokter tersebut, kemudian dia melakukan konsultasi kembali dengan berpindah-pindah dokter dan rumah sakit hingga lebih dari enam dokter.

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan, seluruh dokter mengatakan tidak ada masalah pada rahimnya, begitu juga dengan suaminya, semuanya normal. Selain melakukan pengobatan medis, Nina juga melakukan pengobatan dan terapi alternatif seperti pijat dan minum jamu-jamuan sesuai yang saya dengar dan rekomendasi dari teman serta keluarga.
Hingga pada akhirnya, sekitar tahun 1997 untuk pertama kalinya dia datang ke RSIA Budhi Jaya dan berkonsultasi dengan ahlinya, Prof. Dr. dr. Ichramsjah A. R., SpOG (K). Selama kurang lebih 3 tahun, Nina dan suami melakukan konsultasi dengan Prof. Ichramsjah. “Saya dan suami melakukan segala apa yang Profesor anjurkan kepada kami,” katanya.
Pada tahun 2000, akhirnya apa yang mereka impikan terwujud. Nina positif hamil. Dia begitu menjaga kehamilan saya dengan baik, terlebih karena mereka sudah lama menantikannya.
Sembilan bulan masa kehamilan dilewati dengan baik. Hingga pada 15 Agustus 2001 Nina melahirkan anak pertama saya secarasection caesaria karena bayi saya terlilit tali pusat.

Satu tahun kemudian Nina hamil kembali. Namun kehamilannya kali ini tidak berjalan dengan baik dan dia mengalami keguguran sehingga terpaksa harus menjalani kuretase. Pada 24 Februari 2003, Nina melahirkan anak kedua. Kemudian pada 6 Maret 2006 saya melahirkan anak ketiga. Semua kehamilan berjalan dengan lancar.
Pada tahun 2017 lalu, dia mengalami gangguan haid. Kemudian ditemukan masalah pada rahimnya, yaitu endonomiosis. Dia dianjurkan untuk mengangkat rahim. Namun dia merasa masih kurang paham alasan rahimnya harus diangkat. Hingga pada akhirnya dia memutuskan untuk terlebih dahulu konsultasi dan periksa dengan Prof. Ichramsyah.

“Setelah berkonsultasi dengan Profesor dan dijelaskan mengenai keadaan saya saat itu, akhirnya saya setuju untuk dilakukan pengangkatan rahim,” ungkapnya.

Pada hari sabtu tanggal 30 Juni 2018, dia melaksanakan operasi pengangkatan rahim di RSIA Budhi Jaya oleh Prof. Ichramsyah dan dr. Ichnandy A. Rachman, SpOG.

*Kisah Kedua

Adalah kisah perjuangan Ibu Windy Febrina. Dia telah berhasil menjalani program hamil di RSIA Budhi Jaya dan melahirkan seorang putra pertamanya bernama Safaraz Abdillah pada November 2017.
Dia menikah sudah hampir 2 tahun, namun selama itu belum ada tanda-tanda kehamilan. Kemudian dia dan suami memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter di salah satu rumah sakit di Jakarta. Setelah konsultasi dengan dokter, dia menjalani program hamil. Hingga akhirnya mereka berkonsultasi ke dokter kebidanan dan kandungan di RSIA Budhi Jaya.

Berawal pada tanggal 12 Desember 2015, Windy dan suami memutuskan untuk berkonsultasi dan menjalani program kehamilan dengan sang ahli, dr. Ichnandy A. Rachman, Sp.OG FMAS CCD di RSIA Budhi Jaya.

Selama dia melakukan program kehamilan, Windy dan suami dianjurkan untuk melakukan serangkaian pemeriksaan. Program hamil yang pertama, pada Januari 2016, dilakukan pengecekan imun tubuh terhadap sperma suami. Ternyata antibodi antisperma (ASA) dirinya tinggi terhadap sperma suami sehingga harus dilakukan terapi PLI (Paternal Leukocyte Immunization), yaitu terapi dengan memasukkan sel darah putih suami ke dalam tubuh istri. Proses itu dilakukan sebanyak 7 kali.

Ternyata masalah lainnya juga karena terdapat endometriosis pada diri Windy. Sehingga dia disarankan untuk melakukan tindakan operasi laparaskopi. Pada tanggal 22 Maret 2016 dia pun menjalani operasi laparaskopi.

Saat itu Windy terus menjalankan terapi PLI sampai bulan Desember 2016. Dan setelah ASA dalam tubuhnya dinyatakan normal, saya disarankan untuk mengikuti program hamil.

“Akhirnya pada Maret 2017 alhamdulilah hasil test pack positif dan saya langsung memeriksakan kepada dr. Ichnandy. Saya benar positif hamil dengan umur kehamilan 6 minggu. Pada 1 November 2017, lahirlah putra pertama saya melalui tindakan section caesariadi RSIA Budhi Jaya dengan dibantu oleh dr. Ichnandy,” ungkapnya. (JawaPos.com/JPG)