eQuator.co.id – Sungai Raya-RK. Sang juara dunia hapkido, Devi Safitri tak mampu menahan harunya. Remaja 21 tahun ini terus meneteskan air mata melihat warga dan Pemerintah Kubu Raya menyambutnya dengan meriah, Selasa siang (31/7).
Setiba di Bandara Internasional Supadio Kubu Raya, juara World Hapkido Championship Seoul 2018 Korea Selatan itu dikalungkan selendang batik bercorak mangrove. Dia tidak menyangka mayarakat, pelajar dan pegawai di lingkungan Pemkab Kubu Raya menyambutnya dengan meriah. Dari Bandara Supadio, dia diarak hingga halaman kantor Bupati Kubu Raya. Saking harunya, terlihat Devi memegang erat tangan Sekretaris KONI Kalbar.
Sampai di kantor Pemkab Kubu Raya, Devi semakin terharu. Melihat para pelajar yang berjejer menyambutnya. Saking terharunya, Devi tidak bisa mengucapkan apa-apa. Hanya tangis harus terpancar dari kedua matanya.
Begitu pula ketika diminta memberikan kata sambutan, Devi tidak terlepas dari tangis. Dia mengaku teringat kedua orangtuanya yang telah wafat. Meskipun terus menangis, Devi berusaha memberikan sambutan dan memotivasi para atlet, khususnya di Kubu Raya.
“Pertama saya ingat orangtua dan terharu, bisa disambut seperti ini,” ujarnya.
Devi merupakan putri sulung dari dua saudara. Ia lahir dari keluarga yang sederhana. Agar adiknya bisa terus sekolah, Devi terus berjuang. “Dulunya saya seperti tidak dianggap. Tapi karena ada kemauan. Hingga saya disambut seperti ini,” ucap Devi yang sempat menahan air mata.
Menjadi juara dunia seperti dirinya, butuh perjuangan yang sangat berat. Tetapi tidak harus kecil hati. Dengan kepercayaan diri, dia lebih semangat dan akhirnya mewakil Indonesia.
“Saya tidak percaya. Ini rasa mimpi. Saya minta dengan adik-adik, jangan berkecil hati, kita harus coba. Tuhan maha adil,” tuturnya.
Dijelaskan Devi, hingga bisa mengikuti kejuaraan Hapkido dunia, atas dukungan pelatihnya, Rusli.
“Beliau (Rusli) yang selalu melatih kami, hingga saya bisa menjadi juara. Pelatih juga terus memberikan semangat. Beliau juga sudah seperti orangtua kami,” terangnya.
Diakuinya hampir semua teknik dasar hapkido tidak jauh berbeda dengan taekwondo. Namun ada beberapa teknik yang harus ia pelajari dari hapkido. “Sebelumnya memang saya berlatih taekwondo. Umur 19 tahun mulai hapkido,” tuturnya.
Hapkido 70 persen dari taekwondo. Sisanya ada bantingan dan lainnya. “Jadi tidak ada kesulitan, karena sudah ada dasarnya, dan poin bantingan ini paling besar,” jelasnya.
Devi mengucapkan teruma kasih kepada masyarakat dan Pemkab Kubu Raya. Lantaran sudah mendukung hingga ia mengikuti kejuaran dunia hapkido di Korsel. “Tanpa adanya dukungan, tentu kami tidak seperti ini. Makanya kami minta dengan para atlet, agar tidak patah semangat,” pesannya.
Diakui dia, sebelumnya banyak sekali kesulitan yang dihadapinya. Terlebih olahraga baru ini belum banyak dikenal masyarakat.
“Suka dukanya kalau latihan karena baru, jadi latihan fightingnya dengan pelatih saya ini. Mudah-mudahan dengan prestasi ini sehingga masyarakat Kubu Raya lebih banyak yang tertarik,” harapnya.
Selama berada di Korsel dia tidak terlalu kesulitan. Walaupun dari Kalbar ia berangkat sendirian. Bahkan pelatihnya tidak bisa ikut serta lantaran keterbatasan dana.
“Pelatih saya tidak ikut karena keterbatasan dana. Dia juga sudah berusaha keras untuk memberangkatkan saya,” katanya.
Selama di Korsel Devi dibantu tim pelatih nasional yang juga membawa atlet dari daerah lain. Karena sebelumnya dia sudah ikut Pelatnas, pelatih nasional sudah seperti pelatih sendiri. “Kesulitan saya di sana hanya bahasa, karena orang Korea itu tidak semuanya bisa bahasa Inggris,” paparnya.
Ia mengaku sangat bersyukur memiliki pelatih dan keluarga yang selalu mendukung keinginannya meraih prestasi. Hingga akhirnya ia berhasil memberikan hasil terbaik di kejuaraan dunia tersebut.
“Walaupun saya tidak punya orangtua, tapi saya punya keluarga yang hebat. Pelatih saya anggap keluarga, karena selalu membimbing saya,” katanya.
Diusianya yang masih muda, tentu banyak yang ia ingain capai. Pertimbangan adik yang masih sekolah, dia pun akan mencoba peruntungan menjadi TNI.
“Untuk melanjutkan sekolah ingin, tapi masih ada adik-adik saya yang masih sekolah, jadi tidak mau membebani keluarga. Sementara ini saya belum kerja, lagi proses daftar tentara, semoga bisa lulus,” harap Devi.
Ditempat sama, Wakil Bupati Kubu Raya Hermanus mengucapkan selamat atas prestasi yang luar biasa Devi. Apalagi, ini cabang olahraga beladiri yang relatif masih baru. Baru eksis di Kalbar pada 2016. “Ternyata mampu mendapat prestasi di tingkat dunia,” ujarnya.
Melalui olahraga, atlet tentunya bisa mempromosikan Kubu raya. Dia berharap, setelah Devi kedepan kedepanya bermunculan atlet-atlet lainnya. “Mengharumkan nama Indonesia, khususnya Kubu Raya,” tukasnya.
Untuk menunjang olahraga, Pemkab Kubu Raya harus mengembangkan sarana dan prasarananya. Yang sudah masuk dalam anggota KONI, tentu akan proaktif. Kepada SKPD teknis, agar diprogramkan pembinaan terhadap atlet-atlet Kubu Raya “Nantinya akan lahir atlet-atlet berprestasi, seperti yang terbukti sekarang ini,” ujarnya.
Hermanus mengaku kaget Devi mendapat juara dunia. Karena pada Jumat saat Devi bertemu dengannya sempat meminta dukungan dan semangat. “Ternyata mampu meraih yang terbaik. Saya ucapkan selamat,” ucapnya.
Kendati begitu, Devi diharapkan tidak menjadi sombong. Tetapi harus tetap rendah hati. “Mudah-mudahan ini menjadi penyemangat, bagi adik-adik yang belum berprestasi,” demikian Hermanus.
Laporan: Syamsul Arifin
Editor: Arman Hairiadi