eQuator.co.id – Pontianak-RK. PT Pertamina (Persero) kembali melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi. Bahkan harga baru tersebut berlaku pada 1 Juli 2018. Tak pelak, kenaikkan tersebut membuat kondisi perekonomian masyarakat menjadi semakin sulit.
“Kalau bisa janganlah terlalu sering dinaikkan,” ujar anggota Komisi III DPRD Provinsi Kalbar, Ir Ikhwani A Rahim di Gedung Parlemen Kalbar, Senin (9/7).
Wakil rakyat asal Dapil Kota Pontianak ini berpendapat bahwa implikasi terhadap kenaikan harga BBM tentu akan berdampak pada meningkatnya harga kebutuhan pokok dan transportasi.
“Dengan harga-harga yang naik terus maka akan membebani masyarakat,” tegasnya.
Tak hanya itu, legislator Partai Amanat Nasional (PAN) ini menegaskan, harga kebutuhan yang naik merupakan akibat dari kenaikan harga BBM yang tidak pernah turun. “Oleh sebab itu, dalam pendapatan masyarakat tidak naik-naik. Ini yang menjadi masalah,” jelasnya.
Menurutnya, kebijakan untuk menaikkan harga BBM tentu tidak terlepas dari pengaruh perdagangan global dan harga minyak dunia. “Kalau pun naik jangan terlalu signifikan dan sering,” harapnya.
Dalam kesempatan itu, Ikhwani menjelaskan, memang pemerintah sangat terpaksa untuk menaikkan harga BBM. Oleh sebab itu dibutuhkan jalan tengah.
“Boleh naik, tetapi hanya untuk kalangan menengah ke atas. Efek dari pada itu jangan mempengaruhi kalangan menengah ke bawah,” ulasnya.
Pemerintah harus pandai-pandai menyiasati bagaimana agar kebijakan yang tidak populis ini tidak menyebabkan masyarakat menengah ke bawah semakin susah.
Selain masalah kenaikan harga BBM, Ikhwani berharap instansi terkait dapat memastikan pasokan dan stok BBM di Kalbar aman. “Jangan sampai begitu dinaikkan stok sudah habis atau para spekulan menumpuk. Kemudian menjualnya dengan harga yang mahal,” tuturnya.
Ia berharap instansi atau lembaga terkait harus dapat memastikan distribusi BBM sampai ke pelosok-pelosok daerah di seantero Provinsi Kalbar.
“Kalau stok dan distribusi ini sudah dijaga, kalaulah dinaikkan sedikit, masyarakat tidak terlalu merasakannya. Karena yang penting ada dulu. Kalau langka, lalu harga mahal, itu yang menjadi masalah,” ucap Ir Ikhwani A Rahim.
Reporter: Zainudin
Redaktur: Andry Soe