Kerajinan Khas Sambas Diminati Wisatawan

KERAJINAN KHAS. Galeri Muare Ulakkan di Istana Alwatzikhoebillah Kesultanan Sambas menampilkan berbagai kerajinan khas Kabupaten Sambas, Selasa (19/6), menjadi tujuan warga mengisi libur Hari Raya Idulfitri 1439 Hijriah. Sairi/Rakyat Kalbar
KERAJINAN KHAS. Galeri Muare Ulakkan di Istana Alwatzikhoebillah Kesultanan Sambas menampilkan berbagai kerajinan khas Kabupaten Sambas, Selasa (19/6), menjadi tujuan warga mengisi libur Hari Raya Idulfitri 1439 Hijriah. Sairi/Rakyat Kalbar

eQuator.co.id – Sambas-RK. Istana Alwatzikhoebillah Kesultanan Sambas merupakan salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya yang menarik wisatawan. Apalagi bertepatan dengan momen Hari Raya Idulfitri. Aneka kerajinan khas Sambas tidak luput dari perhatian pelancong.

Peluang ini dimanfaatkan warga Sambas untuk mendapatkan rezeki. Diantaranya, dua pemuda yakni Okta dan Rizky yang membuka Galeri Muare Ulakkan di sekitar Istana Alwatzikhoebillah. Berbagai barang diperdagangkan, mulai dari baju khas Melayu, tanjak Melayu, kain songket Sambas, kopiah berkain songket, dan kerajinan lain. Trend tanjak menjadi berkah bagi kedua pemuda tersebut. “Paling banyak peminatnya tanjak Melayu. Sehari bisa laku belasan buah, yang beli kebanyakan pengunjung dari luar Sambas,” kata Okta, Selasa (19/6).

Harga tanjak Melayu ditawarkan Okta dan Rizky bervariasi, mulai dari Rp100 ribu untuk bahan kain, sampai harga Rp600 ribu yang terbuat dari kain tenun songket Sambas.

Total perolehan yang diperoleh per hari diperkirakan mencapai Rp2,5 juta hingga Rp3 juta. Mereka mulai berjualan sejak hari kedua Idulfitri. “Alhamdulillah, hasilnya cukup lumayan. Kemarin bisa dapat tiga jutaan, juga hari-hari sebelumnya. Mungkin kami akan terus jualan sampai beberapa hari kedepan,” tuturnya.

Tidak semua barang dagangan dibuat sendiri oleh Okta dan Rizky, beberapa diantaranya didapat dari perajin lokal. “Ada barang yang memang kita kemas dibingkai dan dihias, lalu kebanyakan barang kita ambil dari perajin lokal. Misalnya, kain songket dan songkok songket, itu dari  Semberang, desa tenun di Sambas,” terangnya.

Cukup banyak peminat suvenir khas Sambas yang dijual dua pemuda asal Desa Tanjung Bugis, Kecamatan Sambas ini. Selain tanjak Melayu, barang yang cukup laris, kata Okta, yakni kopiah tenun songket Sambas. Kopiah ini digemari karena harganya miring. “Mau beli kopiah tenun Sambas, kan tak ada jual di tempat lain. Kalau ada pun lebih mahal, disini Rp100 ribu, di Pontianak Rp120 ribu sampai Rp200 ribu,” kata pembeli asal pontianak, Nia. (sai)