Tiga Pesan Karolin pada Masyarakat Kalbar

Calon Gubernur Kalimantan Barat nomor urut 2, dr. Karolin Margret Natasa
Calon Gubernur Kalimantan Barat nomor urut 2, dr. Karolin Margret Natasa

eQuator.co.id. – Pontianak. Calon Gubernur Kalimantan Barat nomor urut dua, dr. Karolin Margret Natasa berpesan tiga hal kepada masyarakat, terkait isu bom yang marak terjadi di tengah masyarakat.

“Saya berpesan tiga hal ini kepada masyarakat Kalbar. Pertama, seluruh masyarakat Kalbar agar selalu berhati-hati dengan ujarannya. Karena kalau asal ngomong, apa lagi terkait hal yang sensitif, jelas bisa menimbulkan dampak besar bagi orang banyak,” kata Karolin di Pontianak, Selasa (29/5).

Kedua, katanya, masyarakat Kalbar diminta untuk selalu berharti-hati menulis status di media sosial. Terlebih saat ini, media sosial sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, sehingga, apa yang ditulis, jika itu berbau negatif, jelas akan berdampak langsung bagi penulis itu sendiri, maupun orang sekitarnya.

“Ketiga, jangan menjadi bagian dari penyebar HOAX, karena ketika kita menjadikan HOAX sebagai bahan bercanda artinya kita tidak memiliki empati terhadap sesama,” jelasnya.

Dirinya mencontohkan, beberapa waktu lalu, terjadi isu bom dalam pesawat di Bandara Supadio Pontianak, dimana hal itu mengakibatkan kerugian besar bagi pihak maskapai dan banyaknya korban panik dan luka akibat bercandaan soal bom.

“Terlepas itu bercanda atau apa salah dengar dari penumpang lainnya, saya mengharapkan masyarakat Kalbar agar tidak bercanda berlebihan. Jika ada orang yang bercanda tentang bom, dimana pun itu, kemungkinannya dua, yang pertama sengaja atau memang ada masalah dengan orangnya,” ungkap Karolin.

Jadi, lanjutnya, jangan bercanda-bercanda soal bom, karena menurutnya itu bukan hal yang sepele. “Apa lagi jika sudah di dalam pesawat dan ketika pintu sudah ditutup, bukan perkara mudah untuk membuka kembali pintu pesawat tersebut,” terang dia.

Kemudian, kata Karolin, saat ini telah terjadi peningkatan praktik ujaran kebencian dalam tahun politik 2018-2019. “Semakin dekat dengan agenda kontestasi politik, maka ujaran kebencian akan semakin meningkat. Ujaran kebencian digunakan sebagai salah satu strategi kampanye untuk menyerang dan menjatuhkan lawan politik,” tuturnya.

Karolin mengatakan praktik ujaran kebencian masih akan terjadi pada 2018-2019 di mana akan diselenggarakan pemilihan kepala daerah secara serentak di 171 daerah serta pemilihan legislatif dan pemilihan presiden-wakil presiden.

Ujaran kebencian yang terjadi di Indonesia, dan Kalbar khususnya terjadi dalam bentuk isu, misalnya tuduhan adanya kebangkitan PKI serta ujaran kebencian berbasis sentimen suku dan agama.

“Untuk itu kepada seluruh masyarakat Kalbar agar masing-masing kita bisa menjaga diri dari ucapan-ucapan yang tidak perlu dan bersama-sama mencegah HOAX untuk kepentingan kita bersama,” tandasnya.