Harga Ayam Potong Mahal

Jelang Ramadan, Permintaan Meningkat

MAHAL. Ayam-ayam potong yang dijual pedagang pasar Flamboyan, Rabu (16/4). Seiring permintaan yang meningkat, harga ayam potong jadi mahal. Nova Sari-RK
MAHAL. Ayam-ayam potong yang dijual pedagang pasar Flamboyan, Rabu (16/4). Seiring permintaan yang meningkat, harga ayam potong jadi mahal. Nova Sari-RK

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Jelang Ramadan, harga ayam potong di pasar tradisional mulai mahal. Harga per kilogram mencapai Rp34 ribu.

“Harga ayam mulai merangkak naik sejak sepekan lalu. Memang ini kerap terjadi menjelang Ramadan,” ujar Aan, pedagang ayam potong di Pasar Flamboyan kepada Rakyat Kalbar, Rabu (16/5).

Dijelaskan dia, biasanya harga ayam potong hanya Rp28 ribu per kg. Lantaran agen menaikan harga, perdagang pun terpaksa menjual dengan tinggi.

“Ini harga sudah dari agennya, kalau pagi kami jualnya Rp34 ribu, namun kalau menjelang sore harga ayam agak turun, karena kita habiskan stok saja,” ucapnya.

Dalam sehari kata Aan, ia bisa menjual 100 lebih ekor ayam. Saat itu saja, dia 280 ekor ayam sudah laku terjual. Di samping sebagai menu menyambut puasa, kemarin penutupan orang-orang menggelar ruahan atau tahlilan. “Makanya permintaan cukup tinggi,” jelasnya.

Tapi kalau sudah masuk puasa akan menurun. Sebab pembeli berkurang. “Paling menyambut hari raya saja nanti akan ramai pembeli lagi,” ungkap Aan.

Senada disampaikan Alung, pedagang ayam potong lainnya di pasar Flamboyan. Lonjakan pembeli juga ia rasakan pada saat menyambut Ramadan kali ini. Sehingga harganya mengalami kenaikan. “Hampir 100-an ekor ayam saya laku hari ini, lumayan, dibanding hari biasanya tentu hari-hari besar jauh lebih ramai,” terangnya.

Peningkatan pembeli ayam potong kata Alung, hanya dirasakan pada awal menyambut hari besar. Baik itu menyambut Ramadan, Idul Fitiri dan hari besar agama lainnya.

“Kalau pas puasa nanti pembeli sudah pasti sepi. Sebab rata-rata rumah makan tutup. Permintaan kita juga banyak dari rumah makan, nanti akan ramai lagi pas akan menyambut Idul Fitri,” tutup Alung.

Sementara itu, Ratih, salah seorang ibu rumah tangga mengeluhkan harga bahan-bahan kebutuhan makanan yang kerap naik menjelang puasa. Salah satunya ayam potong. Di mana saat membeli di supermarket harga ayam potong mencapai Rp46 ribu/kg.

“Karena saya bekerja dan nggak nsempat belanja ke pasar tradisional, mau nggak mau belinya di supermarket, harganya sangat mahal per kilo Rp46 ribu, dua kali lipat naiknya dibanding sebelumnya yang hanya Rp20 ribu lebih,” terangnya.

Perempuan  34 tahun ini berharap kenaikan harga ayam potong ini tidak berlangsung lama. Sebab ia mengaku penggemar menu yang berbahan dasar ayam. Sehingga dia sering membeli ayam.

“Semoga nanti harganya turun, hingga lebaran nanti. Saya harap pedagang atau agen bisa menstabilkan harga ayam ini, sehingga tidak begitu tinggi naiknya,” harap Ratih.

Harga Bahan Pokok Normal

Sementara itu, Tim Satuan Tugas (Satgas) Pangan Kalbar mengklaim harga bahan pokok normal. Sebab satu hari sebelum sahur pertama Ramadan1439 H/2018 M telah dilakukan inspeksi mendadak (Sidak) yang melibatkan kepolisian, Bulog,  Dinas Pertanian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Dinas Pangan, Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sidak digelar untuk memastikan harga kebutuhan masyarakat tetap dalam kondisi normal.

“Kami mengecek stabilitas harga dan hari ini hasil Sidak harga stabil. Justru harga sayur cenderung turun,” kata Direktur Krimsus Polda Kalbar, Kombes Pol Mahyudi Nazriansyah, Rabu (16/5).

Dikatakannya, Tim Satgas Pangan melakukan pemeriksaan ke sejumlah pedagang. Mulai dari sayur mayur hingga daging. Operasi ini selain dilakukan di pasar Flamboyan juga di pasar tradisional lainnya di Kota Pontianak.

“Kami cek beberapa produk yang dicurigai mengandung formalin. Hasilnya negatif, artinya produk yang beredar di masyarakat sehat. Baik itu tahu maupun ikan,” ungkapnya.

Ia pun  menegaskan, operasi ini dilakukan secara berkesinambungan. Bukan hanya jelang puasa melainkan hingga perayaan Idul Fitri nanti oleh jajaran anggota dan tim Satgas Pangan Kalbar. Jika ada temuan harga melonjak, maka akan dilakukan intervensi pasar oleh dinas terkait.

“Tujuan kami stabilitas harga dan kebutuhan masyarakat yang akan merayakan Idul Fitri terpenuhi. Karena itu pada pertengahan dan menjelang Idul Fitri Sidak akan kembali dilakukan,” pungkas mantan Kapolres Kapuas Hulu dan Sintang ini.

Sementara itu, dikutip dari Jawa Pos, memasuki Ramadan, harga sejumlah bahan pangan mulai merangkak naik. Komoditas seperti cabai, bawang putih, bawang merah, ayam, dan lain-lain dibanderol lebih mahal daripada hari-hari biasa. Tahun ini pemerintah dinilai kurang maksimal dalam mengantisipasi datangnya Ramadan sehingga pergerakan harga sejak seminggu terakhir sudah menunjukkan peningkatan.

Dari pantauan Jawa Pos di beberapa pasar di Jakarta Rabu (16/5), harga bawang merah dan putih kompak membengkak dibanding hari-hari normal. Misalnya saja di Pasar Grogol Jakarta, bawang merah dijual dengan harga Rp40.000 per kilogram. “Seminggu lalu harganya masih Rp35.000. Ini harga dari pemasok juga naik makanya kita ikutan naik,” ujar Hari, 42, pedagang di Pasar Grogol.

Hal sama juga terjadi di komoditas bawang putih. Bawang putih naik cukup tajam hingga mencapai 30 persen daripada harga sebelumnya. Di Pasar Kebayoran Jakarta, bawang putih dibanderol Rp35.000 per kilogram. Padahal, pada hari normal harga masih berkisar Rp25.000 per kilogram. Di samping itu, harga daging ayam juga menunjukkan harga lebih tinggi daripada biasanya. Harga ayam di kedua pasar di atas berkisar Rp40.000 per kilogram. Sementara harga normal seharusnya Rp32.000–Rp35.000 per kilogram.

Menanggapi hal tersebut, Kepala Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Abdullah Mansuri menyimpulkan, pemerintah belum maksimal dalam mempersiapkan Ramadan tahun ini. “Tahun lalu padahal persiapan sudah cukup baik. Dua bulan sebelum, bahkan Kementerian Perdagangan rajin menggelar rapat dengan perwakilan pedagang dan melakukan MoU dengan sejumlah pemasok,” ujar Mansuri.

Menurut Mansuri, kenaikan harga pangan erat kaitannya dengan suplai dan permintaan. Yang menjadi permasalahan, pemerintah belum kunjung memperbaiki pemetaan data produksi komoditas-komoditas penting. Sehingga, pemerintah tak dapat memonitor jumlah produksi, aktivitas distribusi, dan ke mana saja hasil produksi tersebut diperdagangkan. “Walaupun terlambat untuk sekarang ini, tiga hal tersebut perlu dikejar. Pemerintah harus tahu berapa data produksi, berapa kebutuhannya, dan memastikan distribusi aman,” beber Mansuri.

Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Indonesia Singgih Januratmoko menyebutkan, kenaikan harga ayam dan telur di tingkat konsumen masih ada kaitannya dengan pelemahan rupiah. “Harga sekarang naik karena banyak kasus gagal produksi dan karena harga pakan yang naik akibat dolar yang naik signifikan,” ujar Singgih.

Dia mengatakan, harga ayam dan telur akan kembali normal memasuki pertengahan Ramadan di mana serapan akan turun. Selain itu, diharapkan kondisi rupiah segera stabil sehingga produksi ayam dan telur membaik.

Kementerian Perdagangan belum mau membeberkan secara detail antisipasi langkah yang akan diambil. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti hanya menegaskan bahwa pihaknya akan mengawasi pergerakan harga. “Kita akan pantau terus dan lakukan penetrasi pasar,” ujar Tjahya.

Sementara itu, Ketua Satgas Pangan Polri Irjen Pol Setyo Wasisto menyebutkan, harga sejumlah bahan pokok masih stabil. ”Untuk harga gula, minyak, semuanya terkendali dan masih dalam batas wajar acuan pemerintah,” terang dia kemarin. Informasi itu dia peroleh usai hadir dalam rapat gabungan dengan beberapa instansi yang punya tanggung jawab mengontrol harga bahan pangan.

Menurut Setyo, yang masih menjadi perhatian Satgas Pangan adalah harga daging ayam. ”Itu masih sedikit di atas harga acuan pemerintah,” imbuhnya. Selain itu, disparitas harga telor juga turut menjadi perhatian. ”Disparitasnya cukup signifikan,” kata dia. Meski demikian, satgas terus berusaha mengontrol supaya harganya segera normal.

Setyo menegaskan agar seluruh pelaku usaha tidak main-mian. Dia tidak ingin ada satu pun yang berani atau nekat memaikan harga. “Warning bagi para pelaku usaha. Kami harap tidak coba-coba memainkan harga,” tegasnya. Apalagi sampai mematok harga dengan nilai tinggi.

Khusus stok, Setyo menyebutkan bahwa Kementan sudah memastikan aman. Demikian pula Bulog. “Tinggal kami melakukan pengawasan masalah distribusi,” tuturnya.

Menurut dia, tugas pokok Satgas Pangan adalah menjamin rantai distribusi tidak ada masalah. Sebab, jika rantai distribusi aman maka masyarakat bisa memperoleh harga pangan terbaik yang tentu saja terjangkau.

Pengawasan oleh Satgas Pangan tidak hanya dilakukan di level pusat. Melainkan turut dilaksanakan oleh Satgas Pangan di daerah. “Saya minta satgas pangan daerah lebih aktif lagi turun ke pasar atau yang diduga tempat penyimpanan atau gudang,” ujar Setyo. Dia menegaskan kembali, pihaknya tidak akan tinggal diam apabila mendapati pelanggaran terjadi. Namun, penindakannya dipastikan tidak akan membuat gaduh.

Di Jawa Timur, Pemprov Jatim terus berupaya menjaga kestabilan ketersediaan dan harga bahan pokok pada masa Ramadan dan Lebaran. Meski begitu, ada beberapa bahan pokok yang saat ini cenderung mengalami kenaikan.

Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Jatim Saiful Jasan mengatakan, bahan pokok yang cenderung naik harganya itu adalah daging ayam dan telur. Harga daging ayam saat ini Rp32 ribu-Rp33 ribu per kg. Padahal harga eceran tertinggi (HET) daging ayam dibanderol Rp 32 ribu per kg. Sedangkan harga telur tercatat Rp24 ribu-Rp25 ribu per kg. Sedangkan HET telur tercatat Rp22 ribu per kg. Menurut dia, kenaikan itu terjadi karena permintaan yang meningkat. Meski begitu, kecenderungan kenaikan itu perlu diantisipasi agar harga tidak semakin naik.

 

Laporan: Nova Sari, Rizka Nanda

Editor: Arman Hairiadi