Tradisi Bagi Telur Simbol Kehidupan Pertobatan

Misa Paskah di Pontianak Berlangsung Aman dan Lancar

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Paskah dirayakan umat Nasrani seluruh dunia, Minggu (1/4). Bermacam kegiatan diselenggarakan memperingati hari kebangkitan Yesus Kristus itu.

Di Gereja Katolik Gembala Baik, umat Katolik berkumpul merayakan Paskah bersama. Umat membagikan telur Paskah di gereja yang tidak jauh dari bibir sungai Kapuas ini.

“Ada membagikan telur Paskah juga, umat berkumpul di sini merayakan bersama,” kata Andri, salah seorang Panitia Paskah kepada Rakyat Kalbar, Minggu (1/4).

Tidak hanya membagikan telur Paskah dan jamuan makan bersama, panitia juga menyelenggarakan lomba mewarnai bagi anak-anak. “Ada umat yang sudah pulang, ada juga masih karena ada perlombaan mewarnai, ada wahana anak,” ujarnya.

Ada yang menarik, pihak panitia membuat wahana setan untuk anak-anak. Sebuah ruangan kira-kira seukuran ruang kelas. Pintu masuk dan keluar ditutup tirai berwarna hitam.

Di dalam ruangan tersebut memang agak gelap. Namun sepertinya dalam ruangan itu tidak seseram namanya. Buktinya, anak-anak laki-laki maupun perempuan berusia sekitar 4 – 6 tahun antusias antre masuk ke ruangan itu. Tidak lama setelah anak-anak ini masuk beberapa menit berselang keluar lagi. Namun ada juga seperti ragu-ragu dan mereka didampingi orang dewasa.

Tidak dijelaskan maksud dan tujuan dibuatnya wahana itu. Andri mengatakan, wahana ini hanyalah hiburan semata.

Pastor Amandus Ambot, OFM Cap mengatakan, perayaan Paskah di Gereja Katolik Gembala Baik ini untuk membangkitkan kembali semangat kebersamaan umat.

“Perayaan sederhana ini untuk berbagi sukacita Paskah kepada anak-anak, keluarga dan membangun keakraban umat paroki ini,” katanya kepada Rakyat Kalbar

Dia menjelaskan, tradisi membagikan telur Paskah bukan hanya sekedar memberi dan menerima. Bagi umat Katolik, ini menjadi sebuah simbol dan sarat makna. Telur kata dia, menghasilkan kehidupan jika dikaitkan perayaan ini. Karena peristiwa Paskah adalah kebangkitan. “Dengan itu, melambangkan suatu kehidupan baru, kehidupan pertobatan,” ucapnya.

Dia menjelaskan, sebelum hari raya Paskah, umat Katolik melalui masa pra Paskah. Yaitu masa puasa untuk membangun kehidupan yang lebih baik. Karena telur Paskah melambangkan kehidupan baru, maka umat meninggalkan masa lalunya yang kurang baik. Kemudian membangun kehidupan baru dengan semangat pertobatan yang dijalani selama masa pra Paskah itu. “Diharapkan dalam perayaan Paskah ini kita manusia lahir sebagai manusia baru bangkit kembali dari kelemahan kita yang lalu,” paparnya.

Yang paling penting adalah dengan rentetan peristiwa menjelang Paskah mulai dari Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci. Diharapkan iman umat Katolik semakin diteguhkan dan dikuatkan serta bangkit dari keterpurukan. Sehingga kekompakan dan semangat persaudaraan dengan sesama manusia semakin kuat. “Dasar pokok utamanya adalah iman kita, kalau hanya iman tanpa disertai dengan penghayatan, kehidupan bersama dan kekompakan, itu tidak ada artinya,” tuturnya.

Dia menambahkan, dari misa Kamis Putih hingga perayaan Paskah ini, peribadatan aman dan lancar. Berjalan khidmat.

“Semua aman-aman saja, hari ini pun tadi pagi ada misa bahasa Mandarin, misa kedua bahasa Indonesia, lancar, nanti sore ada misa lagi,” tutup Pastor Amandus Ambot.

Sementara itu, pantauan Rakyat Kalbar dibeberapa Gereja Katolik di Kota Pontianak pada misa pagi berjalan aman dan lancar. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa khusyuk mengikuti peribadatan. Seperti di Gereja Katolik Bunda Maria Jalan Komyos Sudarso Pontianak Barat, Gereja Katolik Maria Ratu Pencinta Damai (MRPD) Jalan Gusti Hamzah Pontianak Kota, Katedral Santo Yosef Jalan Patimura. Pemandangan hampir sama di setiap gereja, ditemui dan kursi terisi penuh. Hampir disetiap gereja panitia menyediakan kursi Tambahan serta memasang layar LCD.

Sementara itu, dikutip dari Jawa Pos, Keuskupan Agung Jakarta memperingati Paskah tahun ini dengan mendekatkan unsur Pancasila. Alasannya, tahun ini Indonesia mengalami tahun politik.

Uskup Keuskupan Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo menuturkan, pihaknya prihatin atas berbagai masalah yang merusak persatuan dan kebinekaan Indonesia. Lewat perayaan Paskah kali ini dia berharap agar bisa menggugah kembali semangat berbangsa yang memiliki keragaman. “Kita ungkapkan dalam Doa Prefasi Tanah Air. Dalam doa ini, kita mengungkapkan iman bahwa bangsa dan negara Indonesia dalah buah karya agung Allah,” ucapnya, Minggu (1/4) saat konferensi pers di Gereja Katedral Jakarta.

Dalam doa tersebut umat diajak untuk mengenang peristiwa kebangkitan nasional hingga kemerdekaan. Suharyo mencontohkan dalam Doa Prefasi Tanah Air tersebut terdapat kalimat “Berkat jasa begitu banyak tokoh pahlawan, Engkau menumbuhkan kesadaran kami sebagai bangsa, … kami bersyukur atas bahasa yang mempersatukan, … dan atas Pancasila dasar kemerdekaan kami”.

Dalam kesempatan itu, Suharyo juga menjelaskan jika relevansi Paskah tahun ini juga berkaitan dengan tahun pemilihan umum. Dia enggan menyebut tahun ini menjadi tahun politik. “Pada tahun ini dirayakan ketika Keuskupan Agung Jakarta menjalani tahun persatuan dengan semboyan Amalkan Pancasila : Kita Bhinneka, Kita Indonesia,” tuturnya.

Dia mengatakan, jika penyebutan tahun politik tidaklah tepat. “Karena cuma ingat jadi bupati dan lain-lain. Namun akhirnya banyak yang terkena OTT (operasi tangkap tangan, Red),” ujarnya.

Suharyo mengajak umat untuk bersyukur karena Tuhan menganugrahkan keragaman dalam berbangsa.

 

Laporan: Ambrosius Junius, Jawa Pos/JPG

Editor: Arman Hairiadi